31 | BWS

810 76 13
                                    

Semenjak hidup di dunia sihir yang bisa dibilang tidak sebentar, Jennie jadi ketagihan melakukan apapun dengan sihir. Seperti saat ini, dia mengambil minum yang sebenarnya tidak terlalu jauh dengan kekuatan sihirnya. Walaupun tahu bahwa sihir yang ia gunakan juga merupakan sihir Ratu Adresa. Namun, apa salahnya memanfaatkan itu semua?

“Hei!” seru Joylie. Mengagetkan Jennie yang sedang tiduran di kamar.

“Kamu ditunggu Kainiel di taman belakang.” Joylie duduk setelah mengatakan itu.

Jennie mengernyit. “Kainiel?”

“Iya, cepat sana kamu menemuinya.”

Mau tidak mau Jennie keluar, berbohong jika ia tidak penasaran atas dasar apa tiba-tiba Kainiel mengajaknya bertemu. Sampai akhirnya kakinya telah melangkah di tanah taman belakang asrama. Dilihatnya Kainiel sedang duduk membelakanginya.

“Kai?” panggil Jennie.

Kainiel langsung menoleh, “Sudah daritadi?”

“Seharusnya aku yang tanya, kamu udah daritadi di sini?”

Kainiel menggelengkan kepalanya. “Ayo sini duduk.”

“Jadi, ada apa kamu menemuiku secara tiba-tiba?” tanya Jennie setelah mendudukkan tubuhnya di samping Kainiel.

“Jennie, kalau aku bilang aku suka kamu, kamu bagaimana?”

Orang di depan Kainiel itu langsung diam tidak berkutik. Sebentar, Kainiel sedang bertanya atau mengatakan sebuah kalimat. Oh, tentu saja itu bertanya.

“Ya wajar? Memangnya aku sejahat itu sampai kamu tidak bisa menyukaiku?” ujar Jennie tidak ingin kepedean. Dia tentu tidak lupa ada Jaewon di luar sana yang mungkin sekarang sedang kelimpungan mencarinya. Walau tidak bisa dipungkiri bahwa dia juga sedikit menaruh rasa pada pemuda yang memiliki kulit sawo matang itu.

“Ah begitu ya? Bagaimana jika aku menyukaimu lebih dari itu?”

“Kai?”

Kainiel reflek memukul kepalanya seakan lupa akan sesuatu. “Tolong lupakan itu, mulutku memang suka berbicara sembarangan. Maaf Jennie, aku tidak bermaksud, aku benar-benar tidak tahu atas apa yang aku katakan barusan. Dasar mulut tidak tahu diri!” Kainiel menepuk mulutnya. “Maaf Jennie.”

Ternyata memang Jennie yang terlalu berharap. Dia benar-benar merasa bersalah kepada sang pacar karena memiliki rasa dengan orang lain disaat statusnya masih berpacaran dengan Jaewon.

“Tidak apa-apa Kai, tenang saja.” ujar Jennie.

Mereka diam. Kainiel menghadap ke samping dan menggerutu tidak jelas karena lagi-lagi dia tidak siap untuk mengungkapkan perasaannya.

Puk!

Sebuah kertas yang sudah diremas-remas menjadi bulatan kecil mendarat tepat di kepala Kainiel, yang tak lain dan tak bukan adalah perbuatan Jisoo dari lantai atas.

Gue lempar kursi juga lo dari sini. Cepat ngomong semuanya ke Jennie elah. Urusan diterima atau enggaknya belakangan, yang terpenting Jennie harus tahu tentang perasaan lo. Lo nggak mau kan mendem perasaan itu terus-menerus, apalagi ditambah kenyataan kalau kemungkinan besar Jennie pergi dari dunia ini semakin dekat.

Tertanda, jodoh Yamazaki Kento.

Kainiel langsung lihat ke arah asrama Jisoo setelah membacanya. Dan benar, Jisoo sedang berada di jendela dan memberikan isyarat padanya untuk segera berbicara kepada Jennie.

Dengan kepercayaan diri yang telah terkumpul, Kainiel memberanikan dirinya dan akhirnya terucaplah dari mulutnya bahwa, “Aku mencintaimu, Jennie. Dengar, aku tidak mengharuskan kamu untuk membalas cintaku, aku tahu kamu sudah memiliki kekasih di duniamu. Aku hanya ingin kamu tahu tentang perasaanku. Ya, seperti itu, ya, ya, dan ya aku harus pergi, dah.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐁𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐜𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐜𝐡 𝐒𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang