Siang ini setelah jam pulang sekolah Ansell, Devon dan Sheryl berada di ruang kelas. Untuk menerima bimbingan olimpiade nanti. Guru pun mulai memasuki kelas.
"Selamat siang anak-anak, maaf harus menunggu lama," ucap guru tersebut.
"Tidak apa-apa, pak."
"Baiklah yang akan mengikuti olimpiade adalah Kirana Sheryl Sifabella, Ansell Reandra dan Devona Adelard. Benar??"
"Benar, pak."
"Untuk Sheryl karena kamu murid baru dan kamu juga yang meminta untuk ikut olimpiade ini maka bapak harap kamu bisa melakukan yang terbaik. Begitu juga untuk Ansell dan Devon."
"Iya, pak."
Guru mulai membagikan contoh soal olimpiade. Dan segera setelah guru membagikan mereka bertiga langsung mengerjakan soal. Suasana di ruang kelas sangat tenang, hanya terdengar suara jarum jam.
Sheryl awalnya tidak percaya jika soal yang diberikan sekitar 50 soal. Dan hanya diberikan waktu 2 jam untuk menjawab semua soal. Kalau begini artinya ia harus bekerja sama dengan otaknya, matanya dan kelincahan tangannya saat menulis jawaban.
Detik demi detik berlalu dan sekarang sudah sekitar 1 jam 30 menit ia mengerjakan yang berarti masih ada 30 menit tersisa. Saat ini Sheryl sudah ada di soal nomor 43. Ia tidak yakin jika waktunya cukup untuk menjawab soal tersisa. Sedangkan saat ini Ansell sudah berada di soal nomor 45 dan Devon berada di soal nomor 40.
Sekarang Sheryl telah sampai di soal yang benar-benar tidak ia ketahui caranya. Ia bingung harus bagaimana sekarang, apalagi saat ini tidak boleh membuka buku.
Akhirnya demi menyelesaikan soalnya ia harus menurunkan rasa gengsinya. Ia pun beranjak dari bangku dan menuju ke tempat Ansell dan Devon berada
"Ekhmm," suara Sheryl yang membuat Ansell dan Devon menatapnya.
"Kenapa, Sher??" Tanya Devon.
"Gue, gatau caranya, jadi bisa bantuin gue kerjain?" Tanya Sheryl to the point sambil menatap arah lain.
"Emang mana soalnya?" Tanya Devon.
"I-ini," ucapnya yang tetap setia menatap arah jendela. Namun karena lama tidak mendapat jawaban. "Ekhmm," suara Sheryl.
"Kebalik," ucap Ansell.
"H-hah? Eh iya," ucap Sheryl lalu membenarkan posisi kertasnya, jika boleh jujur ia sangat malu sekarang. Tapi demi mendapatkan jawaban ia harus rela menanggung malu.
Ansell pun memberikan caranya yang membuat Sheryl merasa senang. Waktu terus berjalan sebagaimana mestinya.
"Baik anak-anak, silahkan kumpulkan soal beserta jawabannya," ucap guru.
"Baik, pak."
Mereka pun mengumpulkan soal beserta jawabannya. Lalu kembali duduk sembari menunggu guru memeriksa. Untung saja Sheryl sudah menyelesaikan semua soal tadi.
"Baik, bapak sudah mengecek milik kalian dan silahkan melihat hasil kalian," ucapnya sambil membagikan soal dan jawaban tadi.
Setelah melihat hasilnya, Ansell hanya menunjukkan raut datar, sedangkan Devon mengamati bagian yang salah dan menepuk dahinya pelan. Lalu Sheryl hanya tersenyum kecut karena ia ternyata ia salah satu nomor.
"Baiklah kalian sudah melihat bukan hasil kalian. Sheryl salah satu nomor tepatnya di nomor 40, Devon salah 3 nomor tepatnya di nomor 27,39,46, sedangkan Ansell seperti biasa tidak ada kesalahan," ucap guru membuat Sheryl menegakkan badannya lalu menoleh kebelakang ke arah Ansell dan memberi tatapan sinis.
"Buset, kayanya ada yang dendam sama lo," ucap Devon lirih.
"Hm."
"Kalau begitu cukup sampai disini, kalian bisa pulang sekarang," ucap guru tersebut.
"Terimakasih, pak."
Sheryl menghembuskan nafas kasar dan berjalan di koridor dengan lesu. Bahkan ia tidak pernah merasa tersaingi seperti ini. Namun, sekarang ia menyesal karena telah pindah sekolah.
"Ngelamun terus, Sher," ucap Devon yang sudah berada di sampingnya. "Kenapa lo?? Diputusin?? Ditolak? Kucing tetangga lo mati?" Tanya Devon yang berusaha melucu karena tidak tega.
"Gak lucu, sumpah," ucap Sheryl sambil menatap Devon dan memutar kedua bola matanya malas.
"Y-ya, sorry, lagian lo kenapa lesu banget?"
"Kepo lo," ucap Sheryl lalu melangkah pergi.
"Untung udah terbiasa," ucap Devon dengan senyum miris sambil mengelus dada.
***
Malam ini Sheryl sedang duduk dan menikmati secangkir teh di balkon sambil membaca buku pelajaran dan berusaha memecahkan soal yang ada dibuku tersebut. Ia bertekad untuk tidak membuat kesalahan saat olimpiade nanti.
Tok .. tok .. tok
"Sheryl, mama masuk ya?" Tanya seorang wanita paruh baya.
"Iya, ma!"
"Mama kira kamu sedang membaca buku lainnya ternyata kamu tetap membaca buku pelajaran."
"Iya, ma, sebentar lagi bakal ada olimpiade sains."
"Kamu ikut??"
"Kemarin Sheryl mau kasih tau tapi lupa."
"Yasudah, jangan belajar terlalu keras. Belajarlah dan beristirahatlah semestinya."
"Siap, ma!" Ucap Sheryl dengan senyumnya.
"Yasudah, mama kembali ke dalam dulu. Istirahatlah," ucap ibu Sheryl sambil mengelus kepala putri semata wayangnya.
"Oke!"
Wanita paruh baya itu adalah ibu Sheryl yang bernama Sabrina. Setelah ibu Sheryl keluar dari kamarnya. Sheryl pun kembali memandangi langit malam ini yang penuh dengan hamparan bintang.
"Tidak ada waktu istirahat untuk bisa membahagiakanmu ma, karena satu-satunya yang kau miliki sekarang hanya aku. Jika bukan aku yang membuatmu bahagia lalu siapa lagi? " ucapnya dengan senyum miris.
GIMANA PART KALI INI??
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTS!
BUBYEE!Follow :
@literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION [END]
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Mengisahkan tentang seorang gadis yang bernama Kirana Sheryl Sifabella atau biasa dipanggil Sheryl. Ia baru saja pindah ke suatu sekolah yaitu SMA Dharma Luhur. Sheryl sebagai seorang gadis yang aktif dan pintar langsung me...