Lombok, 21 Maret 2021
Teruntuk:
YzdHai! Apa kabar di sana? Walaupun aku tau kondisimu baik-baik saja, tapi aku tidak tau apa yang dirasakan hatimu saat ini. Apakah masih tertera namaku atau tidak?
Bertemu denganmu adalah hal yang indah bagiku, melihat senyummu yang tak pernah berubah hingga kini. Caramu menatapku masih sama dengan pertama kali kita bertemu. Namun, aku melihat ada genangan air di pelupuk matamu. Kenapa? Aku tak tega melihatmu seperti itu.
Jika masih ada namaku di sana, lupakanlah. Aku sudah bahagia di sini, aku menginginkanmu merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan. Takdir sudah bertolak belakang dengan keinginan kita.
Aku menginginkanmu bahagia, walaupun bukan denganku. Kita akan bertemu lagi tapi tidak bisa bersatu. Kau akan selalu kuanggap istimewa di hatiku, menempatkanmu pada satu ruang di dalamnya.
Aku tak tau ingin berkata apa lagi. Jika kita bertemu lagi nanti, kuharap tak lagi kutemukan genangan air di pelupuk mata indahmu itu.
Berharap aku segera mendapatkan undangan, dengan nama dan mempelaimu di dalam surat indah itu. Aku sedih, namun apa boleh buat, takdir sudah berkata lain, aku sudah di dampingi oleh pilihan yang sudah Allah tetapkan.
Jadilah seperti dulu yang masih lekat dalam pikiranku, jadilah yang selalu menghargai wanitamu kelak, jadilah seperti matahari yang selalu tersenyum pada bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untukmu
Short StoryYang tak terkatakan, hanya bisa disampaikan lewat tulisan