4. Ingatan Tentang Masa Lalu

48 8 0
                                    

Selamat Malam readers!

Maaf banget nih aku updatenya kemaleman, tadi agak gak enak badan hehe..

Berhubung saat ini Malam Nisfu Sya'ban, Tama minta maaf yaa teman-teman!!

Semoga kedepannya kita semua bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi, Aamiin.

Happy reading

----------

"Bu, Iyan mau kerja."

Wanita berkerudung hijau itu sontak menghentikan aktivitasnya melipat pakaian. Baru saja kemarin dibuat kesal, sekarang anaknya itu kembali mengeluarkan perkataan yang tidak masuk akal dipikirannya. "Jangan ngada-ngada."

"Tap-"

"Diajar bae heula kabener._Belajar aja dulu yang bener."

Tatapan Rian menyendu kala perkataan itu muncul dari mulut ibunya. Citra menarik napasnya dalam-dalam berusaha mengatur emosinya. "Emang gak bisa dibenerin HPnya?"

"Tadi Iyan nanya ke counter, terus katanya bisa dibenerin. Cuman, kemungkinan bakal ngabisin sampe lima ratus ribu. Kalau gitu mah mending beli HP baru aja." jelas Rian mengingat kerusakan di ponselnya cukup parah. Ia jadi teringat kedua temannya, Damar dan Jaka. Kemana mereka?

Rian jadi merasa pepatah dari 'berteman tidak boleh pilih-pilih' itu salah. Pilih-pilih teman itu wajib, agar kehidupan kita tidak salah arah. Dari sini ia bisa melihat mana teman yang tulus atau yang cuma modus.

Sambil melanjutkan melipat pakaian, Citra bertanya, "Lagian kalo kerja, emang kamu mau kerja di mana?"

"Di tempatnya Dino, di pertokoan yang ada di Jakarta." jawab Rian menyebutkan sepupunya yang lebih tua empat tahun darinya.

"Yakin?"

Rian mengangguk antusias. "Ibu bakal ngizinin Iyan kerja kan, Bu?"

Berat. Sangat berat. Ia tidak tega kalau anaknya harus bekerja. Sebagai orang tua, tentunya ia akan merasa gagal jika anaknya sampai bekerja di waktu yang belum seharusnya.

Kringgg

Belum sempat menjawab, ponsel Citra berdering menandakan ada panggilan masuk. Citra segera mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum Bu, apa kabar? Cahya kangennnnn banget sama ibu." Terlihat seorang cewek berkerudung biru di seberang sana.

"Wa'alaikumussalam Cahya, kamu sehat nak? Sibuk pisan ya sampe baru nelepon ibu sekarang? Alhamdulillah kabar ibu baik."

"Cahya juga baik, Bu. Hehe iya maaf ya bu baru bisa kabarin sekarang. Iyan sama Iyo kemana bu?" tanya Cahya mengabsen adik-adiknya. Rian mendekat dan memunculkan wajahnya di layar ponsel. "Hadir."

"Sehat lu, bang?" tanya Cahya. "Udah bisa move on belum dari Khansa?" Terdengar kekehan disana, sangat jelas bahwa Cahya kini tengah menggodanya.

"Sehat, sehat." balas Rian berusaha untuk bersikap biasa saja saat kakaknya itu menyinggung nama cewek yang sempat mengisi hatinya. Sempat? Rian rasa itu kurang tepat. Sebab dirinya masih sering memikirkan gadis itu. Bagaimana keadaannya sekarang, ia tidak tahu.

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang