Ch. 12 : Berburu Bersama Guru

1.3K 186 12
                                    

"Oh? 50 Silver? Aku tak menyangka peringkatnya setinggi itu. Baiklah, di dalam tas ini masih ada banyak yang seperti itu. Sekitar dua ratus butir lagi. Dan... Aku ingin mempersembahkan kristal itu untuk Guru, Ibu, Ayah, Adik, Sepupu, dan dua temanku. Bisa tidak, dijadikan cincin?" tanyaku.

Pembawa acara manggut-manggut dan mulai menghitung semua kristal yang ternyata berjumlah 282 buah seluruhnya. Setelah menjadikannya tujuh cincin, aku mengambilnya dan memasukkannya ke dalam tas kembali.

Setelah memberi hormat singkat pada pembawa acara, aku kembali ke tempat duduk di sebelah guru Shin. Dia tersenyum bangga sembari menepuk kepalaku.

"Memang tidak salah menjadikanmu muridku," kekehnya

"Murid tidak berani mengambil pujian itu, guru." ujarku dengan senyum pahit.

"Bocah nakal, rendah hati itu boleh, tetapi jika sampai terlewat batasannya seperti ini, namanya rendah diri!"

"Aaa... Maafkan murid yang salah paham ini,"

"Berhentilah bicara formal, itu membuatku merasa kita adalah orang asing."

"Baiklah, guru. Keito mengerti," ujarku sembari terkekeh kecil.

"Hn, bagus kalau kau mengerti. Jika kau bicara seolah kita adalah orang asing lagi, kupukul bokongmu seratus kali."

"I-iya, Keito mengerti."

Akhirnya, sesi kedua telah dimulai. Kali ini, guru dengan tubuh ringkih palsunya melompat masuk ke area tengah stadium.

Ia melihat sekitarnya. Semua guru-guru di sini berlomba-lomba menjadi yang termuda, padahal umur mereka sudah jauh melampaui kakek. Mengingat bahwa umur sebenarnya dari guru, aku terkekeh tanpa sadar.

Begitu gerbang dibuka, guru adalah orang paling santai yang terlihat. Bukan hanya masuk paling terakhir, bahkan guru hanya berjalan pelan sambil menengok ke sekitar sesekali.

Walaupun begitu, tidak ada monster apapun yang berani mendekat ke arahnya. Aku membulatkan mata dengan takjub. Itu artinya, tingkat kekuatan roh atau kultivasi milik guru setidaknya cukup tinggi untuk membuat monster-monster menjaga jarak darinya.

Sesaat setelahnya, bayangan guru tidak terlihat lagi. Dengan antusias, aku memperhatikan para tetua lain yang tengah bertarung dengan para monster. Setelah memperhatikan dengan jeli, aku baru tersadar bahwa tingkat monster yang dilawan oleh para tetua jauh diatas para monster yang kami hadapi sebelumnya.

Sorak sorai terdengar begitu nyaring di stadion. Semua murid memberi semangat pada para guru mereka. Bahkan mungkin hanya aku seorang yang tidak berteriak—karena aku bahkan tidak mengetahui letak pasti guruku!

Setelah menunggu sekitar dua sampai tiga jam, sebuah gerbang bercahaya menandakan seseorang akan keluar dari sana. Semua orang dengan antusias memperhatikan gerbang tersebut. Satu persatu guru mulai keluar dari gerbang yang mereka masuki pada awalnya.

Perlahan namun pasti, semua guru telah keluar dengan tas berisi kristal jiwa di tangan mereka. Di detik terakhir, aku melihat guru melangkah keluar dengan santai. Aku tersenyum setelah memastikan keselamatannya—walau aku tahu sebenarnya itu tidak diperlukan. Aku jelas satu-satunya orang di stadium ini yang mengetahui kekuatan asli milik guru.

"Eum... Tuan Kazemaki, bisa saya memeriksa kristal jiwa yang Anda dapatkan?"

"Oh, tentu, tentu."

Guru menyerahkan sebuah kristal jiwa berwarna putih. Ukurannya sebesar kepalan tangan orang dewasa, dan warnanya begitu menyolok.

"Ini... Kristal Jiwa 20 Golden!?"

Re : Overlord [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang