XIV

7 1 0
                                    

Sudah 3 hari berlalu, sejak kejadian itu, Nam Ji seonbae berlaku seperti tak terjadi apapun, aku mengerti tujuannya,hmmm mun...kin?. Ia juga seperti tidak menjauhiku, tapi tidak juga seperti mengenalku.
Pikiranku sedari kemarin selalu memikirkan kejadian itu, aku rasa ia tidak benar-benar dalam keadaan yang baik-baik saja, apa harus kutanyakan pada Ha Min seonbae? ah tapi itu bukan urusanku...

FLASHBACK on
Sudah beberapa menit keduanya duduk bersebelahan tanpa ingin membuka suara. Setelah tadi Ji Woo menumpahkan emosinya, Hye-In sama sekali tidak ada niatan untuk meninggalkan Ji Woo sendiri. Bahkan hanya untuk sekedar menenangkan dirinya sendiri, Hye-In takut untuk meninggalkan seonbae itu sendiri.

"mian" ucap Ji Woo tiba-tiba
"untuk apa?"
"tadi"
"untuk apa meminta maaf seonbae, semua orang bisa saja jatuh karena suatu hal, itu bukan suatu hal yang perlu dimaafkan" ucap Hye-In menerawang kedepan
"maja, tapi aku bahkan tidak bisa keluar dari semua ini" lirihnya yang masih terdengar cukup jelas
"fuuh, mian tapi aku mohon rahasiakan ini dari yang lain, dan juga hapuskan kejadian ini dari ingatanmu" ucap Nam Ji seonbae seraya bangkit berdiri dan berjalan keluar tempat itu
FLASHBACK off

Jujur sejak kejadian itu, membuat Hye-In selalu mencuri-curi pandang ke Ji Woo baik itu disaat trip ataupun sedang berada di satu ruangan, tentu saja dengan jarak yang jauh, ia tak ingin membuat Nam Ji seonbae mengetahui keberadaannya sehingga membuatnya tak nyaman.

Saat ini mereka sedang bersiap-siap untuk pergi ke tempat trip selanjutnya, ia baru tahu ternyata trip mereka tidak hanya menetap di village itu hingga seminggu kedepan tetapi akan pergi ke berbagai tempat. 
"Jadi untuk perwakilan kelasnya dibarter ya, bagi yang kemarin udah kebagian di bus panitia, sekarang di bus kelas" ucap salah satu panitia begitu seluruh perwakilan kelas berkumpul

Tujuan selanjutnya Namwon, dengan perjalanan 55 menit menggunakan bus yang sudah di sewa. Selama perjalanan Hye-In duduk bersama Yuri, Yeji dan Hyunsu, terkadang ia bermain dengan mereka ataupun menyempatkan waktu untuk tidur agar tidak mabuk, meskipun hal itu dapat membuat pikirannya teralih tapi pada akhirnya akan kembali memikirkan Nam Ji seonbae. Apa ia harus pura-pura tidak peduli?

"Hye In-ah, yaa, Hye-In ireonaa~" ucap seseorang sayup-sayup terdengar oleh Hye-In, merasa tubuhnya di gucang lebih hebat, ia pun membuka matanya searaya mengerang terusik
"waee?" ucapnya yang kembali menutup matanya, tak sanggup jika diajak bermain, saat ini keadaan perutnya benar-benar tidak bisa berkompromi sedikit saja ia duduk tegak, bisa dipastikan isi perutnya akan keluar, mabuk kendaraan.

"Kita lagi break buat makan, kau mabuk kan? ayo, turun, isi dulu perutmu" ucap yeji mencoba menarik lengan Hye-In
"ani, yeji-ya aku akan muntah jika duduk"
"makanya kau harus keluar untuk mengisi perutmu Hye-In" tambah Hyunsu dari arah belakang, membantu Yeji dengan mengangkat tubuh Hye-In
"ani..." elaknya begitu tubuhnya telah sukses berdiri

-mmpft-

Yang dihindari pun datang, rasa mual yang sedari tadi ia tahan, sontak ia berlari keluar bus, mendekati semak-semak yang kebetulan berada tepat disebelah bus.
"wuahh, perutku" erang Hye-In
"wahhh apa kau memakan babi panggang"ucap Yeri tiba-tiba, menutup hidungnya seraya memegang 2 buah botol air minum, satu diberikan kepada Hye-In dan satunya di buang ke arah muntahan Hye-In
"yaa! jangan buang-buang air" ucap Hyunsu tiba-tiba dan mengambil alih botol yang dipegang Yeri
"wae? kau mau minum? minum saja, itu air yang aku ambil dari toilet" ucap Yeri seraya memeletkan lidahnya
"kau yakin botolnya tak tertukar dengan botol yang diminum Hye-In kan?" tambah Yeji berjalan dan menepuk pelan punggung Hye-In. Hyunsu yang mendengar itu segera memicingkan matanya memandang Yeri
"ya! aku memang pemalas tapi aku tidak ceroboh" balas Yeri kesal
"gwencana?" tanya yeri mengikuti yeji menepuk pelan punggung Hye-In

"aigoo, kenapa tubuhmu lemah sekali?" ucap yeji
"gomawo, sepertinya aku akan mencari udara segar dulu, baru akan menyusul kalian makan"
"apa mau kami temani?"
"tak usah, paling hanya sebentar, nanti aku menyusul"
"arasseo/baiklah/, kabari saja kami Hye-In, oh iya kamu belum masuk ke grup chat kita bertiga kan?, apa kau segitu sibuknya? kami sudah mengundangmu dari sebulan yang lalu" tambah Hyunsu
"ah? mian hp aku sempat rusak dan datanya hilang, nanti aku coba cek lagi" balas Hye-In yang disambut anggukan kepala Hyunsu, tak lama mereka berpisah.

"aghh mulutku rasanya aneh" ucap Hye-In seraya berjalan dengan tangan yang menekan perutnya kuat. Untungnya saja tak jauh dari sana terdapat toko yang cukup lengkap?, segera saja ia berjalan mantab ke toko itu, berharap ada obat atau minuman penghilang mabuk.

"aghh" ucapnya setelah meneguk minuman penghilang mabuk dari toko itu, duduk di kursi yang terletak tepat di depan toko. Kepalanya ia letakkan diatas tangan yang terlipat sempurna di atas meja bulat.
"HEI KAU KESINI" teriak seseorang dari kejauhan membuat Hye-In memiringkan kepalanya penasaran, masih dengan posisi yang sama, Nam Ji Seonbae, sedang memarahi seorang hoobae setingkat dengan Hye-In
"apakah dia sering menangis?" lirih Hye-In masih dengan mata yang tertuju pada Ji Woo

"dugu?" ucap seseorang yang membuat Hye-In terduduk kaget, Ha Min seonbae, ia duduk dihadapan Hye-In memegang sebuah kaleng bir yang sudah terbuka
"tak pernah" tambahnya lagi menatap lurus kedepan

"o?/ha?/"
"Ji Woo, kau membicarakannya kan? tak pernah, ia tak pernah menangis, tapi kenapa kau menanyakan itu?" ucap Ha Min menegak birnya seraya merubah arah pandangnya menuju Hye-In
"o?/apa?/"
"aishh, ya dengarkan, aku bertanya, kenapa kau memikirkan itu?"
"oh, ne, geunyang/entahlah/, terkadang orang dingin lebih mengerikan dibanding orang yang selalu ceria" ucap Hye-In bersandar di kursinya seraya matanya ia pusatkan kepada Nam Ji Seonbae yang kini sedang mengeluarkan sebuah kertas 
"o?/ha?/"
"ani, aku berfikir, orang ceria disaat sendiri mereka akan sering menangis, bukan begitu? aku pernah mendengarnya "orang ceria selalu menangis disaat sendirian", tak ada yang tau..."

"tapii...bagaimana dengan orang yang bersikap dingin? mereka bahkan tak punya ekspresi sedikitpun, tapi...-apa aku bilang saja ke Ha Min seonbae? lagi pula ia sahabatnya Nam Ji seonbae, maja/benar/, aku katakan saja-tapi... Nam Ji seonb-"
"maja, mereka hanya akan diam jika sedih dan tetap diam ketika senang" potong Ha Min membuat Hye-In mengurungkan niatnya memberi tahu kejadian tentangnya dan Ji Woo kemarin

"Benar-benar kharakteristik Ji Woo" tambahnya lagi
"o?"
"Kau tadi bertanya apakah Ji Woo sering menangis bukan? tidak pernah, bukan sering tapi tidak pernah, selama aku berteman dengannya, ani... selama 10 tahun aku berteman dengannya tak pernah kulihat ia menangis, bahkan saat kejadian-woah aku hampir saja keceplosan, mian tapi aku rasa aku tak punya hak untuk membicarakannya, pokoknya yang bisa ku katakan ia tak pernah menangis, begitu pula pandangan orang tuanya, mereka bahkan pernah meminta bantuan ku dan Yu-Rim untuk mengembalikan Ji Woo" ucap Ha Min yang sukses membuah Hye-In kaget, tak pernah? tapi kemarin...?
"asal kau tau Hye-In, Ji Woo dulu tak seperti ini, ia anak yang bisa mengekspresikan dirinya, kesal, senang, marah, seperti orang pada umumnya" tambah Ha Min yang membuat Hye-In tersenyum melihat Ji Woo yang sekarang sedang berjalan mencari anak yang sengaja kabur untuk berpacaran
"ara..."lirih Hye-In yang sukses membuat Ha Min menoleh memandang Hye-In, apakah Hye-In pernah bertemu Ji Woo sebelumnya?

apa yang terjadi seonbae? apa setelah di bus saat itu ada kejadian yang membuat mu seperti ini?

"Hye-In" panggil seseorang
"ah seonbae, sepertinya aku harus pergi sekarang, permisi" ucap Hye-In segera meninggalkan Ha Min

"wahh menarik sekali, ada apa dengan Hye-In dan Ji Woo?..., apapun itu akan kudukung, bahkan jika menceritakan hal itu" lirih Ha Min lalu menegak birnya
"aku rasa... Hye-In akan sangat berpengaruh bagi Ji Woo" tambahnya dan segera membuang birnya, berjalan mendekati Ji Woo

Summer Bus {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang