Ch. 33 : Jalan Keluar

326 65 20
                                    

"Argh..."

Perlahan namun pasti, Katsuki telah mengembalikan kesadarannya ke dunia nyata. Rasa sakit seakan ditusuk ribuan jarum menjalar di setiap inci tubuhnya, mulai dari pangkal kepala hingga ujung kakinya, semua merasakan rasa sakit tersebut. Bahkan, untuk membuka mata, lelaki remaja tersebut membutuhkan usaha yang bukan main besarnya. Katsuki dapat merasakan bulir-bulir peluh sebesar biji jagung membasahi keningnya, bantal, dan ranjangnya.

"Ini... Kamar?" gumam Katsuki bermonolog. Namun, siapa sangka monolognya disahut oleh sebuah suara khas anak-anak yang belum matang dengan keras. "Ya, kau sudah di kamar. Kau—sebenarnya apa yang kau makan? Butuh usaha ekstra untuk membawamu kembali ke dalam kamar, kau tahu? Bahkan karena membantuku memapahmu, lagi-lagi luka Ryuu sedikit terbuka!" Katsuki menolehkan kepalanya dan memandang pria kecil berambut pirang yang tengah berkacak pinggang di sana dengan tatapan bersalah yang diselubungi oleh tatapan sarkastisnya yang biasa. 

"Itu salah kalian mengapa terlalu kecil! Lagipula, memangnya aku meminta kalian untuk membawaku kembali?" seru Katsuki sebelum terbatuk cukup keras. Baru saja Reiji hendak mengatakan sesuatu yang lain suara lain yang cenderung tenang dan sedikit malas terdengar, "Tidak perlu diperpanjang lagi. Daripada terus-terusan mendebatnya, lebih baik habiskan sedikit tenagamu untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Ada yang ingin kubicarakan."

Mendengar hal itu, Reiji mendengus kesal namun tak berani untuk membantah sedikitpun dan dengan segera membantu Katsuki bangkit dari posisi berbaring. Katsuki pun tidak berani untuk mendebat lebih banyak dan hanya bisa menatap Reiji dengan sengit. "Apa yang ingin kau bicarakan? Begitu serius?"

"Tidak seserius itu," Ryuu melambaikan tangannya pelan. "Hanya saja, aku akan mengajukan pertanyaan padamu. Aku akan menggunakan hakku sebagai manusia untuk bertanya dan kau juga bisa menggunakan hakmu untuk tidak menjawab pertanyaan yang mungkin menurutmu sensitif. Jadi, tidak perlu merasa tertekan. Aku hanya bertanya, bukan menginterogasimu. Lalu, apapun responku, kau boleh mempercayainya, boleh juga menolak untuk percaya. Pada akhirnya, aku juga bukan orang yang mahatahu."

Katsuki menaikkan sebelah alisnya. Tidak serius namun menggunakan ancang-ancang awal seperti ini? Bukankah ini akan semakin mencurigakan? Namun Katsuki berusaha untuk mengabaikan keanehan itu dan menganggukkan kepalanya, "tanya saja. Tidak ada yang bisa membuatku kurang nyaman."

"Baiklah, pertanyaan pertama," Ryuu meletakkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. "Ini tentang manual yang kau pakai. Aku akan membuat sebuah tebakan, manual api tingkat tinggi? Mengapa api? Bukankah elemen dasar milikmu adalah petir?" 

Pertanyaan tersebut dijawab dengan anggukan ringan oleh Katsuki. "Benar. Aku orang miskin sebelum masuk ke dalam keluarga Ming. Begitu membuatku masuk ke dalam klan itu, mereka dengan segera memberikanku perawatan kelas satu. Makanan sehat, pil tingkat tinggi, senjata bagus, dan tentu saja manual baru. Salah satu tetua berkata bahwa aku memiliki potensi elemen api di dalam diriku sehingga menyaranku untuk memaksimalkan potensi tersebut dengan cara berlatih dengan manual elemen api bernama Seni Sembilan Api. Apa ada yang salah?"

Ryuu menghela napas berat. "Apa yang sudah salah sejak awal tidak akan pernah benar. Sebuah kebohongan tidak akan pernah berakhir dengan kebenaran. Kebohongan akan terus ditimpa dengan kebohongan lainnya, itulah yang terjadi. Elemen api memang berada dalam jenis yang sama dengan elemen petir, didominasi oleh energi Yang dengan sedikit energi Yin di dalamnya. Namun, dua elemen ini jelas berbeda. Api adalah sebuah elemen murni yang mengandung panas dan cahaya, sedangkan petir adalah pergabungan antara api, angin dan cahaya." Ryuu menjeda perkataannya sejenak.

"Dengan begitu, petir seharusnya lebih kuat dibandingkan api. Kau tidak akan pernah mencapai puncak dalam hidupmu karena mempraktikkan manual yang salah sejak awal. Api memang elemen dasar yang bagus, hanya saja, bila ini kasusnya, semakin tinggi manual yang kau jadikan pedoman, maka semakin jauh kau dari jangkauan elemen petirmu. Lama kelamaan, tubuhmu mulai mereduksi elemen baru dan menghapus semua tentang elemen petirmu. Sungguh sebuah pemborosan. Harus kukatakan, ini termasuk ke dalam pencucian otak." Ryuu menutup penjelasannya.

Re : Overlord [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang