SORE harinya, Azmi dan Ayla sudah sampai di rumah Adam. Senyuman tidak pernah pudar dari bibir Ayla. Ia langsung berhamburan ke pintu sambil berlari kecil. Namun, ia tidak bisa membukanya karena kunci di tangan Azmi. Ia pun berbalik badan malas. Melihat Azmi yang masih mengambil barang-barang dari bagasi, dan sesekali menerima telepon dari seseorang. Ia mendengus. Rasa rindu pada rumah ini lebih besar ketimbang menunggu orang menyebalkan itu.
"Woi! Cepetan, dong, ambil barangnya!" Ayla menyeru dengan tangan terlipat di depan dada. Pipinya menggelembung. Sudah berkali-kali dibodohi Azmi dengan cara menyebalkan. Dan ia harus bertahan sampai keluarganya pulang. Rasanya ingin protes pada Tuhan, tapi sangat tidak pantas.
Azmi menoleh pada Ayla. Ia mengangkat tangan kanan dengan ibu jari terangkat. Senyuman kecil dan jail ia tunjukkan. Lama-lama Ayla bisa stres melihat senyuman jail Azmi yang manis walaupun menyebalkan.
"Jangan senyum-senyum!" Ayla memperingati sekaligus memberi kode jika dirinya sedang tersipu. Azmi tertawa dan segera membawa barang-barang Ayla yang dibawa ke rumah sakit. Ia berjalan dengan mata berkeliling di daerah rumah ini. Masih sangat murni suasana kebersamaannya.
"Rumah yang bagus. Daerah yang bagus. Yang punya juga orang bagus." Azmi tersenyum kembali pada Ayla. Ayla tidak marah jika Azmi berkata begitu. Karena, yang punya rumah ini Adam, Ayahnya, dan bukan dia. Dan kenyataannya, Adam memang orang bagus dan baik. Adam dan Hawa, Ibunya, pernah berangkat haji saat Ayla kelas 6 SD. Ia juga menjadi imam masjid di daerah ini. Yang mengadakan TPQ juga ia. Adam juga menjadi dosen universitas ternama di kota ini, dan ustadz di salah satu pesantren. Jadi, tentunya Ayla mewarisi beberapa ilmu agama, walaupun dengan sifat bad girl.
"Lama banget, sih, lo?" protes Ayla setelah tersadar jika ia sedari tadi memperhatikan Azmi bolak-balik ke bagasi mobil untuk mengambil apa yang belum dikeluarkan.
"Kalau mau lebih cepat, bantu saya." Azmi menatap Ayla datar. Ia kembali pergi meninggalkan Ayla. Bawaan Ayla ke rumah sakit saja sebanyak ini. Sangat melelahkan bolak-balik hanya untuk mengambilnya.
Setelah mendengar perkataan Azmi, Ayla langsung menghampiri Azmi dan mengambil satu koper. Azmi yang memergoki aksi Ayla pun mengambil alih koper itu.
"Kamu sedang sakit. Tunggu saja di sana. Apa susahnya, sih?" Azmi kembali mengomel. Ayla mendengus.
"Elo sendiri yang minta bantuan," katanya datar. Azmi tidak menanggapi Ayla. Setelah kembali lagi untuk mengambil tas-nya dan menutup bagasi, Azmi menghampiri Ayla yang tampak kesal di belakang mobil.
"Saya hanya bercanda. Tidak mungkin orang sepintar kamu tidak paham jika itu hanya candaan." Yang dikatakan Azmi benar. Ayla memang pintar, bahkan Azmi melihat langsung Ayla menjawab berbagai pertanyaan sulit di ponsel. Ia pernah ikut bermain dan Ayla dengan lihai menjawab semuanya. Namun, tingkat kepekaan Ayla terhadap jenis-jenis candaan di lingkungan sekitar masih minim. Ia dengan mudah dibodohi. Lagi-lagi perkataan Umar benar.
Azmi pergi untuk membuka pintu rumah. Ia lupa jika kunci rumah Adam di tangannya. Pantas saja Ayla marah padanya. Setelah membuka pintu, ia segera memasukkan berbagai barang-barang dengan jenis berbeda-beda. Setelah semua masuk dan tertata di tempat masing-masing, Azmi menatap Ayla yang masih diam di sana.
Bagaimana Azmi bisa tahu tempatnya?
Karena, sepanjang beres-beres rumah, ia melakukan panggilan video dengan Umar. Makanya ia paham dan menjalankan tugasnya dengan benar.
"Ayla masih marah?"
Azmi kembali menatap depan. Lalu ia tertawa kecil. "Mungkin," katanya. "Tapi jangan marah lah, kesal saja."
"Coba, dong, gue mau lihat bagaimana ia berdiri sekarang."
Azmi mengangguk dan membawa ponselnya menuju Ayla. Tidak lupa ia menyimpan ponselnya di belakang sebagai bentuk surprise. Ia menahan senyuman agar semua tidak gagal. Umar yang seolah paham di seberang pun membungkam mulutnya. Ayla melirik kesal dan tetap memainakan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Albi Nadak✔️
FanficTAMAT Tidak ada yang menyangka, jika pertemuan pertama Ayla dan Azmi di rumah sakit selama dua hari membuat mereka harus menerima sebuah permintaan terakhir. Ayla yang tidak tahu menahu tentang permintaan itu pun sempat percaya diri dengan mengangga...