12

2.8K 203 44
                                    

Anin senang berada di rumah keluarga Gio. Mereka semua ramah-ramah dan sangat baik padanya. Suasananya ramai, tidak seperti saat ia di apartemen dengan Gio. Anin mulai betah berada di sana, tapi sayang, Anin harus segera pergi karna sebentar lagi Gio akan datang menjemputnya.

"Kamu kenapa, Nin?" tanya Rena menghampiri Anin yang sedang duduk di kursi taman belakang.

Anin mendongak kemudian tersenyum melihat sepupu Gio berusia 27 tahun tersebut.

"Nggak papa kok, Kak Rena," jawab Anin berbohong.

"Cerita aja, nggak usah sungkan."

Pun Anin menghela nafas. "Sebenarnya Anin sedih, Kak Rena, sebentar lagi Mas Gio jemput Anin," curhat Anin membuat Rena mengernyit.

"Loh, bukannya harusnya kamu senang yah? Dari kemarin kan kamu nanya terus kapan Gio datang dari kampung. Kok sekarang malah sedih?"

"Anin senang Mas Gio datang, tapi Anin gak mau pergi dari sini." Anin menunduk.

"Kenapa?" tanya Rena.

"Anin suka tinggal di sini."

"Ohh gitu.. Ya udah, kamu bilang aja sama suami kamu biar dia balik tinggal  di sini lagi, otomatis kamu juga bakal ikut pindah ke sini nanti," saran Rena membuat Anin menatapnya cepat.

"Emang bisa?"

"Bisa dong, kalau Gio mau."

Anin mendesah, masalahnya ia yakin suaminya itu tak akan mau. Anin tau bagaimana Gio, pria itu tergila-gila dengan sepi, ia tidak suka ada banyak orang.

"Mas Gio pasti nggak mau," ucap Anin pasrah.

"Kan belum kamu coba."

"Anin yakin Mas Gio nggak mau. Dia nggak suka rame soalnya."

Rena tersenyum menyeringai. "Kalo kamu bujuk pake imbalan dia pasti mau."

Anin menaikkan sebelah alisnya bingung. "Imbalan apa?"

Rena mendekatkan wajahnya ke telinga Anin kemudian berbisik, "Kasi jatah."

Namun karna memang otak Anin masih murni, ia tak mengerti ke mana arah maksud ucapan Rena.

"Jatah apa Kak Rena?"

"Jatah di ranjang lah, Nin. Masa kamu nggak ngerti sih?"

Anin menggeleng polos, hal itu membuat Rena membelalak kemudian mulai menebak. "Jangan bilang kalian berdua belum gituan?" tanyanya heboh.

"Gituan apa?"

Oh tidak, mereka benar-benar belum melakukannya. Rena sangat terkejut. Bagaimana bisa sudah sebulan menikah tapi belum juga melaksanakan malam pertama? Apa mereka tidak normal?

"Nin, kalian tidur bersama kan?" tanya Rena memastikan.

Anin mengangguk.

"Terus kok bisa belum gituan? Gio nggak pernah minta sama kamu gitu?"

"Minta apa?"

"Minta hak dia, Anin. HAK suami." Rena menekan setiap kata dalam ucapannya saking gemasnya melihat Anin yang tak mengerti-mengerti apa yang ia ucapkan.

"Pernah," ucap Anin membuat Rena menatapnya antusias.

"Terus?"

"Ya Anin lakuin."

Rena mengerutkan kening. "Lakuin apa?"

"Kata Mas Gio Anin harus jadi Istri penurut. Jadi Anin nurut deh."

Rena menepuk jidat. Sudahlah, ia lelah bicara dengan anak kecil ini. Sepertinya memang ia salah memilih lawan bicara. Terlalu berbelit-belit bicara dengan Anin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh DadakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang