9. Hanz

2.1K 197 24
                                    

Selama itu nggak update, hehehe... Semoga kalian nggak lupa.

Gio pulang ke apartemen setelah seharian ini mengurus beberapa hal di kampus. Sebenarnya ia lumayan berat meninggalkan Anin sendirian di rumah setelah kejadian kemarin, tapi mau bagaimana lagi, urusan kampusnya tak bisa ditunda. Ia harus menyelesaikannya secepat mungkin agar wisudanya berjalan mulus.

Saat tiba di dalam, hal pertama yang ia lihat adalah sepi. Tak ada sosok Anin yang biasanya duduk dengan setia di sofa sambil menunggunya pulang.

Entah mengapa jantung Gio tiba-tiba berdetak kencang, perasaannya tidak enak. Perkataan Anin yang mengatakan ingin pulang kemarin tiba-tiba singgah di otaknya. Gio mengepalkan tangan erat, rasa khawatir memenuhi dadanya. Ia kemudian berlari menuju kamar mencari keberadaan Anin, namun ia tak juga menemukan siluet gadis itu.

Gio masuk ke kamar mandi, tapi nihil. Ia kembali berlari keluar dan menuju dapur, tapi jelas saja tak ada karna sejak masuk pun Gio tak menemukan keberadaan Anin di sana. Rasa khawatir itu semakin menguat memenuhi hatinya.

Gio mengambil ponsel dan memutuskan untuk menghubungi Anin, namun sekali lagi ia harus merutuk sial karna ponsel Anin ternyata tinggal di rumah. Gio semakin kalang kabut, ia tak tau harus apa lagi saat ini. Sampai matanya akhirnya tertuju pada sebuah kertas yang terletak di atas meja ruang tengah, Gio mendekatinya kemudian mengambil kertas itu.

Tanpa pikir panjang Gio segera membacanya. Dan matanya seketika membola membaca isi pesan Anin.

_Untuk Mas Gio_

Awalnya Anin kira nikah sama laki-laki tampan itu enak, apalagi orangnya baik kayak Mas Gio. Tapi ternyata yang namanya pernikahan tetap aja nggak semudah itu. Anin tau, nggak ada yang salah dari perbuatan Mas Gio, bahkan bisa di bilang Anin yang salah di sini. Anin kekanakan dan nggak pantas buat Mas Gio. Sikap Anin menyebalkan, Anin blom pantas jadi Istri karna Anin bukan Istri yang baik. Tapi Mas... Kalau boleh jujur Anin sayang banget sama Mas Gio. Anin pengen terus sama Mas Gio, tapi tampaknya Anin gak tega kalau Anin harus terus nyusahin Mas Gio. Disamping itu Anin juga rindu banget sama Ayah dan Ibu. Jadi mulai sekarang, Anin udah buat keputusan kalau Anin akan jadi Istri berbakti dengan pulang ke kampung. Anin gak bakal nyusahin Mas Gio lagi. Mas Gio juga bisa kok ceraiin Anin, Anin gak papa. Tapi Mas... Anin boleh minta satu hal nggak? Anin nggak mau Mas Gio nikah lagi sama perempuan lain, Anin blom ikhlas, setidaknya sampe Anin bisa lupain Mas Gio. Maaf yah kalau Anin egois.
Sayang Mas Gio banyak-banyak.

_Anin_

Gio menghela nafas kasar membaca surat Anin. Sialan! Gadis itu tetap saja memilih pulang kampung meskipun semalam Gio sudah berusaha mati-matian untuk berbaikan dengan Anin.

Ia mengusap wajah kasar. Sekarang, apa yang harus ia lakukan? Gio bingung. Ia ingin mencari keberadaan Anin karna firasat Gio tidak enak.

Bagaimanapun Anin masih baru di Jakarta. Sekalipun akhirnya ia punya uang entah dari mana, tetap saja ia tidak tau di mana letaknya terminal dan harus ke mana ia pergi. Kalau Anin benaran pulang kampung dan sudah tiba di sana, Gio setidaknya bisa sedikit bernafas lega. Tapi.. Bagaimana kalau Anin malah tersasar di Jakarta? Membayangkan itu saja kepala Gio pening seketika.

Ia harus bagaimana? Gio frustrasi. Hingga akhirnya satu nama tiba-tiba muncul di pikirannya. Papanya, Hanzen Zeino.

Yah, hanya pria itu yang bisa membantunya. Meskipun memang terlalu beresiko karna dengan meminta bantuan Hanz itu artinya Gio harus siap membongkar pernikahannya, tapi mau bagaimana lagi? Hanya itu satu-satunya cara untuk ia bisa menemukan Anin.

Jodoh DadakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang