Air Dingin

198 31 18
                                    

Perlahan, Yuta menggerakkan tangannya untuk membalas pelukan Fuko. Mereka perpelukan dalam posisi itu cukup lama sampai akhirnya Yuta berdiri dan balas pelukan Fuko dengan jauh lebih erat dari sebelumnya, ia bahkan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Fuko.

"Yu—ta" ujar Fuko terbata-bata.

Yuta pun membuka matanya, baru sadar atas apa yang ia lakukan.

"maaf!" katanya lalu dengan cepat ia melepas pelukannya.

"ngga apa-apa"

Hening...

Keduanya bingung dan saling curi pandang. Fuko menunduk dan Yuta menggaruk kepalanya yang ngga gatal, ia melirik ke meja makan, makanannya sudah habis.

"kayaknya ini harus diberesin" kataYuta seraya mengangkat piring dan gelas.

"i—iya" balas Fuko yang kemudian ikut mengangkat piring dan gelasnya.

Sekarang mereka berdiri bersebelahan didepan tempat cuci piring. Sambil mengosok piring dengan busa dan sabun, Yuta sesekali melirik Fuko yang hanya diam menunggu gilirannya untuk mencuci piring.

"sini, biar saya yang cuci sekalian" kata Yuta sambil merebut piring ditangan Fuko.

Fuko tampak bingung, ia memandangi Yuta tanpa memikirkan seberapa salah tingkahnya Yuta.

"jangan liatin saya kayak gitu"

"ma –maaf."

"oh iya, setelah ini saya mau pergi sebentar untuk ambil mobil dan beberapa senjata, kamu tunggu disini"

"aku ikut."

"ngga, jangan. Saya pergi ke tempat yang banyak orang Fuko"

Tentu saja Yuta ngga lupa kalau Fuko bukan orang yang sepenuhnya sehat. Untuk bawa Fuko pergi bersamanya ke tempat dimana banyak kriminal berkeliaran bukan ide bagus tapi meninggalkannya dirumah juga belum tentu aman. Mau gimana lagi? Yuta tetap harus menghindari kemungkinan terburuk.

"kamu tunggu disini, saya janji ngga akan lama" kata Yuta sambil mengambil jaket dan tasnya.

Fuko hanya diam sambil mengikuti kemana Yuta bergerak.

"aku ikut ya" tawar Fuko lagi.

"ngga" balas Yuta singkat, "saya kunci rumahnya dari luar" lanjutnya seraya membuka pintu dan pergi.

Sekarang tinggal Fuko sendirian, ia duduk di ujung kasur dan berpikir tentang Yuta. Orang baik yang ia temui, yaa seenggaknya Yuta baik sama Fuko. Bayangan soal banyak bunga yang ia lihat saat menatap mata Yuta, itu seperti taman bunga yang luas. Bayangan itu sedikit demi sedikit menjadi lebih detil.

Bunga warna-warni, dedaunan hijau, beberapa lebah, kupu-kupu dan setetes darah di kelopak bunga kuning yang cantik. Tetesan darah itu...

Fuko menarik nafasnya dalam-dalam, tetesan darah itu semakin banyak, bukan tetesan tapi cipratan. Fuko mengingat kembali saat dimana wajahnya terciprat darah orang tuanya sendiri. Fuko menggelengkan kepalanya untuk membuyarkan bayangan yang membuatnya takut. Ia berusaha membayangkan Yuta yang memeluknya beberapa saat yang lalu.

Bayangan hangat dan eratnya pelukan Yuta, berhasil ia temukan. Pelukan hangat, aman, nyaman dan cipratan darah di punggung Yuta, cipratan itu mengenai sebagaian wajahnya.

Yuta melangkahkan kakinya di jalanan kumuh, banyak rumah bagus yang nggak berpenghuni juga gedung bekas yang menjadi tujuannya. Ia menlangkahkan kaki dengan hati-hati. Seorang lelaki gemuk berkacamata hitam sudah menunggunya.

"Yo? Yosuke?" kata orang itu ragu.

Yuta hanya membalasnya dengan anggukan.

Fuko segera berdiri dari duduknya, ia berjalan menuju balkon dan membuka jendela, angin dan udara dingin membelai pipinya lembut. Jalanan diluar sana, ngga banyak orang yang lewat –sepi. Seorang anak perempuan berlari menyusuri jalanan, wajahnya nampak sangat ketakutan tapi ia terus berlari, beberapa orang berbadan besar mengejarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[EDITING ON PROCESS] YUTA'S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang