Sebuah tangan dingin menahannya, tangan Nam Ji seonbae, membuat Hye-In menoleh
"jangan memanggil yang lain"ucapnya lirih"jamkkaman seonbae" ucapnya melepaskan tangan itu dan berlari keluar
tak lama Hye-In kembali membawa hotpack, termos dan 2 buah selimut
"seonbae, pegang ini" ucapnya memberikan hotpack ke tangan Ji Woo, seraya menyelimutinya lagi dengan selimut yang ia bawa. membuka termos, menuangkan teh hangat ke gelas kertas yang ia bawa"seonbae, minum ini dulu"
"tak perlu"
"tapi ini perlu seonbae, badan seonbae sangat dingin"
"aku bilang tidak" tegasnya membuat Hye-In terdiam
"waeyo? seonbae ingin menyiksa tubuh seonbae sendiri?, kalau begitu kenapa diam disini menggunakan hoodie di tengah malam yang dingin? kenapa tidak memakai kaus dan duduk diam diluar? diluar lebih dingin" ucap Hye-in, entah kenapa kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya, spontanitas, padahal ia tak pernah mengeluarkan kekesalannya pada siapapun, bahkan pada Hana sekalipun.
"aku tak ada niatan untuk menyiksa diriku sendiri" balas seonbae itu menatap Hye-In, seketika itu juga senter di hp Hye-In padam, diikuti suara power off mode dari hpnya, menandakan batrai hpnya sudah habis.
"lalu kenapa?" tanyanya lagi, seolah tak terusik dengan gelapnya bus saat itu
"geunyang"
"setidaknya minum ini sebagai tanda terimakasih seonbae kepadaku"
"pergilah, aku ingin sendiri"pergi? tapi bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk?, batinnya
"tak perlu merasa bersalah, aku hanya tak suka keramaian, jadi aku kesini untuk tidur, sebentar lagi aku akan balik ke villa" ucapnya, Hye-In masih saja menatap seonbae itu walaupun kini hanya kegelapan yang menyeliputi indera penglihatannya.
"jika kau tak pergi mungkin aku yang akan pergi... bukan ke villa tapi ke tempat yang lain" ucapnya membuat Hye-In mau-takmau mengikutinya
"baiklah, permisi seonbae" ucap Hye-In segera bangkit dari duduknya meletakkan termos di bangku yang tadinya ia duduki dan berjalan keluar"apa dia anak kecil? aish, ke tempat lain? musun/apanya/, jamkkamman apa maksudnya ia mau ke tempat lain? bunuh diri?!, bagaimana ini? apa aku harus lapor ke seonbaenim yang lain" ucapnya seraya berjalan tergesa menuju villa
"ottokhae?"ucapnya begitu melintasi warung yang tadi ia singgahi untuk meminjam selimut, lalu mengubah haluannya menuju warung itu
"ahjumma, besok akan saya kembalikan selimutnya, kamsahamida"ucapnya seraya duduk di salah satu bangku masih dengan gelisah, memutuskan untuk menunggu seonbae itu, setidaknya ia sudah mengikuti permintaan seonbae itu sehingga paling tidak seonbae itu kini hanya tidur di dalam bus
"aigoo, gwencana, tapi... apa kau tidak kedinginan? memakai baju tipis itu di hari yang dingin ini?"
"ah, gwencanayo ahjumma"
"ini, minum teh ini, dan selimuti tubuhmu dengan ini" tambah ahjumma itu seraya memberikan Hye-In teh hangat dan selimut
"kamsahamida"
"tapi nak, apa kamu tak kembali ke tempat menginap?, apa yang sedang kamu tunggu?"
"ah, sebentar lagi ahjumma, ada yang harus saya pastikan"
"begitukah? baiklah, tapi ahjumma sarankan jangan terlalu lama, karena jalan di kampung ini sangat berbahaya malam hari, kamu akan kesulitan melihat jalan, tadi juga para supir sudah saya paksa balik" tambahnya seraya tertawa ramahbenar juga tadi bapak-bapak supir bus yang ia temui sudah tak ada lagi
"ne.., ahjumma"sudah 30 menit lamanya ia menunggu Nam Ji seonbae, tapi orangnya tak terlihat juga
apa aku harus kembali ke bus?, batinnya"ahjumma, kamsahamida, ini berapa?" Ucapnya bangkit dari duduknya
"ah, sudah?, gwencana ini gratis, dan bawa saja selimut itu, diluar sangat dingin, bawa juga lampu ini" ucap ahjumma itu sambil membawa lampu, seperti lampu minyak jaman dulu
"ah, kamsahamida ahjumma, besok saya akan kembali, terimakasih banyak ahjumma"Dengan tergesa-gesa, Hye-In berjalan menuju bus, melihat apakah Nam Ji seonbae masih berada disana apa tidak. Tangannya terulur untuk membuka pintu bus, tapi pintu itu tak bisa digerakkan
"terkunci?" tanyanya, berfikir lalu ia mulai berjalan menuju area belakang bus
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Bus {ON GOING}
RomanceSiapa sangka pertemuan singkat di bus kala itu merupakan awal dari kisah kami, ku pikir ia akan menyambutku dengan hati yang hangat, menyapaku seperti layaknya orang yang telah lama tak bertemu. Tapi siapa sangka pertemuan kami hanya membawa rasa d...