Gugur yang dihujani salju

2.7K 253 25
                                    




"Alpha Heeseung..." Seorang omega manis membawa kepala kekasihnya untuk membantal pada pahanya, —tidak mempedulikan darah sang alpha yang mengotori tangan dan pakaiannya.

Laki-laki berstatus Alpha itu tersenyum dengan senyuman yang sulit diartikan, "Hoon-ah..." lirihnya sambil mengusap bulir bening yang terjun di pipi si manis, "...Maafkan aku... Aku bodoh."

Lenguhan nafas bersama rintihan tak lagi terelakkan, kulit kecoklatan itu kini dihiasi luka sayatan dan lebam yang tidak sedikit jumlahnya penyebabnya.

Heeseung menekan perutnya yang terus mengeluarkan darah— karena pedang yang masih menancap—akibat perkelahiannya dengan putra mahkota beberapa saat yang lalu, "Jangan jatuh cinta pada orang lain selain aku, Jangan jatuh cinta kepada Wang Sungchan sialan itu" Heeseung berucap dengan nada gurau.

Sunghoon menggeleng ribut, "Aku hanya mencintaimu! Ayo kita melarikan diri dan tinggal bersama disebuah gubuk kecil yang jauh dari neraka ini... Kita hidup bahagia disana!" Tangis si manis semakin menjadi.

"Aku harap seperti itu, Tapi aku akan pergi setelah ini—"

"—Tidak! Alpha tidak boleh pergi! Tidak akan ada yang pergi sendirian! Kita akan pergi dari sini, Alpha! Kita akan pergi..."  Sunghoon meringis sambil memeluk kepala leher Mate-nya.

Belum sempat berucap, dari atas sebuah panah melesat jatuh mendarat di sisi kanan—nyaris mengenai Omega Park itu.

Sunghoon mengalihkan pandangannya ke atas sana, di atas kuil sana, seorang laki-laki senyum penuh kemenangan di wajahnya yang menyebalkan, "Y- Yang mulia... Tolong bebaskan kami! Apa aku harus besujud padamu? Biarkan aku dan Mate-ku hidup, kami tidak akan pernah kembali ke istana! Alpha Heeseung telah menyerahkan takhta yang seharusnya miliknya padamu... Apa lagi yang kau inginkan? Tolong biarkan kami pergi, Yang mulia Raja... Aku mohon..." Mohon Sunghoon masih dengan isakan di sela-sela kalimatnya.

Yang mulia Raja Wang Sungchan  itu mendelik, "Lainnya yang aku ingin adalah dirimu, Park Sunghoon..."

Sunghoon menggeleng ribut, "Tidak... Aku tidak bisa menjadi milikmu, Yang mul— Arkhh!" Tepat sebelum menyelesaikan kalimatnya, Sebuah anak panah lainnya melesat kearahnya, menggores bagian tulang pipi—meninggalkan sebuah luka goresan pada kulit pucat itu.

Sungchan menurunkan awak panahnya, dan memandang rendah kedua insan dibawah sana, "Pergilah, jika Alpha-mu itu masih bisa hidup."

Sunghoon kembali mengarahkan pandangannya pada Heeseung yang masih tertidur di pahanya, "Alpha... Ayo kita hidup bersama seperti apa yang telah kita janjikan, kau jangan mengingkarinya..."

"Seorang penghianat tidak akan pernah bisa hidup damai" Ucap Sungchan dengan senyum iblisnya.

Heeseung yang merasa tidak menerima disebut sebagai penghianat—walau dalam keadaan hampir mati—membantah, "B-bukan ak-ku yang penghianat! Kaulah yang penghianat!" Sentaknya semampunya.

Memilih acuh pada makhluk tak punya hati itu, ia mengalihkan pandangannya pada sosok yang tengah menagis untuknya seraya kembali memasang seyuman palsunya, Heeseung berusaha mengangkat tangannya—yang dipenuhi luka dan darah akibat pertarungan tidak seimbang antara dirinya dan prajurit istana beberapa waktu lalu—untuk menghapus air yang jatuh dari mata kekasihnya, Heeseung yang katanya Alpha terkuat di negeri ini bahkan tidak mampu untuk mengusap air mata dari kekasihnya.

"Akh—"

"A-Alpha..."

Tepat sebelum ia jari-jarinya menyentuh pipi si cantik, tangannya lebih dulu jatuh bersama dengan hembusan nafas terakhirnya. Dari belakangnya sebuah anak panah lainnya melesat dan berhasil menancap bahu bagian kiri sang Alpha hingga menusuk kedepan yang artinya menusuk jantungnya juga.

"A-Alpha...?" Bibir ranum itu berucap dengan gemetar, tak percaya dengan apa yang terjadi didepannya.

Kembali mengarahkan pandangannya keatas sana, Alpha penguasa negeri tersebut terlihat berdiri dengan postur selesai memanah. "YAK!  PANTASKAH KAU MENYEBUT DIRIMU SEBAGAI MANUSIA?!! MENGAPA KAU TIDAK MENGHABISIKU JUGA HUH?!" Sunghoon berteriak sambil memeluk tubuh Mate-nya—lebih kuat—yang tergeletak sudah tanpa nyawa.

"Karena aku menginginkanmu"

"Tidak, Heeseung... Kau tidak boleh pergi begitu saja! Bagaimana denganku?! Siapa yang akan menjagaku?! Kita harus hidup bersama! Kau lebih sialan dari si sialan Wang Sungchan hiks jika kau mengingkari janji kita... Jangan tinggalkan ak-ku..."

. . .



Pemuda berparas cantik terbangun dari tidurnya dengan peluh yang bercucuran dari keningnya, "Mimpi itu lagi?" Tanyanya entah pada siapa karena hanya ada dirinya diruang kamarnya.

Ia memutar kepalanya untuk melihat jam dinding yang menggantung pada dinding kanan kamarnya, pukul 07.45. "MAMA KENAPA GAK BANGUNIN BAMGYU!!!!" Teriaknya seketika lalu kemudian bergegas bersiap ke sekolah.

"GYU KAMU BELUM BERANGKAT?! MAMA KIRA KAMU UDAH BERANGKAT!!!" Teriak Mama-nya juga dari bawah.














To be continued.

Cerita ini terinspirasi dari drakor Moon Lovers dan series bl Until We Meet Again yang aku rangkai semenarik yang aku mampu. Tapi garis besar ceritanya jelas jauh berbeda.

Ah iya, ini bahasanya bakal baku pas nyeritain masa lalunya... Dan bahasa non-baku buat nyeritain alur cerita aslinya.

Serius sih, ini book berat banget. Banyak POV dan plotwist nya jadi aku kadang suka pusing sendiri 😴

Yap, terimakasie, semoga suka🤸🏻‍♀️

[✓] The Tale Of : Fallin Flower - heehoon taegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang