48. danger
Hai, hai, hai! Nungguin gak nih?
Btw, sorry baru up lagi hehe. Sumpah akhir-akhir ini aku sok sibuk banget.
Sebelum baca aku ingetin supaya kalian follow ig @storiesalfina ayo! Jangan lupa follow ig RP²nya juga ya🖤
⬇️⬇️⬇️⬇️
Azella menghela nafasnya, gadis itu menatap langit-langit kamar di apart Kafka dengan pikiran yang tertuju kepada ucapan, atau lebih tepatnya ajakan Zayn waktu itu.
Jujur saja, Zayn sangat mengganggu pikiran Azella. Gadis itu tidak menyangka bahwa di balik perlakuan kasar Zayn kepadanya justru cowok itu malah menyimpan rasa.
"Itu cowok diem-diem menghanyutkan ternyata,"gumamnya dengan mata terpejam.
Azella ingin sekali menelfon Kafka untuk membicarakan soal adik cowok itu, tapi dia tahan karena Kafka sudah mewanti-wanti sebelum pergi untuk Azella jangan menghubunginya terlebih dahulu. Pikir Azella sih mungkin karena Kafka takut jika sewaktu-waktu dia menghubungi, yang ada ketahuan Haico atau bahkan Artyn, jadi cowok itu cari aman.
"Gue kangen Kafka."Azella menundukan wajahnya sedikit agar bisa melihat perutnya sendiri, dengan gugup tangan kanan gadis itu dia bawa ke atas perutnya sendiri. "Apa kamu juga kangen Papa kamu?"
Jari-jari lentik Azella mengusap perutnya sendiri di balik baju yang ia kenakan, bibirnya terbuka sedikit ketika merasakan rasa hangat pelan-pelan terasa di hatinya. Dia tidak jadi menggugurkan kandungannya, dia tidak jadi menyingkirkan hasil buah cintanya dengan Kafka.
Buah cinta? Lo gila Azella.
Dan ya, gadis itu di buat terdiam bagai patung saat kata hatinya sendiri memakinya gila. Mungkin iya Azella bisa menganggap anak yang ada di dalam perutnya ini adalah hasil buah cintanya dengan Kafka, karena dia saat 'bermain' menggunakan perasaan, menggunakan cinta. Sedangkan Kafka? Tidak, cowok itu pasti hanya melampiaskan nafsunya saja dan tidak memakai perasaan sama seperti Azella.
"Tenang aja sayang, Papa kamu kalau tau pasti..."
Mendadak mulut Azella kaku untuk melanjutkan kalimatnya, dia bingung. Memang Kafka akan senang dengan kehadiran anak di dalam perut Azella?
Waktu dulu Azella dan Kafka pertama kali melakukan itu, dia ingat betul ketika Kafka bersikeras menyuruh Azella melakukan KB. Bahkan saat sudah KB pun, Kafka selalu memakai pengaman ketika berhubungan.
Azella menelan ludahnya pelan ketika pikirannya mengarah ke satu hal saat sudah mengenang 'waktu dulu' itu. Dan satu pertanyaan muncul di benaknya sekarang.
Apa kafka gak mau punya anak dari gue?
Saat asik tenggelam memikirkan Kafka mau atau tidak mempunyai anak dengannya, dia di sadarkan oleh suara bel yang berbunyi. Azella mau tak mau harus beranjak dari posisinya sekarang untuk membuka pintu apartemen.
Dengan malas gadis itu berjalan keluar kamar, dia sama sekali tidak menaruh rasa curiga kepada si pemencet bel karena katanya Damon sebelum cowok itu pergi dari sini, akan ada ART Minggu-an yang ingin membersihkan apart.
"Langsung ma–"
"Hai, adik kesayangan."
Badan Azella tiba-tiba kaku sekarang, bahkan mata kucing gadis itu menatap sosok di depannya sekarang yang menyeringai ketika melihat ekspresi kaget juga tertegunnya.
Satu detik setelah sadar dari rasa kaget, Azella ingin menutup pintu kembali namun sayangnya kalah cepat oleh Riki yang langsung mendorong Azella ke belakang agar cowok itu bisa masuk ke apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLA'S STORY (END)
Teen Fiction(JANGAN LUPA DI VOTE DAN KOMEN, TAMBAHKAN KE LIBRARY KALIAN JUGA. KALAU MAU FOLLOW SILAHKAN🙃) Azella tahu merebut pacarnya diam-diam dari sahabatnya bukan hal yang patut di tiru dan di benarkan, tapi Azella bisa apa jika dia sudah sayang pada pacar...