Bunga Warna-warni

148 38 38
                                    

Gaiiiiissss :( aw nangis banget aku balik lagi bawa chapter baru, terharu sendiri. Maaf ya gais, biasalah hidup kadang ngajak bercanda mulu jadi aku hiatus, but im back! wohooo! Enjoy the chapter dan bolehlah mampir ke: teer.id/hantuuukecil 

***

Hari-hari terus berlalu, masih dengan Yuta yang berusaha memahami seorang Fuko kiritani. Wanita yang ia ambil dari rumah sakit jiwa di pinggiran osaka. Konon katanya, Fuko pasien gangguan jiwa berkemampuan membaca masa depan dengan menatap langsung mata lawan bicaranya. Entah itu benar atau hanya halusinasinya saja.

Sebenarnya Yuta bisa dengan mudah menolak suruhan ibunya untuk menjaga Fuko demi sebuah harta karun atau bahkan membunuh Fuko agar tidak terlalu merepotkan hari-harinya. Alih-alih merepotkan, nampaknya mafia berdarah dingin satu ini mulai menikmati harinya bersama Fuko yang sedikit aneh. Setidaknya mansion besar yang sepi sekarang sedikit berwarna dan berisik.

Setelah kejadian balas dendam atas nama Fuko dengan membunuh 4 orang teman SMA di depan mata kepala wanita itu kini Yuta memutuskan untuk serius mengungkap alasan kenapa Fuko dianggap special, diperebutkan beberpa bos mafia juga yakuza dan menguak alasam dari chips yang ditanam di punggung bawahnya.

Beberapa hari berlalu, Jungwoo masih ada di mansion Yuta dnaq membantunya dengan beberapa teori dan teknologi.

"Yut, kayaknya sih Fuko harus di bedah, gua gabisa caritahu soal chips itu kalau ga liat langsung" kata Jungwoo sambil memijit pelipisnya.

"Kalau ujung-ujungnya di bedah buat apa saya minta kamu kesini, yang jelas chip ini bagian dari permainan mafia internasional kan? Beberapa hari lagi acara itu dimulai dan saya pengen chip itu berhenti berfungsi tanpa harus menyakiti Fuko."

Di meja makan yang panjang, disana ada Fuko yang diam. Ya, hanya diam dan duduk manis seolah menunggu seseorang, sejurus kemudian ia menengadah lalu berdiri dari duduknya sambil menatap Yuta yang sedang turun dari tangga.

Keduanya saling bertatapan.

"Udah makan?" Tanya Yuta.

Fuko pun mengangguk.

"Bunga di taman belakang baru saja mekar pagi ini" kata Fuko sambil menunjuk ke arah taman.

"Benarkah?"

Fuko mengangguk, menatap Yuta sambil menunggu...

Hening...

"Kalau begitu, saya mau lihat" balas Yuta sambil melangkah menuju taman, diikuti Fuko yang berlari kecil di belakangnya.

Disanalah berbagai macam bunga tumbuh dengan indah, beberapa kupu-kupu berterbangan. Fuko terlihat sangat senang. Yuta melirik dan menikmati pemandangan dihadapannya, Fuko dengan senyuman yang indah, sekon kemudian Fuko pun melirik Yuta, dengan cepat Yuta segera memalingkan wajahnya.

"Lion..." panggil Fuko pelan lalu berjalan, perlahan Fuko menangkup pipi Yuta dan menatap matanya lekat-lekat.

"aku melihat banyak bunga warna warni dimatamu." Fuko lalu tersenyum.

Yuta mengerutkan keningnya, menduga-duga apakah itu yang Fuko lihat di masa depan? Lamunannya buyar sekejap setelah Fuko melepaskan pipinya dan berlari ditaman. Seperti editan video sinematik dengan efek slowmotion, itulah yang dilihat Yuta sekarang.

"Permisi Tuan, ini waktunya Fuko minum obat" ucap salah seorang pelayan sambil membawa nampan dengan beberapa butir obat dan segelas air putih.

"Sebanyak itu?" tanya Yuta, heran.

Pelayan itu hanya mengangguk pelan, sekaligus memikirkan pergelutan apalagi yang harus dilakukan supaya Fuko mau minum obat kali ini.

"Nona Fuko..." panggilnya sambil berlari kecil menghampiri Fuko yang ada di tengah taman. Kejar-kejaran pun dimulai. "Nonaaa!", Fuko berlarian kesana kemari, sampai akhirnya berlari kearah Yuta dan bersembunyi dibalik badan Yuta.

"Maaf tuan" pelayan itu hanya menunduk.

Tanpa basa-basi Yuta mengambil alih tugas pelayan tersebut, ia berbalik –berhadapan dengan Fuko. "Ini waktunya mi—"

Perkataan Yuta belum selesai tapi Fuko sudah mengambil butiran-butiran obat lalu meminumnya dengan tenang.

"Sudah" kata Fuko sumringah. "Tuan Yuta, aku harap tuan ngga sama seperti mereka, dari apa yang aku lihat di mata Tuan... Tuan... baik."

Jelas apa yang dilihat Fuko tentang masa depan tidaklah buruk, hal ini jadi salah satu alasan kenapa Fuko bisa dengan mudah lupa dengan kejadian dimana ia melihat dengan mata kepala sendiri saat Yuta membunuh empat orang temannya. Bicara soal masa depan, Yuta semakin penasaran tentang hal apa saja yang Fuko lihat.

"apa lagi yang bisa kamu lihat dari mata saya? Selain bunga yang berwarna-warni?

"ngga tahu, cuma itu yang bisa dilihat dari mata Tuan. Semuanya indah, walaupun aku ngga bisa membedakan mana yang halusinasi atau masa depan sungguhan."

"Fuko..."

Untuk pertama kalinya, Yuta mendengar kalimat utuh penuh informasi dari mulut Fuko.

"Yuta!" panggil seseorang dengan suara nyaring. Yuta menoleh, itu Jungwoo. Lelaki itu menggaruk kepalanya kasar, seakan frustasi dengan sesuatu.

Yuta dan Jungwoo kembali bergelut dengan ratusan informasi yang Jungwoo dapatkan dari hasil meretas satu dokumen rahasia.

"Fuko bukan anak kandung dari pemilik Naizo Group!" kata Jungwoo semangat, "lihat ini." Ia seraya menunjukan satu berkas adopsi di layar laptopnya. "kemungkinan besar Fuko memang dipakai sebagai alat penyimpan data, ngga lebih dari itu dan sayangnya gua rasa chips itu udah tertanam ditubuhnya sejak kecil. Lu tau kan maksud gua? Chips itu ngga akan bisa dilepasin dari tubuhnya kecuali di bedah, itupun kalau berhasil. Pembedahannya butuh waktu recovery yang cukup lama, ngga semudah mencabut kutil, jadi kalau lu mau semuanya beres sebelum acara besar itu jawabannya adalah ngga mungkin."

"ngga mungkin juga ngga ada cara lain selain di bedah. Jungwoo, saya harap kamu ngerti kalau saya ngga mau hal buruk terjadi sama Fuko."

"tapi kenapa Yut?"

Tanpa menjawab pertanyaan Jungwoo, Yuta menghembuskan nafasnya. Penjelasan yang bagaimana yang bisa menjelaskan apa yang dirasakan Yuta? Bersamaan dengan itu Jungwoo menyandarkan tubuhnya lalu mulai bersenandung.

"cintaaaaa... uuuu... cintaaaaa..... tegarkan hatimuuuuu, tak mauuu sesuatu merenggut engkauuuuu..."

Hari-hari berlalu, acara besar itu semakin dekat. Malam ini sama seperti malam sebelumnya, tapi ada hal yang aneh.

"kenapa dilepas? Plesternya masih bagus." Kata Fuko yang sedang duduk diujung kasur.

"lukanya udah sembuh" balas Yuta yang sedang melepas plester dijemari Fuko. "berhenti liatin saya kayak gitu." Titah Yuta saat menyadari ia sedang ditatap oleh Fuko.

"Liooon..."

"hm?"

Fuko terkekeh pelan, begitupun dengan Yuta. "Fuko, kamu tahu ada sesuatu didalam tubuh kamu?"

Seketika tawa dan suasana menyenangkan itu hilang. Keduanya saling menatap, menunggu kalimat selanjutnya. Fuko pun berdiri dari duduknya, ia terdiam lalu perlahan membuka satu persatu kancing piyama yang dipakainya.

Hening...

Bra berwarna putih mulai terlihat dengan jelas, Yuta ngga bergeming, pandangannya hanya tertuju pada mata Fuko. Beberapa luka ditubuh mungilnya mulai terlihat jelas, saat pakaiannya mulai terlepas, Fuko pun berbalik.

"ini?" katanya.

Suasana semakin hening hanya saja terdengar sayup suara nafas Fuko yang mulai berat, ia akan kumat. Panik, matanya berkedip lebih banyak, tenggorongannya susah payah menelan salivanya sendiri, tangannya bergetar.

"Fu..."

Nafas Fuko semakin berat, sekuat tenaga ia menahan diri untuk ngga histeris, ia bergelut sendirian dengan pikirannya, halusinasinya, delusionalnya, rasa ngganyaman dan takut yang ia rasakan.

Pisau bedah berlumuran darah ada di benaknya sekarang.

Yuta melihat dengan jelas luka di bagian belakang tubuh Fuko.

"Columbia" kata Fuko dengan suaranya yang bergetar.


BERSAMBUNG...

[EDITING ON PROCESS] YUTA'S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang