PART ON4 O2N3

12.1K 2.2K 248
                                    

About Stars


Terkadang manusia yang berbeda justru membuat terpana dan susah dilupa

Happy Reading
🌟
🌟
🌟

( Kamu Beda)


Ruangan bernuansa putih ini sangat sunyi. Bahkan hanya terdengar dentuman detik jarum jam. Tubuh Bulan sudah terbaring lemas diatas brangkar. Dengan kondisi tangan sebalah kanan yang terpasang jarum infus.

Terdapat tiga orang laki-laki yang menunggu di luar ruangan. Satu diantaranya berdiri mondar-mandir gelisah dan cemas dengan keadaan Bulan.

Mata lelaki itu membulat sempurna saat melihat dokter keluar dari dalam ruangan.

"Bagaimana kondisi teman saya, Dok?" tanya Arsel yang terlihat jelas bahwa ia khawatir.

"Keadaanya mulai stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pasien hanya kelelahan. Pasien akan segera pulih untuk beberapa jam kemudian. Jika pasien sudah pulih segera panggil Saya. "

Dokter dan suster langsung meninggalkan ruangan.

Tiga orang laki-laki itu pun masuk ke ruangan. Dua diantaranya duduk di sofa ujung ruangan. Dan yang satunya duduk di kursi dekat brangkar.

"Apa cuma gue yang punya firasat kalo Arsel ada sesuatu sama Bulan?" bisik Rafa.

"Ngaco lo." Rey menghiraukan ucapan Rafa.

Arsel menatap setiap inci wajah pucat Bulan. Wajahnya yang bersih dari noda namun, sekarang harus terhiasi warna pucat. Bibirnya yang mungil kini juga pucat.

Arsel membelai tangan Bulan pelan.

Kemarin gue liat tangan lo tergores. Sekarang terpasang jarum infus. Buruan bangun. Batinnya.

Sekitar tiga puluh menit Arsel menunggu Bulan membuka mata. Arsel melihat jam tangan yang melingkar pada tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Arsel menengok ke belakang. Ia melihat jelas kedua temannya yang sudah tertidur pulas.

Arsel berdiri menghampiri kedua temannya itu. Ia ragu untuk membangunkannya.

"Raf, Rey, bangun. " Arsel menepuk-nepuk bahu mereka.

Rey dan Rafa tak kunjung bangun. Arsel kembali menepuknya. Bisa saja Arsel teriak tepat ditelinga kedua temannya itu. Tapi, ini di rumah sakit. Ia harus mengkondisikan suaranya.

Rafa terbangun lebih dulu. "Apa sih anjing!" Rafa terlihat emosi karena tidurnya diganggu.

"Pulang sono. Bawa Rey juga."

"Lo?"

"Gue di sini sampe Bulan bangun. "

"Yang khawatir mah beda. "

"Bacot! Buruan!"

"REY KEBAKARAN!" Rafa berteriak tepat di telinga Rey. No have akhlak.

"Cangkemu!" sarkas Arsel.

Rey langsung terbangun dengan napas yang tak teratur. "Mana kebakaran?"

"Ayo pulang. Abwang Arsel pengen berduaan sama neng Bulan."

"Lo?!" tuding Rey.

"Udah ayo dont banyak cingcong!" Rafa langsung menarik tangan Rey untuk keluar dari ruangan. Sebelum mereka beradu bacot dan mengganggu ketenangan warga setempat.

ABOUT STARS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang