Ch. 26 : Musuh di Jalan Sempit

421 72 187
                                    

Saat kembali ke kamar asrama mereka, Ryuu dan Reiji sudah mengubah penampilan mereka seperti aslinya. Tidak ada lilin maupun batu cahaya yang dihidupkan, itu artinya teman sekamar mereka bahkan belum kembali ke dalam kamar itu saat fajar akan segera datang. Reiji yang segera membersihkan diri setelah datang berkata, "wah, orang sialan itu belum kembali juga?"

"Daisuke Katsuki." ujar Ryuu sembari memasang pakaiannya Reiji menatap Ryuu dengan bingung sembari menoleh ke sekitar, mencari pemilik nama tersebut. Ryuu mengeringkan rambut peraknya dengan sehelai handuk kemudian memanjat ke arah tempat tidurnya. "Itu namanya, Reiji. Aku masih heran, namamu berarti anak yang sopan tapi mulutmu sama sekali tidak sopan, Rei. Sudah larut, ayo tidur."

Reiji ikut memanjat tangga kemudian bertanya, "bagaimana kau tahu namanya, Ryuu? Kau seorang pembaca pikiran atau bagaimana?" Ryuu mendengus sebelum menutupi tubuhnya dengan selimut. "Di sebelah pintu masuk kamar kita terlihat nama penghuni kamar ini, bodoh. Tidurlah, jangan lupa pakai selimutmu, malam ini akan ada badai." Mendengar jawaban Ryuu, Reiji berusaha untuk tidak memukul wajah temannya tersebut.

"Aku belum lihat bukan berarti aku bodoh! Huh, dasar menyebalkan!" Reiji menuruni tangga ranjang sebelum akhirnya tenggelam dalam selimut miliknya sendiri, mencari kehangatan. Sementara Ryuu berusaha menahan senyum setelah menggoda temannya yang sangat ekspresif itu.

✨✨✨


Ryuu membuka matanya, menahan diri untuk tidak mengumpat. Dirinya bahkan belum tidur selama delapan jam yang cukup namun sistem dalam tubuhnya yang sudah diatur sejak ia menjadi Artha di dunia sebelumnya selalu memaksanya bangun pukul lima pagi, kapanpun ia mulai memejamkan mata, dan setelah itu, dirinya tidak bisa bergelung di dalam selimut lagi.

Akhirnya, lelaki kecil itu memutuskan untuk turun dan menenggak air mineral. Ketika tengah menuruni tangga ranjangnya, ia merasa kakinya dipegangi dan hampir saja berteriak dsn mengumpat jika dirinya tidak ingat ada penghuni lain yang tidur di ranjang bawahnya. Dan saat ia menginjakkan kaki di lantai, bunyi guntur terdengar cukup keras, bahkan sedikit mengejutkannya, namun ia berhasil mengendalikan mulutnya untuk tetap diam.

Ia melihat Reiji yang meringkuk kedinginan namun menendang-nendang selimutnya sampai ke sudut ranjang. Ryuu menarik napas sebelum akhirnya menyelipkan selimut pada sisi ranjang untuk mencegahnya terlepas dan memakaikannya kepada Reiji. Saat dirinya tengah menenggak air mineral, ia melihat jendela di kamar itu terbuka, dan seseorang masuk ke dalam kamar dengan kondisi basah kuyup. "Oi, ini sudah jam lima pagi dan kau baru kembali?" tanya Ryuu sembari meletakkan gelasnya kembali di tempatnya.

Orang yang basah kuyup itu mendongak kemudian mendesis, "bukan urusanmu. Tidurlah lagi, bukankah kau bilang tidak akan menganggap aku ada?" Daisuke Katsuki, sosok yang baru saja memasuki kamar itu melangkah menuju lemarinya dan mengambil satu setel pakaian.

"Niatku memang mengabaikanmu, tapi apakah ada orang yang tidak terganggu ketika hantu mengotori rumahnya? Demi alam semesta, aku paling benci ketidakteraturan, dan kau mengotori lantai dengan sepatu berlumpur milikmu. Aku tidak akan tenang sebelum itu kembali bersih," jawab Ryuu sembari berkacak pinggang. Katsuki menatap Ryuu dengan jengkel. "Akan kubereskan, kau tidur saja, tidak usah berisik."

Ryuu memutar bola matanya jengah, "aku baru saja terbangun dan kau memintaku untuk tidur? Kau mencoba bermain badut denganku?" Katsuki sama sekali tidak mengerti apa maksud Ryuu ketika berkata 'bermain badut'. Yang ia pahami adalah makna sarkastis di balik kalimat tersebut, makna yang membuat ia kesal dan hendak menyumpal mulut anak lelaki yang berbeda dua tahun darinya itu dengan kain lap pel. "Dasar bocah." gerutu Katsuki sembari memasuki kamar mandi.

Re : Overlord [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang