BAB 32 - Sick

338 19 2
                                    

Dokter pun datang ke rumah Sheryl. Sabrina segera mengantarkan dokter itu ke kamar.

"Jangan terlalu banyak bekerja melebihi kemampuan tubuh Anda," saran dokter sambil menulis resep. "Anda harus meminum obat ini tiga kali sehari setelah makan selama lima hari. Saya akan menuliskan resep obat," imbuhnya.

"Baik dok," jawab Sabrina.

Setelah menulis resep dan memberikan obat dokter pun langsung kembali karena masih ada beberapa pasien yang harus ditangani.

***

Kini sudah 2 hari Sheryl sakit dan selama itu pula ia tidak masuk sekolah. Demamnya sudah turun tetapi Sabrina memaksanya untuk beristirahat.

"Ma, besok Sheryl masuk ya?" Tanya Sherly.

"Gak! Kata dokter kan lima hari!" Tolak Sabrina.

"Tapi demam Sheryl udah turun ma! Coba nih pegang!" Ucap Sheryl sambil memegang tangan Sabrina.

Sabrina hanya bisa menghela nafas lalu berpikir sejenak.

"Yaudah, besok kamu boleh masuk," lirih Sabrina. "Tapi! Kalau besok beneran udah gak demam."

"Oke!"

Sheryl pun segera terlelap setelah meminum obat tadi. Semoga saja besok ia tidak demam lagi.

***

"Sher!!!" Panggil Lia sambil berlarian di koridor sekolah.

"Kenapa?" Tanya Sheryl.
"Gilaa! Kangen banget gue sama lo!! Kemarin gue pingin jenguk lo cuma gue ada acara."

Sheryl hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Mereka pun menuju kelas dengan Lia yang berbicara tentang kegiatan selama Sheryl sakit.

Sesampainya di kelas, Sheryl terheran-heran sebab bangku sebelahnya kosong. Lia yang paham pun langsung menjelaskan.

"Ansell hari ini gak masuk, dia harus ikut wawancara buat beasiswa ke Jerman."

"Ohh, iya dia udah chat ke gue kemarin."

Sheryl meletakkan tas nya lalu mulai mengeluarkan buku pelajaran. Ia harus mengejar ketinggalan selama 3 hari ini.

"Sher, lo udah baikan?" Tanya Devon yang baru saja datang bersama Gerald. "Kata nyokap lo, lo demam."

"Udah mendingan kok."

"Semangat, Sher!" Ucap Gerald menyemangati.

"Thanks!"

Pelajaran pun dimulai setelah guru memasuki kelas. Sheryl beberapa kali menatap bangku sebelahnya dengan tatapan sendu.

"Anak-anak sudah dua minggu kalian melakukan bimbel untuk UNBK nanti. Ingat bahwa mulai minggu depan kalian sudah mulai melaksanakan UNBK selama 4 hari," ucap guru diakhir pelajaran.

Seluruh murid mengangguk mengerti. Ini artinya sebentar lagi mereka akan lulus. Banyak murid bersemangat tetapi ada juga yang malah lemas setelah mendengar.

"Rald! Cariin otak gue sekarang!" Suruh Devon.

"Lo kan gak punya otak!" Jawab Gerald sembari meringis.

"Yaudah, kalau gitu gak usah dicari!"

Inilah kelakuan absurd Devon dan Gerald. Devon merasa kepalanya seperti akan meledak. Kejadian ini tentunya tak luput dari penglihatan Sheryl dan Lia yang sedari tadi menggelengkan kepalanya.

"Pacar lo gapapa, Li?" Tanya Sheryl.

"Dia emang gak waras," lirihnya sambil tersenyum miris." Tapi justru gue malah makin sayang."

Sheryl pun menatap Lia tak percaya lalu menghembuskan nafasnya. Dua sejoli ini memang sangat absurd.

"Yaudah kalau gitu gue ke perpustakaan."

"Gue temeni?" Tawar Lia.

"Gak usah, gue bisa sendiri!" Jawab Sheryl lalu beranjak pergi.

Daripada ia tertular virus absurd itu, lebih baik ia menuju perpustakaan saja untuk sekadar mencari buku untuk ujian nanti.

***

Saat ini Ansell berada di rumah untuk melakukan wawancara. Kedua orang tuanya berada disampingnya untuk menemani dan menyemangati.

Untung saja wawancara yang dilakukan oleh Ansell lancar membuat kedua orang tuanya senang.

"Syukurlah lancar," ucap Jesse yang diangguki oleh Ansell dan Lidya.

"Minggu depan udah mulai ujian ya?" Tanya Lidya.

"Iya, ma."

Lidya dan Jesse hanya mengangguk dan tersenyum melihat Ansell yang kini sudah beranjak dewasa.

"Pengumuman kelulusan kapan?" Tanya Jesse.

"Bulan depan, ma."

"Waktu sangat cepat berjalan, jangan sia-siakan waktu sedetik pun selagi kamu masih disini," nasihat Jesse yang diangguki oleh Ansell.

Suatu notif muncul di ponsel Ansell. Membuat Ansell harus menuju ke kamarnya. Notif ini berasal dari Devon yang mengatakannya bahwa Sheryl sudah masuk sekolah hari ini.

Hal sederhana namun mampu membuat seorang Ansell tersenyum tipis. Sampai sekarang masih terbesit rasa kecewa terhadap Sheryl karena kejadian tempo hari. Tetapi tak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya Ansell merindukan gadis ini.

"Eh, Sher! Pulang sekolah jalan-jalan yuk! Refreshing sekalian!" Ajak Lia.

"Gue pulang sekolah harus ke cafe nyokap."

"Kalau gitu gue ikut!! Sekalian kan ke cafe!" Ucap Lia antusias.

"Y-yaudah deh."

Bel pulang pun berbunyi membuat Sheryl dan Lia segera menuju cafe milik Sabrina.

"Wahh! Ini cafe nyokap lo?!" Ucap Lia memandang takjub cafe milik Sabrina.

"Iya! Ayo masuk!"

"Oke!"

Sheryl pun mengajak Lia memasuki cafe yang memiliki bahan kayu untuk mendekorasi segala ruangan sehingga menjadi terlihat unik dan menarik.

"Tante!" Sapa Lia saat melihat Sabrina yang sedang melayani pembeli.

"Eh Lia bukan?" Ingat Sabrina membuat Lia mengangguk semangat. "Kalau gitu duduk dulu disana ya? Mau minum sama makan apa?" Tawar Sabrina.

"Apa aja tan!!" Jawab Lia semangat.

"Oke deh!"

Lia dan Sheryl segera menuju bangku yang ditunjuk oleh Sabrina. Sedangkan Sabrina menyiapkan camilan dan minuman.

"Lo tau gak sih? Selama lo gak masuk sekolah, Ansell jadi pendiam banget gitu terus dia juga gak fokus sama pelajaran."

"Ooh."

Gimana part hari ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗 supaya aku bisa cepetan upload!

Follow Instagram :

@Marysay_CS
@Literasimary_

DANDELION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang