"Mas, yang itu," tunjuk Anin pada salah satu bungkus makanan di atas rak.
Saat ini mereka sedang ada di supermarket untuk belanja mingguan. Akhir-akhir ini Gio memang sering membawa Anin bersamanya. Selain agar membantu mengurangi rasa bosan Anin, Gio ingin mengajari istrinya itu cara belanja agar suatu saat Anin bisa melakukannya sendiri.
"Nggak, Nin. Kita nggak terlalu butuh itu," tolak Gio kemudian mendorong troli belanja lagi. Anin memayunkan bibir namun tetap mengikuti Gio dari belakang.
Beberapa saat kemudian Gio berhenti diantara bagian sayur-sayur dan daging. Laki-laki itu sibuk memilih-milih sayur yang masih segar dan daging dengan kualitas bagus. Anin hanya memperhatikan dengan seksama.
Sekali-sekali Gio akan menerangkan berbagai hal padanya. Seperti pentingnya melihat tanggal expired suatu makanan. Cara melihat sayur yang masih segar dan kualitas daging yang baik.
Anin hanya mangguk-mangguk mendengar semua penjelasan Gio. Awalnya Anin sempat pusing dan tak mengerti. Tapi lama-lama ia sudah terbiasa dan mulai paham.
Hingga akhirnya belanja keperluan dapur mereka pun sudah selesai. Setelah itu, inilah momen paling dinantikan Anin setiap kali belanja, Gio akan menyurunya memilih cemilan apapun yang dia mau dan sebanyak apapun.
Maka dengan senang hati Anin mulai mengabsen setiap rak-rak makanan ringan. Setiap jenisnya akan ia ambil satu atau dua hingga semua merek makanan penuh mengisi troli.
Gio tak marah, ia hanya tersenyum saja melihat betapa lucunya Anin yang heboh dengan kegiatan berburu makanan itu.
Meskipun terkadang Anin sangat keterlaluan karna berlebihan, tapi Gio bersyukur karna Anin yang banyak makan bisa menghabiskan semua cemilan itu sendiri dalam seminggu.
"Gimana, Nin? Udah?" tanya Gio saat melihat troli sudah hampir tak muat lagi. Semua jenis makanan pun sudah ada dalam list.
"Mm.. Udah sih, Mas. Tapi boleh nggak Anin minta lagi?" tanya Anin tampak ragu-ragu.
"Apa?" tanya Gio.
"Anin mau beli es krim," ucap Anin dengan mata berbinar harap.
"Boleh," ijin Gio yang berhasil membuat Anin bersorak girang.
"Yeyyy... Makasih, Mas."
Setelah itu tanpa sadar Anin mencium pipi Gio saking senangnya. Hal yang berhasil membuat Gio terdiam kaku di tempat, sementara Anin kini sudah sibuk memilih banyak jenis es dengan antusias.
***
20 menit kemudian....
Anin dan Gio memasuki apartemen. Saat tiba di dalam, mereka melihat Wara ternyata sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Eh War, sejak kapan di sini?" tanya Gio sambil berlalu membawa plastik belanjaan ke dapur yang tak dipisahkan sekat, sehingga Wara masih bisa melihat Abangnya itu.
"Belum lama kok, Bang," jawab Wara singkat.
Anin yang jalan sambil makan ice cream dengan antusias sedikit berlari mendekati Wara.
"Wara datang lagi, Anin senang banget kalau ada Wara. Nanti kita nonton horror lagi ya kayak kemarin," ucap Anin sambil duduk di depan Wara. Wara pun langsung mengangguk mengiyakan ajakan Anin.
Akhir-akhir ini Wara memang sering datang dan bermain dengan Anin. Kedua orang itupun semakin akrab dan tak ada aura canggung lagi seperti pertama kali bertemu. Sikap Anin yang heboh dan Ceria berhasil membuat Wara si kloningan Es batu jadi mencair. Dan Gio sangat bersyukur untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dadakan
Algemene fictieDisarankan membaca Zeino family seri pertama dulu. Pernikahan paksa (Istri Rahasia). Gio Zeino, lelaki berusia 22 tahun yang sangat sial. Mendadak dapat jodoh disaat ia tak pernah memimpikan sebuah pernikahan di usia muda, apalagi yang jadi istrinya...