Kimchi Jigae

609 108 25
                                    

Dokter Kun memoles kapas alkohol ke kulit tangan Fuko. Beberapa dosis obat penenang baru saja bekerja, gadis itu tertidur di kamarnya. Dokter Kun tampak lemas saat mengetahui kalau Bibi Mai ngga selamat di siaga 2 hari ini. Ia melangkah menuju Yuta yang sedang menunggunya di luar ruangan.

"Fuko, dia baik-baik saja kan?" Tanya Yuta.

Dokter Kun mengangguk, "untuk pengganti Bibi Mai--"

"Tidak ada" potong Yuta singkat.

Bibi Mai orang yang sangat baik dan penyayang, ngga ada yang mengira kalau beliau rela melindungi Fuko sampai mengorbankan nyawanya. Ya, Bibi Mai tewas saat bergegas mengunci kamar Fuko.

"Anak itu butuh pendamping, teman bercerita dan seseorang yang harus mengurusnya setiap hari. Apa Tuan mau mengembalikannya ke rumah sakit?"

Yuta diam. Itu bukan ide yang bagus, dia ngga sanggup membayangkan Fuko dibawa, disiksa dan dibunuh oleh orang-orang yang gila harta.

"Ajarkan saya cara menggunakan bius suntik dan beberapa hal untuk menjaga gadis itu"

•••

Redup, temaram dan hangat. Suasana kamar Yuta, ia menyesap white wine favoritnya. Sambil melamun soal apa yang sedang ia hadapi, bersandar di bantal yang embuk dan lembut. Nyaman.

Sejurus kemudian terlintas dibenaknya, matras dan kasur tipis di ruangan yang gelap tanpa wewangian yang menenangkan. Kamar Fuko, apa dia sedang tidur? Apa badannya terasa sakit berbaring disana.

Yuta mendengus pelan, ia menyingkap selimutnya dan melangkah turun.

Cklek..

Pintu itu dibuka perlahan agar ngga bersuara dan mengganggu orang yang ada di dalam.

"Ekhem" Yuta terbatuk dengan paksa, mencoba mengetes atensi si pemilik ruangan.

Fuko terduduk, bersandar ke tembok dengan mata tertutup kain. Entah ia tertidur atau masih bangun.

"Fuko?"

"Li.. Lion?"

Mendengar jawabannya, Yuta segera masuk dan duduk di hadapan gadis malang itu. Lama-lama Yuta sebal melihat ruangan sumpek ini, sungguh ia ingin memberikan kamar yang lebih layak atau mungkin kamar terbaik yang ia miliki di mansionnya.

Tangan besar itu bergerak, berupaya untuk melepas kain penutup mata. Namun Fuko segera menahannya. Kain itu basah, Fuko pasti menangis seharian. Bibi Mai perlahan menjadi orang yang berarti bagi Fuko, kasih sayang yang lama ngga didapatnya, ia dapatkan kembali dari Bibi Mai.

"It's okay. Tolong percaya saya sepenuhnya, apapun yang kamu lihat nanti tolong katakan dan saya akan jamin kalau semuanya ngga akan semenyeramkan hari kemarin"

Fuko melepas tangannya, membiarkan Yuta membuka penutup matanya. Benar saja, matanya sembab dan bengkak, Fuko benar-benar menangis seharian.

Yuta sempat kebingungan, entah apa yang harus ia lakukan.

"La.. Lapar?"

•••

Beberapa potong sosis, mie, daging dan kimchi memanas diatas panci kecil.

Beberapa maid mengintip dari balik tembok, mengamati apa yang tuan mereka lakukan. Pelayan dapur sudah berupaya untuk melarang Yuta memasak tapi ngga ada yang berani membantah perintah Yuta dan akhirnya para pelayan dapur hanya diam dan berharap tempat kerja mereka ngga terbakar malam ini.

Fuko yang menunggu di meja makan dekat dapur mulai mencium aroma sedap, ia mendekati Yuta yang sedang konsentrasi.

"Lion"

[EDITING ON PROCESS] YUTA'S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang