"Ryuu, kapan kamu akan mulai belajar di akademi, sayang?"
Yuiko memasuki kamar Ryuu yang saat ini tengah membereskan barang-barang yang sekiranya akan dibutuhkan olehnya di akademi di masa depan. Ryuu menoleh ke arah Ibunya itu kemudian tersenyum, "bulan depan pelajaran akan segera dijalankan secara resmi, Bu. Kami akan berangkat pada minggu terakhir di bulan ini. Jadi masih ada waktu dua minggu sebelum aku resmi belajar di sana."
"Ryuu, dengarkan kata-kata Ibu, ya?" Yuiko mengajak Ryuu duduk di tepi ranjang sembari merapikan rambut Ryuu yang lurus ke bawah, membelahnya di bagian poni untuk menunjukkan sedikit celah yang menampilkan keningnya. "Di sana nanti, jangan terlalu cepat marah dan mengeluarkan kekuatan. Apapun perkataan orang lain, abaikan saja, ya?"
Ryuu menatap Ibunya itu dengan mata tak beriak, tenang, layaknya permukaan sebuah danau. Yuiko menatap mata putra sulungnya yang tidak pernah bisa ia selami selama sepuluh tahun. Putranya yang selalu menjadi kebanggaannya, sekaligus menjadi kekhawatiran terbesarnya. Ia khawatir putranya itu akan menjadi depresi akibat olokan, hinaan, cercaan, cacian dan makian yang terlempar padanya. Ia selalu merasa bersalah akan hal yang menimpa putranya hingga saat ini.
Sudah ratusan kali dirinya dan suaminya mencoba mengecat rambut Ryuu kecil dengan cat rambut hitam, namun tidak sampai sepuluh menit kemudian, cat tersebut akan luntur dan kembali menampilkan warna aslinya. Rambut palsu pun tidak banyak berguna karena bentuknya yang tidak keruan. Setiap kali ia memeluk Ryuu sembari menangis karena merasa gagal menjadi seorang orang tua yang baik, anak itu hanya membalas pelukannya dan berkata, "tidak apa-apa, Bu. Ryuu baik-baik saja." yang membuat dirinya semakin merasa bersalah.
"Ryuu tidak bisa janji," ujar Ryuu setelah beberapa lama. Yuiko menaikkan alisnya, "mengapa? Apakah permintaan ini terlalu sulit untukmu?"
Ryuu mengangguk. "Ryuu tidak bisa mengendalikan emosi dengan baik. Tapi Ibu tidak perlu khawatir. Ada Reiji yang bisa mengingatkan Ryuu jika nanti Ryuu kehilangan kendali. Ayah Reiji juga sudah meminta tolong kepada Ryuu untuk membatasi sikap kekanakan milik Reiji, jadi Ibu juga bisa meminta tolong kepada Reiji."
Yuiko tersenyum. "Memangnya Reiji bisa menghentikan putra paling nakal Ibu ini? Kamu pikir bisa membohongi Ibumu sendiri, Ryukikeito?" Yuiko menggerakkan telunjuknya ke kanan dan kiri, "tidak, kamu tidak akan bisa. Tapi tetap saja, Ibu akan meminta tolong kepada Reiji untuk mencabut sehelai rambutmu jika kamu kehilangan kendali, sepakat ya?"
"Ibu...! Kenapa harus cabut rambut?" Ryuu merengek sembari memegang rambut peraknya. Yuiko tertawa kecil, "karena ucapan saja tidak berguna melawanmu, sayang!"
Tiba-tiba terdengar suara diketuk. Shuichi bersandar di pintu kamar sembari menenteng sebuah tas kecil berwarna putih dengan satu garis biru sebagai hiasan. "Shuu? Ada apa?" tanya Yuiko sembari berdiri menghampiri suaminya tersebut. Shuichi tersenyum kemudian melempar tas kecil tersebut kepada Ryuu. Ryuu mengangkat alisnya kemudian membuka tas kecil tersebut. "Ini... Cosmos Sack?"
"Kamu tahu?" Shuichi terkejut. Ryuu mengangguk, "Ryuu melihat banyak orang mengikat tas kecil ini di pinggang mereka ketika berada di lapangan tes masuk Akademi Naga Api. Setelah Ryuu cari tahu, ternyata namanya adalah Cosmos Sack. Ayah membelinya untuk Ryuu?"
Shuichi mengacak-acak rambut Ryuu kemudian mengangguk, "itu benar. Kakekmu memberikan Ayah uang untuk membeli benda ini. Ayah dengar banyak muda-mudi yang memamerkan seberapa luas Cosmos Sack mereka. Ayah membelikan tipe B, karena tipe A telah terjual habis dan tipe S yang dijual hanya untuk pelanggan eksklusif. Tidak apa-apa 'kan?"
"Tentu saja tidak apa-apa. Terima kasih, Ayah. Ryuu suka warnanya." ujar Ryuu sembari tersenyum dan memeluk Shuichi. Shuichi tertawa ketika mendengar perkataan Ryuu. "Baguslah. Itu artinya Ayah tidak salah membeli warna yang serupa dengan dirimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Re : Overlord [Slow Update]
Fantasy[Fantasy & Little Romance] Luxhym Centralis adalah peristiwa satu milenium sekali, dimana dunia dipenuhi kegelapan, dan dalam kurun waktu 12 jam, cahaya putih akan menyelimuti dataran. Bayi yang lahir tepat pada saat itu akan meninggal karena tidak...