49. Tawaran

4K 330 334
                                    

49. Tawaran

Gak mau basa-basi, kalian pasti seneng aku up cepet 🤣

Jangan lupa vote juga spam komennya yaa, follow ig @storiesalfina juga.

⬇️⬇️⬇️⬇️

Zero menatap datar layar ponselnya, pria itu baru di beri kabar oleh Artyn perihal Kafka yang memutuskan untuk pulang ke Jakarta nanti siang. Kafka memang menyuruh Haico dan Artyn agar tetap liburan, cowok itu beralasan kepada Haico jika dia akan mengurus bisnis baru yang akan dia jalani bersama Navali juga Haka.

Decakan pelan juga cara  Zero yang menyimpan ponselnya ke meja kerja pria itu sendiri dengan sedikit di lempar, sudah membuktikan bahwa masalah soal anaknya ini tidak bisa di biarkan lagi. Zero memang sudah harus turun tangan.

"Permisi."

Zero melirik pintu kayu yang terbuat dari jati kokoh itu, dia bisa melihat orang suruhannya sudah berdiri tegap di depan sana.

"come in,"ucapnya dingin.

Orang suruhannya itu masuk dan duduk di kursi tepat di hadapan Zero saat sang majikan menyuruhnya lewat lirikan mata.

"Riki terancam harus di amputasi kaki kanannya akibat Tuan yang menembak juga menendang kaki Riki semalam,"ucap orang suruhan Zero itu yang membuat salah satu alis Zero terangkat naik mendengarnya.

"Bagus, memang itu yang saya inginkan."Zero membalas ucapan orang suruhannya dengan tenang.

Ya, semalam dia yang menembak Riki tepat pada kaki kanan laki-laki brengsek itu. Tidak cukup hanya di tembak saja, Zero juga menendang dan menekan dengan kakinya sendiri luka tembak di kaki Riki.

"Dan masalah gadis itu, dia sudah saya suruh untuk datang ke sini setelah selesai mandi. Keadaan–"

"Saya tidak perlu tau keadaan dia,"sela Zero yang membuat orang suruhannya langsung bungkam.

Semalam dia memang menolong Azella dari Riki, tapi bukan berarti dia mau melindungi selingkuhan anaknya itu. Zero hanya mau mengobrol dengan Azella saja.

"Kenapa Tuan tiba-tiba mengarahkan kami semalam untuk datang ke apart Kafka? Apa Tuan ingin menolong gadis itu?"tanya orang suruhan Zero dengan sedikit lancang.

Zero tersenyum tipis sambil mendengus pelan. "Saya hanya ingin mengobrol juga memberi tawaran pada gadis itu. Tidak lucu kan jika dia di bunuh Riki sebelum saya bertemu dengan dia?"

Orang suruhan Zero itu mengangguk paham, dia sudah mengerti dan tahu apa yang akan Zero obrolkan juga tawarkan pada Azella nanti.

"Ah iya, bilang pada Damon untuk menjebak Kafka. Bilang saja selingkuhan dia itu ada di rumah yang benar-benar rumah saya. Kafka tidak boleh tahu kalau sebenernya Azella berada di rumah yang ini,"pesannya yang di angguki oleh orang suruhan.

Tok, tok

"Pe-permisi."

Kepala Zero juga orang suruhan mengarah pada pintu secara bersamaan, di sana sudah ada Azella yang kini rapih menggunakan dress berwarna hitamnya.

"Kalau begitu, saya pamit Tuan."

Zero mengangguk dan menatap kepergian orang suruhannya. Pria itu bisa melihat saat orang suruhannya menyuruh Azella masuk ke dalam.

Tatapan mengintimidasi Zero tentu membuat Azella gugup, bahkan gadis itu meremas sisi-sisi dressnya dengan pelan. Azella bingung harus duduk atau tidak.

"Duduk,"titah Zero yang membuat Azella langsung duduk di hadapan Zero, di bekas orang suruhan Zero tadi duduk.

Bisa Zero lihat di pipi kanan Azella terdapat perban kecil yang menutupi luka akibat Riki semalam. Mata pria itu sempat juga melihat tangan Azella yang memainkan dress di bagian depan perut gadis itu sendiri.

AZELLA'S STORY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang