BAB 34 - Angry

354 23 0
                                    

Hari ini wali kelas 12 MIPA 1 memberikan sedikit tugas tambahan sebelum ujian kelulusan berakhir. Tugas ini adalah tugas kelompok yang terdiri dari 2 orang.

Pembagian kelompok pun selesai. Tugas mereka adalah menulis jurnal pengalaman selama bersekolah 3 tahun di SMA Dharma Luhur.

Setelah membagikan tugas, wali kelas mulai membagikan lembar ujian beserta soal. Hari ini juga merupakan hari terakhir mereka mengerjakan ujian kelulusan.

Waktu berjalan dengan cepat saat mengerjakan ujian. Para guru menyemangati dan berdoa untuk murid-muridnya agar bisa menyelesaikan ujiannya dengan lancar.

Suara bel berbunyi nyaring, tanda jika ujian telah berakhir. Lia langsung mengajak Sherly, Devon, Gerald, dan Ansell untuk menuju kantin. Perutnya benar-benar kelaparan sejak tadi.

Mereka pun memesan beberapa makanan dan minuman. Sembari menunggu, mereka berbincang mengenai kampus yang akan dituju.

Julio datang tanpa aba-aba membuat Ansell, Devon, Gerald, Lia, dan Sheryl terkejut.

"Sher, nanti pulang sekolah kita kerjain tugasnya ya?" Tanya Julio, teman sekelompok Sheryl.

"Emm, gue pikirin nanti."

"Oke, gue tunggu ya!" Jawab Julio lalu pergi.

Sheryl menoleh kepada Ansell dengan perasaan was-was. Benar saja Ansell sedang menatapnya dengan tatapan datar.

"Boleh ya?"

"Harus? Kenapa gak dikerjain sekarang aja?" Tanya Ansell membuat Sheryl mengendikan bahunya.

"Boleh yaa? Gue cuma kerjain tugas kok! Gak lebih!" Bujuk Sheryl.

Ansell terdiam beberapa saat membuat Sheryl semakin ragu.

"Oke," jawab Ansell dengan berat hati. Ia hanya merasa sesuatu akan terjadi pada Sheryl sebenarnya.

Kringg!

Bel pulang berbunyi nyaring membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Begitu juga dengan Sherly yang sudah bersiap-siap untuk mengerjakan tugas kelompok dengan Julio.

"Kalau udah selesai kerjain, langsung pulang, jangan kemana-mana," ucap Ansell sembari mencekal pergelangan tangan Sheryl.

"Iyaa .. kalau gitu gue kerjain dulu ya?"

"Hmm."

Sheryl pun keluar kelas dan menuju ke lantai dua. Disana sudah ada Julio dengan selembar kertas asturo di depannya.

"Gimana? Udah tau judulnya?" Tanya Sherly.

"Udah, gimana kalau kita buat judulnya 3 Tahun di SMA Dharma Luhur?"

"Bolehh."

Julio lalu tersenyum dan menganggukan kepalanya lalu mulai menulis judul dengan ukuran sedang di atas bagian kertas. Sheryl dan Julio mulai mendiskusikan apa saja yang seharusnya terdapat di dalam lembaran itu.

"Gue kan baru pindah kelas 11 ini, jadi lo pasti lebih banyak tau dong," ucap Sherly.

"Iya juga sih, emm gini aja gimana kalau lo buat pengalaman selama kelas 11 sama, ntar gue buat pengalaman kelas 10 sama 12?"

"Deal!"

Tanpa sadar siang sudah menjadi sore, sudah sekitar 2 jam lamanya mereka mengerjakan tugas ini. Dan kini jam menunjukkan pukul 4 sore. Sheryl membereskan semua peralatan tulisnya lalu berdiri.

"Sher," panggil Julio membuat Sheryl menoleh. "Gue mau ngomong sesuatu sama lo."

"Hm?" Tanya Sherly tak mengerti.

"Sebenarnya gue udah suka sama lo semenjak lo pertama kali masuk kesini."

Mendengar pernyataan Julio, membuat Sheryl membeku ditempat. Ia bahkan tidak tau cara menolak pria didepannya.

"M-maaf Jul, tap-"

"Lo mau kan jadi pacar gue?" Tanya Julio sambil memegang kedua tangan Sherly.

"Jul!" Bentak Sherly sembari berusaha melepaskan tangannya dari pegangan Julio.

"Kenapa? Gue suka sama lo Sher, gue tulus," ucap Julio sambil melangkah kedepan membuat Sherly memundurkan langkahnya.

Punggung Sheryl menabrak tembok, membuatnya meringis ditempat. Julio mengurung Sheryl dengan kedua lengannya. Sekarang mulai terlihatlah sikap asli Julio. Sheryl salah menyimpulkan Julio selama ini, ia kira Julio adalah seorang pria yang baik, namun ternyata salah.

"BEDEBAH!" Bentak Ansell, lalu membogem mentah pipi mulus Julio, mengakibatkan Julio tersungkur ke lantai.

Sejak tadi Ansell mengamati apa saja yang Julio dan gadisnya lakukan. Ia mengira feelingnya salah, namun ketika ia melihat Julio memegang tangan Sheryl membuat amarahnya membuncah.

Ia mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi kamera lalu merekamnya sembari berusaha menahan emosinya, tetapi saat melihat Julio melewati batas. Ansell langsung menyimpan ponselnya di saku dan beranjak lalu berlari ke arah Julio lalu membogemnya.

"Ansell!" Panggil Sherly dengan ketakutan.

"Lo gapapa?" Tanya Ansell sambil meneliti tubuh Sheryl.

Gadis itu mengangguk kecil, Ansell langsung menoleh kepada Julio. Berani-beraninya lelaki ini membuat gadisnya ketakutan?! Ia tidak akan memaafkannya.

"Well, gue akui, pukulan lo emang kuat," ucap Julio dengan tertawa.

"Gue bakal laporin kelakuan lo!" Jawab Ansell.

"Gue gapapa lo laporin, tapi, setelah ini lo, harus pikirin, gimana nasib beasiswa lo? Setelah gue juga melaporkan hal ini ke guru. Bagaimana jika setelah itu kampus tau bahwa lo melakukan kekerasan? Beasiswa lo bakal dicabut! Semua usaha lo? Sia-sia .." Julio beranjak pergi setelah mengucapkan hal itu.

Ansell hanya menggelengkan kepalanya sembari menghela nafas gusar. Ia kembali menatap gadisnya.

"Lo beneran gapapa kan?" Tanya Ansell.

"Gue, gapapa. Tapi gimana beasiswa lo Sell?" Tanya Sheryl khawatir.

"Gue bakal bicarain nanti. Sekarang ayo pulang! Gue antar."

GIMANA PART HARI INI? JANGAN LUPA VOTE AND COMMENTS YAA 🤗 SUPAYA AKU BISA CEPETAN UPLOAD!

Follow Instagram :

@Marysay_CS
@Literasimary_

DANDELION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang