II

6 2 0
                                    

"Appa menungguku?" ucap Yoo Hye In begitu melihat sosok yang ia kenal di luar sekolah mengenakan payung untuk menghadang salju yang turun langsung mengenainya

"Ye ppalli ppalli chuwo/ ya, cepat..cepat ini dingin" respon appanya yang membuat yeoja itu sedikit berlari.

"ayo kita makan samgyetang dulu"

"KOL"

-

"appa, kampus itu terlalu susah untuk dicapai" rengek yeoja itu ketika menunggu makanannya datang

"appa yakin kamu bisa, nilaimu stabil"

"stabil bukan berarti bagus appa"

"YAA!! kalau stabil sudah pasti bagus"

"appa pikir nilai temanku yang lain tidak lebih bagus dariku? ne maj-ayo/iya benar/, nilai mereka bukan lebih bagus tapi sangaaat bagus"

"yaa, mau appa beri tau suatu rahasia besar?" bisik appanya mendekatkan diri pada yeoja itu "appa... bermimpi tentang babi"

"appa... appa percaya hal-hal seperti itu?"

"firasat appa baik tentang ini, ikuti saja dulu"

"maka aku akan mengorbankan kesempatanku? ani, ileol su eobs-eo/tidak, ini tidak bisa/"

"YAAA!!! jika kamu tidak melakukannya, aku tidak akan memberimu uang jajan"

"appa... kalau saja eomma tau, ia pasti akan menyuruh appa tidur diluar" sungut yeoja itu bertepatan dengan pesanan mereka yang baru datang

-

"YAA YOO HYE IN, KAMU DIPANGGIL SSAEM"

"mwo? ssaem? waeyo?"

"molla"

Yeoja yang sedang berjalan di koridor itu tahun ini akan menghabiskan tahun terakhirnya di jenjang sekolah menengah atas. Impiannya? kalau saja ia bisa langsung mencari kerja, itu akan sangat bagus meskipun ia tak akan mendapatkan posisi sebagus orang-orang yang lulus universitas, dengan kemampuan otaknya, ia tau itu.

huh..., hela nafasya
Kini ritme jantungnya berubah menjadi cepat begitu kakinya berada di depan kantor guru.
semoga tak ada yang serius, semoga tak ada yang serius, ucapnya penuh harap seraya mengatupkan kelopak matanya.

"ssaem memanggilku?" ucap Hye In begitu sampai di meja wali kelasnya

"Oh, anj-a/iya, duduk/"

"kapan kamu akan memberi daftar kampus yang kamu minati?

"aaah, igeo?"

"ne, lalu kenapa lagi aku memanggilmu?" ucap ssaemnya yang dibalas senyum oleh Hye In

"mmm, ssaem berikan aku waktu satu minggu lagiii, neee?

"sejak 1 bulan yang lalu kamu mengatakan hal yang sama"

"kali ini serius ssaem" ucapnya sambil membuat angka 2 dengan jarinya , peace.

"anii, tak bisa, lusa harus sudah ada ditanganku"

"ssaem..."

"ka/pergi/"

"ssaemmmm.... oh? ne ne ne??"

"ka ka ka ka" ucap ssaemnya yang disambut wajah cemberut oleh hye in, ia pun berjalan keluar

"OH!! HYE IN-AH JANGAN LUPA RESUME MU"

"SSAEM"teriak Hye in tanpa sadar, ia lupa ia sedang berada di ruang guru

"joesonghamida joesonghamida /maafkan saya, maafkan saya/"

-

Tingkat 3 SMA di korea tidak main-main, kalian akan melihat banyak robot belajar, mereka begitu ambisius akan masa depannya, termasuk aku. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam tapi kami masih belum beranjak dari kursi kami, seakan-akan mengisyaratkan ayo kita berlomba.

"ahhh an doegesso/ahhh ini tak bisa dibiarkan/ hana-ya aku akan pulang, mau ikut?"

"mian, jika aku diliat eomma uang jajanku akan dipotong"

"aigooo~, kasiannya temanku yang satu ini" ucap Hye In seraya menepuk kepala Hana

"YA JUG-EULLAE?/hei kau mau mati?/" ucap Hana dengan muka datar, Hye In hanya merespon dengan tawanya dan segera meninggalkan kelasnya

Masih ada 15 menit untuk bus jurusannya datang, segera ia merogoh sakunya, mengambil benda yang tampaknya kusut dan menguraikannya, menyambungkannya pada hp dan memutar lagu.

Kali ini bukan menunggu appanya, jam kerja appanya sudah habis sore tadi.

jezz, bunyi pintu bus terbuka menempelkan kartu dan segera duduk di bangku ke 2 dari belakang. Tak lama tampak seorang ibu dan anaknya sedikit berlari untuk berusaha memasuki bus. Segera Hye In hendak berdiri memberikan bangkunya, hingga seorang dari bangku depan lebih dahulu memberikan bangkunya. Segera ia duduk kembali, menatap jalanan yang sudah mulai basah karena hujan mulai turun.

Tiba-tiba saja ia mengingat kejadian tahun lalu di bulan Juli, setelah kejadian itu ia tak pernah lagi bertemu dengannya bahkan di bus pun. Entahlah ia terlalu malu bertanya pada appanya, apakah appanya itu juga belum bertemu dengan namja itu atau sudah. Seperti biasa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, hanya saja Hye In tak menyangka hari itu adalah hari dimana pertemuannya dan perpisahannya berlangsung.

Dan yang ia rasakan hanya rasa kagum sementara, itu yang selalu Hye In tanamkan dihatinya. Hye In sudah sering melalui itu, jadi ya sudah, dianggap angin lalu saja.

huh..., hela nafasya lagi sembari menutup matanya.

Summer Bus {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang