Medan, 21 Maret 2021
Aku tidak menanyakan kabar di sini. Selalu baik-baik adalah doaku yang jauh darimu. Kota kita memang berjarak, tapi aku lebih takut jika hati yang berjarak; sama seperti katamu.
Jujur saja, aku takut ketika hari terus berganti. Begitu cepat berlalu. Ada banyak ketakutan-ketakutan yang belum siap dihadapi. Termasuk jika saatnya nanti harus kehilanganmu. Dan tidak ada lagi pesan-pesan yang buat ramai jagat rayaku seperti biasanya.
Untuk laki-laki puisiku yang senang menyeduh kopi di pagi maupun malam hari, saban hari aku merindumu. Ini adalah tulisan untukmu. Dari aku yang menyayangimu. Sangat sayang.
Aku tidak pandai mengungkapkan apa yang dirasa; hanya hati yang bisa merasa. Kamu adalah versi terbaik menurutku. Yang bisa mengerti, menenangkan—jangan lupa untuk tawa dan kesalnya. Aku mencintaimu, tapi tak bisa memiliki seutuhnya—entah, aku tidak tahu.
Konyol, aku masih yakin kalau nanti kita bisa bersama. Terdengar memaksa memang. Tapi, aku keras kepala. Mengabaikan semua hal-hal yang buat gelisah.
Untuk yang tersayang; selalu kamu. Semoga laki-laki puisiku selalu bahagia, ya. Aku akan selalu rindu dengan tiap bait puisimu. Walau tidak tahu untuk siapa puisi itu. Terima kasih telah hadir di semestaku.
Dari aku,
Perempuan yang selalu jatuh cinta padamu

KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untukmu
Short StoryYang tak terkatakan, hanya bisa disampaikan lewat tulisan