16 | BWS

780 170 26
                                    

“Kalian melihat seorang gadis di sekitar sini?” tanya Sehun pada kunang-kunang yang membantu menerangi jalannya. Sehun bisa berbicara dengan binatang. Walaupun terkadang sedikit tidak paham dengan jawaban mereka. Karena dia masih belum menguasai sihirnya.

“Tidak. Siapa itu? Kekasihmu?” jawab salah satu kunang-kunang itu.

Sehun memutar bola mata, merasa menyesal karena sudah bertanya. Tak ingin membuang-buang waktu dengan kunang-kunang yang ternyata tidak membantu sama sekali dia kembali mencari Jisoo di sudut manapun sebelum pagi. Karena jika pagi tiba dan Jisoo belum ditemukan, Ratu Adresa pasti akan marah. Seperti terakhir kali dia menghilang.

Sehun menggigit bibirnya, ragu untuk meneriakkan nama Jisoo. Dia tidak terbiasa dan akan terasa aneh menurutnya. Tapi bagaimana lagi, Jisoo akan sulit ditemukan jika Sehun hanya mencari-cari saja tanpa meneriaki namanya.

“Jisoo!”

“Jisoo!”

Serunya sembari menyusuri setiap jalan.

Hari sudah larut dan udaranya semakin dingin. Tapi Sehun belum juga menemukan dimana keberadaan Jisoo sekarang. Dia terbilang sudah cukup jauh berjalan dan juga lama mencari. Namun, Jisoo belum juga ditemukan.

Tapi tidak peduli apa pun yang akan terjadi, intinya Sehun akan terus mencarinya meskipun sampai besok pagi.

breatice witch school

Jisoo menggeliat keenakan ditengah tidurnya. Dia membuka sedikit matanya, sekedar melihat sudah jam berapa. Namun, muka seseorang yang em—sedikit tampan terpampang jelas tepat di depan wajahnya. Ah, sepertinya mimpinya kali ini begitu indah. Dia menutup matanya lagi, untuk melanjutkan mimpinya itu. Tetapi sebentar, kok gelap? Dimana lelaki tampan tadi? Dia membuka matanya lagi, betapa terkejutnya dia saat muka lelaki tadi benar-benar di depan matanya, seperti tidak ada jarak lagi diantara mereka.

“AAAAAAAAAA!”

“AAAAAAAAAA!”

Mereka berdua sama-sama berteriak. Lelaki tadi berdiri menjauh dan Jisoo yang langsung mendudukan badannya.

Apakah aku sudah tidak suci lagi? Oh mama, maafkan anakmu ini. Batin Jisoo dramatis.

“Siapa lo?! Apa yang lo lakuin ke gue?! Tanggung jawab ya, gue nggak mau jadi single parent!” seru Jisoo pada lelaki itu. Ya, Jisoo sangat tidak bisa memahami situasi. Padahal dia masih berpakaian utuh.

Lelaki itu menatapnya tidak paham.

“Ih gimana sih gitu aja nggak paham!” kesal Jisoo, tapi tidak lama kemudian dia melanjutkan lagi, “Siapa kamu?! Apa yang kamu lakukan ke aku?! Tanggung jawab! Aku nggak mau jadi single parent!”

Lelaki itu tertawa. Sangat keras, sampai Jisoo terheran-heran dibuatnya. Setelah puas dengan tawanya dia akhirnya diam dan menatap Jisoo tajam.

“Kamu itu yang siapa! Daripada berpikiran tidak jelas seperti itu lebih baik kamu cepat pergi dari sini dan jangan pernah datang lagi.”

“Lah kok lo—kamu nyolot?!”

“Siapa yang nyol—sebentar, apa itu nyolot?”

Sekarang giliran Jisoo yang tertawa. Sangat keras sampai tidak sengaja menggerakkan kakinya yang keseleo tadi malam. “Aw!”

“Kamu tidak apa-apa?” Lelaki itu memegang pergelangan kaki Jisoo.

Jisoo jadi salah tingkah. “Nggak papa kok nggak papa.” ujarnya sembari menjauhkan tangan lelaki itu dari kakinya.

𝐁𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐜𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐜𝐡 𝐒𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang