First Plan

126 36 15
                                    

Hallo, vote dulu yaaaak lalu komen *sunjaoh*

***

Bersamaan dengan itu tirai dibuka dan Yuta berdiri melangkahkan kakinya keluar ruangan. Ia berdiri menghadap sebuah mobil kemudian lampu diseluruh ruangan itu padam.

7 jam yang lalu...

"serius?" tanya Jungwoo.

"emangnya saya keliatan becanda?" balas Yuta.

"tapi jujur, melepas Fuko itu bakalan jauh lebih gampang yut. Lu ngga perlu repot ngurusin banyak hal, apalagi acara besar nanti diadain langsung oleh aliansi Maori yang didalamnya ada Tiffany. Lu ngga bisa anggap remeh perempuan itu"

"saya tahu, biasanya orang yang gila harta pasti punya kelemahan yang banyak dan saya bakalan cari itu."

"jadi ini semua demi Fuko"

"ngga juga" Balas Yuta singkat.

Dalam gelap Yuta menyalakan flash ponselnya untuk memberi tanda pada seseorang dalam mobil diujung sana, Jungwoo. Kemudian ia bergegas masuk kembali ke ruangan dengan jalan yang sudah direncanakan matang sebelumnya.

Didalam rumah itu, terdengar suara riuh dari tamu undangan yang merasa ngga nyaman dengan apa yang baru saja terjadi. Dalam gelap Fuko mendengar suara seseorang.

"Lion?"

"iya" jawab Yuta pelan lalu membuka Jeruji dan menarik tangan Fuko yang matanya masih tertutup kain. Mereka berlari kecil menuju pintu belakang, belum sempat mereka sampai, lampu kembali menyala. Para hadirin semakin berisik saat melihat jeruji yang kosong.

"mana transpondernya?"

"jangan coba menipu kami!"

Melihat situasi yang ngga sesuai dengan apa yang diinginkannya, Tiffany tersenyum miring lalu melirik ke arah Maori seakan mengatakan, 'ini ulah anakmu'.

Yuta dan Fuko berhenti di lorong ketika beberapa pengawal dari para mafia yang hadir menghadang mereka.

"sial?"

"kenapa?" tanya Fuko linglung.

Tanpa membuang-buang waktu Yuta segera bertindak.

"ngga apa-apa, kamu diam dan jangan bergerak sedikitpun" suruhan Yuta dibalas anggukan kecil oleh Fuko. Dengan cepat Yuta mendorong Fuko kesudut dan memintanya berjongkok

Yuta membuka kancing jasnya lalu melepaskannya ke sembarangan arah, terlihat 2 pistol dan satu belati tersimpan di shoulder holster-nya. Ia sudah siap dengan segala kemungkinan. Ia berjalan mendekati bodyguard, ngga semua dari meeka bersenjata tapi tentu penembakan tetap terjadi.

Beberapa peluru dari pistol milik Yuta selalu mengenai tepat sasaran. Ngga ada suara tembakan yang menggema diseisi ruangan, hanya ada suara hempasan kecil karena pistol yang mereka pakai memakai peredam suara khusus.

Beberapa lawan mendekat dan menghajar Yuta, ngga mudah untuk mereka menjatuhkan Yuta, sebaliknya justru mereka yang dihajar habis oleh Yuta. Tapi tetap saja jumlah yang ngga seimbang membuat Yuta beberapa kali kena pukul, tendang dan tersungkur ke lantai, dengan cepat ia segera bangun dan membalasnya.

Darah terciprat kedinding saat yuta menghunuskan belati ke leher lawannya. Salah satu dari mereka menjerat leher Yuta dengan dasi, sesaat Yuta hampir kehabisan nafasnya, sekon kemudian satu tendangan berhasil ia keluarkan dengan sekuat tenaga membuat lawannya itu melepas jeratan di lehernya. Menyadari kondisinya ngga sebaik yang dia rencanakan akhirnya Yuta mulai pergerakan brutalnya. Tenaga Yuta terkuras dan lawan pun mulai memenuhi lantai lorong rumah itu.

[EDITING ON PROCESS] YUTA'S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang