6. Wara

3.2K 227 9
                                    

"Hari ini aku mau ke kampus. Ada urusan yang harus aku lakuin di sana. Kamu di rumah baik-baik ya. Jangan keluar kalo nggak penting," pesan Gio sambil memakai jaket kulitnya lalu mengambil kunci motor di nakas.

Kini dua minggu tepat setelah ia dan Anin menikah. Dua minggu juga sejak gadis itu tinggal di Jakarta. Tak banyak hal berubah, rumah tangga mereka masih seperti biasa. Gio belum membuat pergerakan untuk mempublikasikan hubungan mereka, sementara sebagai hukumannya dia sama sekali belum mendapat jatah sampai sekarang.

Awalnya karna menstruasi Anin, tapi sejak seminggu lalu gadis itu selesai menstruasi, Gio tak mau ambil risiko untuk coba-coba lagi dengan Anin. Ia merasa perlu konsisten dengan keputusan awalnya untuk bersabar sampai kedua orangtuanya tau.

"Iya, Mas. Tapi Mas Gio pulangnya cepat-cepat ya. Anin bosan kalau harus sendiri di rumah."

Gio mengangguk kemudian mencium kening istrinya itu lembut. "Kamu hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa langsung telfon aku."

Gio memang sudah memberikan ponsel pada Anin. Mengingat bukan sekali dua kali lagi Anin ia tinggal sendiri di rumah, Gio perlu merasa was-was karna mengingat betapa bodoh istrinya itu.

"Iya. Mas Gio juga hati-hati ya di jalan."

"Hmm."

Setelah itu Gio pun sudah berlalu, meninggalkan Anin sendiri dengan wajah kecut nan sedih.

Akhir-akhir ini Anin sering bosan, ia juga sering merindukan kampung dan orangtuanya. Tapi setiap kali Anin berkata tentang hal itu pada Gio, Gio tak pernah menanggapi. Padahalkan Anin sudah sangat merindukan Ibu dan Ayah.

Anin berjalan menuju jendela kemudian menatap dari kaca lebar itu. Seperti itulah aktivitas Anin akhir-akhir ini kala ia sedang bosan sendiri. Berharap dengan melihat keramaian bangunan di luar Anin dapat mengobati rasa bosan dan rindu yang ia punya.

Namun tiba-tiba suara pintu terbuka membuat Anin mengernyit. Kenapa Gio pulang lagi? Apa ada yang ketinggalan? Anin segera berbalik kemudian keluar dari kamar. Namun saat melihat siluet laki-laki lain lah yang tertangkap matanya, Anin membola terkejut.

Siapa dia?

"Ka-kamu siapa?" tanya Anin gugup.

Bagaimana orang luar bisa masuk ke dalam? Apa dia penyusup? Pencuri? Atau jangan-jangan pemerkosa?

Anin semakin gelagapan di tempat karna pemikirannya. Sementara orang yang ia kira penyusup itu hanya berdiri dengan ekspresi kaku dan menatap Anin curiga.

"Lo yang siapa?" tanya laki-laki itu dengan suara tegas.

Anin menciut, entah mengapa aura dan tatapan tajam laki-laki itu berhasil membuat Anin takut. Melihat orang di depannya, Anin merasa seperti melihat Gio yang lain.

"A-Anin," jawab Anin gugup.

"Siapanya Abang gue?"

Anin terdiam. Abang? Berarti dia adiknya Gio.

Kalau dipikir-pikir, tampangnya memang tak mencerminkan kalau dia orang jahat atau kriminal. Malah laki-laki dihadapannya terkesan cute dan tampan seperti oppa-oppa Korea. Tubuhnya tinggi dan kulitnya putih. Hanya saja tatapan matanya itu sangat tajam. Anin jadi tidak ragu kalau dia adik Gio.

Namun yang jadi pertanyaan Anin sekarang, namanya siapa? Satya atau Wara?

~♥~

Gio sedang di kampus saat Anin menelfonnya dan berkata bahwa salah satu adiknya ada di rumah. Gio buru-buru pulang dan karna itulah ia sudah ada di lift sekarang, menuju lantai apartemennya.

Jodoh DadakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang