Hari ini Sheryl bertekad untuk menjelaskan semuanya ke Lia tanpa menundanya. Ia tidak mau terus-terusan bertengkar dengan seseorang.
Sesampainya Sheryl di kelas, ia melihat Lia sedang membaca buku. Tanpa banyak bicara, Sheryl segera menarik tangan Lia menuju rooftop.
"Apaan sih lo?!" Bentak Lia.
"Gue kesini ngajak nyelesain masalah!" Tegas Sheryl. "Lusa lalu Devon udah kasih tau ke gue sama Ansell tentang ulang tahun lo dan bikin rencana buat lo! Bahkan Devon suruh gue buat nanyain apa yang lo suka waktu itu. Setelah itu gue langsung pergi waktu pulang sekolah sama Ansell dan Devon," lanjut Sheryl menekankan kata Ansell.
"Terus?" Tanya Lia mulai ragu.
"Kita pergi ke Supply Store bertiga, tapi pas tengah-tengah kita nyari barang buat lo, Ansell ke toilet. Gue sama Devon ketawa karena Devon cerita tentang masa kecil lo! Dan difoto itu seolah-olah gue natap Devon kan?" Tanya Sheryl.
Sheryl mengambil nafas sejenak. Karena tadi ia berbicara panjang lebar.
"Enggak! Lo salah, gue natap barang yang ada dibelakang Devon dan gue rasa benda itu cocok buat lo. Jadi setelah itu gue ke rak sebelah buat tunjukin ke Devon dan dia setuju. Akhirnya kita beli hadiah itu buat lo!"
Lia yang mendengarkan penjelasan Sheryl mulai merasa bersalah sekarang. Seharusnya ia melihat semuanya waktu itu daripada langsung pergi. Tapi apakah yang dikatakan Sheryl benar?
"Gak usah ragu sama gue atau Devon. Gue bukan tipe cewek yang gatel ke cowok," ucap Sherly seolah mengerti.
"Maafin gue," lirih Lia. "Seharusnya gue gak langsung ambil kesimpulan waktu itu."
"No problem! Yang penting sekarang masalah udah selesai kan?" Tanya Sheryl yang diangguki Lia dengan senyumnya.
Sheryl merentangkan kedua tangannya dan dengan segera Lia berhambur ke pelukannya. Memeluk seolah lama tak berjumpa.
"Harusnya tadi itu rahasia loh," ucap Sheryl ditengah pelukannya. "Tapi lo pura-pura aja gak tau. Oke?"
"Oke!" Jawab Lia dengan senyum lebar.
Mereka berdua segera kembali ke kelas setelah mendengar bel. Devon dan Ansell yang sudah berada di kelas pun menatap Sheryl. Lia secara cepat menuju ke Devon dan meminta maaf. Sedangkan Devon menatap Sheryl bertanya apakah sudah selesai. Sheryl pun mengangguk kecil.
"Udah?" Tanya Ansell yang diangguki Sheryl. "Good girl," lanjutnya dengan suara beratnya membuat bulu kuduk Sheryl meremang.
Guru memasuki kelas membuat suasana yang tadinya riuh menjadi tenang.
"Anak-anak tanpa sadar sudah 6 bulan lamanya kalian menjadi murid kelas 12. Dan kini kalian harus mempersiapkan diri untuk ujian dan memikirkan dimana kalian akan berkuliah nanti. Ibu harap kalian bisa berusaha sebaik mungkin agar bisa mendapatkan kampus impian kalian serta nilai ujian yang baik," ucap guru tersebut.
"Baik, bu," jawab seluruh murid.
Bel istirahat berbunyi, guru pun mengakhiri pembelajaran. Ansell, Sherly, Devon dan Lia segera menuju rooftop.
"Kalian udah ada rencana kuliah dimana?" Tanya Sheryl.
"Kalau gue sih udah ada," jawab Devon.
"Dimana? Jogja? Ngikut bokap lo?" Tanya Sheryl.
"Itu lo tau," jawab Devon.
Sheryl menganggukan kepalanya tanda mengerti, sudah ia tebak bahwa Devon akan ikut dengan ayahnya.
"Kalau gue sih di Jakarta, tapi gatau dimana," jawab Lia. Sheryl pun mangut-mangut lalu berpindah ke Ansell.
"Masih belum tau," jawab Ansell.
"Kalau lo?" Tanya Lia.
"Di Jakarta lah! Nemeni nyokap sekalian"
Mereka pun berbincang entah tentang masa depan ataupun tentang hal ringan lainnya.
***
"Udah?" Tanya Ansell.
"Belumm! Bentar! Kayanya ini materinya lengkap deh," ucap Sheryl.
Saat ini mereka sedang berada di toko buku. Selepas pulang sekolah, Sheryl memaksa Ansell untuk menemaninya ke toko buku.
"Ini udah banyak, Sher," peringat Ansell yang membawa tumpukan buku milik Sheryl.
"Satu lagi yaa??" Pinta Sheryl memohon.
"Yaudah"
Sheryl benar-benar memilih satu buku lagi. Ia juga sedikit kasihan dengan Ansell yang membawa tumpukan buku miliknya. Setelah menemukan buku yang ia cari, Sheryl segera membayarnya lalu pulang.
"Mama?" Panggil Sheryl. "Eh iya pasti lagi ngurusi cafe," lanjutnya sambil menepuk jidat.
Sheryl segera menuju kamarnya dan meletakkan tasnya. Ia membersihkan dirinya, makan lalu mulai membuka buku yang baru saja ia beli.
***
Tepat hari ini Lia berulang tahun. Untung saja hari ini adalah hari Sabtu sehingga Devon bisa mengajak Lia pergi ke suatu tempat.
"Gimana? Suka?" Tanya Devon menunjukkan sebuah taman yang ditengahnya terdapat danau.
"Suka banget!"
Mereka berdua pun menyusuri taman itu tak lupa dengan danau yang berisi air jernih.
Setelah agak lama berkeliling Devon pun mulai menjalankan aksinya yang sudah ia rencanakan sejak beberapa hari lalu bersama Sheryl dan Ansell.
"Li, kayanya ada yang hilang," ucap Devon dengan panik membuat Lia ikut panik.
"Apa??"
"Bentar! Gue cari disana dulu, bantuin gue cari ya? Lo kesana coba!"
"Oke!"
Devon dan Lia pun berpencar. Tanpa Lia sadari sebenarnya disitu sudah terdapat Ansell dan Sheryl. Setelah agak lama berpencar, Devon mengisyaratkan Ansell dan Sheryl untuk mengikutinya.
"Happy birthday, sayang," ucap Devon sambil membawa sebuah mini cake.
"Devon!" Ucap Lia terkejut.
"Happy birthday, Lia!!" Ucap Sheryl.
Lia menatap mereka bertiga seolah tak percaya. Ia pun menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Devon mulai menyerahkan sebuah kado yang ia beli bersama Sheryl waktu itu. Sheryl mengisyaratkan Lia untuk berpura-pura terkejut. Lia pun mengangguk kecil.
"Thank youu!!" Ucap Lia.
"Kok kayanya lo gak kaget sih, Li?" Tanya Devon.
Gimana part kali ini? Jangan lupa vote and comments yaa 🤗 supaya aku bisa cepet upload bab selanjutnya!
Visual DANDELION :
Devona Adelard
Yang penasaran siapa nama tokoh aslinya langsung cek Instagram ya!
Follow Instagram :
@Marysay_CS
@Literasimary_
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION [END]
De TodoFOLLOW SEBELUM MEMBACA 💕 Mengisahkan tentang seorang gadis yang bernama Kirana Sheryl Sifabella atau biasa dipanggil Sheryl. Ia baru saja pindah ke suatu sekolah yaitu SMA Dharma Luhur. Sheryl sebagai seorang gadis yang aktif dan pintar langsung me...