5. 18+

4.5K 240 49
                                    

Disarankan untuk membaca setelah berbuka bagi yang puasa.

"Udah, Nin. Ini udah malam. Lebih baik kamu tidur sekarang," ucap Gio saat Anin tak henti-hentinya bertanya tantang banyak hal padanya.

Setelah Gio tadi mengatakan belum bisa mengenalkan Anin dengan keluarganya, Anin mengangguk setuju. Namun kemudian gadis itu mulai memberondong Gio dengan pertanyaan-pertanyaan lain saat Gio berkali-kali menyurunya tidur.

Gio tak mengerti. Padahal tadi siang gadis itu mengeluh lelah, tapi sampai malam begini, Anin sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda ingin tidur. Sementara mata Anin sudah terlihat berat dan mengantuk, tapi ia bersikeras untuk terjaga.

"Anin nggak bisa tidur, Mas," ucap Anin membuat Gio mengeryit.

"Kenapa?"

Anin tampak terdiam. Ia menunduk sambil menggigit bibirnya takut-takut.

Yah, takut. Anin merasa takut hanya karna ia harus tidur dengan Gio. Bagaimanapun sebelumnya Anin tak pernah tidur bersama seorang laki-laki, ini pertama kalinya dan itu terasa sangat mendebarkan.

"Pokoknya Anin nggak bisa tidur aja," ucap Anin berkeras.

Gio menghela nafas mendengarnya. Ia tak tau bagaimana caranya membuat Anin agar segera tertidur, ia tak mengerti mengapa gadis itu memaksakan diri padahal matanya sudah memerah.

"Kalau gitu, bagaimana kalau kita main saja," tawar Gio membuat anin mengernyitkan alis penasaran.

"Main?" tanya Anin. Gio mengangguk.

"Main apa?"

Tiba-tiba saja Gio menarik Anin kemudian mendorong tubuh gadis itu hingga terbaring di ranjang. Anin terkejut, ia menatap Gio tak mengerti. Namun saat Gio membungkuk di atasnya, keterkejutan Anin pun kian menjadi.

"Mas--Mas Gio... Apa yang Mas Gio lakuin?" tanya Anin sambil meneguk saliva gugup.

"Kamu kan nggak bisa tidur. Jadi, kita main permainan Suami-Istri aja," ucap Gio membuat Anin membulatkan mata kemudian mulai bergerak gelisah dan berusaha melepaskan diri.

Gio tak menghiraukan kepanikan Anin, ia malah mendekatkan wajahnya ke leher Anin kemudian mengembuskan nafas hangatnya di sana.

Anin terdiam sejenak, ia meremang dan merasakan bulu-bulunya tiba-tiba saja merinding. Ia menggeliat kegelian, dan hal itu berhasil membuat Gio menyimpulkan bahwa istrinya itu ternyata sangat sensitif.

"Kamu kecil-kecil ternyata sensitif juga ya digituin," komentar Gio membuat Anin terdiam.

Anin tak mengerti apa yang dikatakan oleh Gio. Tapi entah mengapa ia seperti bisa merasa bahwa ia sedang dalam bahaya sekarang.

"Mas Gio, Anin udah ngantuk kok sekarang. Anin udah mau tidur, kita bobo yah," ucap Anin untuk melarikan diri dari situasi itu.

Gio pun terkekeh puas. Ia lalu mengecup pipi Anin kemudian beranjak dari atas tubuh gadis itu untuk mempersilakannya tidur.

"Tidurlah!"

Mendengar perintah Gio, Anin dengan cepat mencoba untuk menutup mata, padahal wajahnya terasa panas karna kecupan laki-laki itu. Ia berusaha untuk tenggelam ke alam mimpi. Tapi ternyata tak bisa.

Gio terus-terus saja memandanginya, membuat Anin merasa seperti di awasi. Karna itu ia bergerak memutar tubuh, Anin ingin tidur membelakangi Gio. Namun ternyata hal itu malah membuat Gio melingkarkan tangan di pinggangnya dan memeluknya.

Anin menggeliat-geliat, ia tak bisa diam tenang hingga membuat pantatnya menyenggol milik Gio.

Gio menggeram, mati-matian ia menahan diri agar juniornya tak bangkit sedari tadi, tapi Anin malah membuatnya bereaksi.

Jodoh DadakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang