Extra Part

72 6 1
                                    

DUA tahun sudah Ayla menimba ilmu di pesantren. Banyak pengalaman tak terlupakan, banyak misteri pesantren yang ia dan teman-teman ungkap, dan banyak pula yang masih menjadi mister hingga saat ini. Meski begitu, mereka senang bisa memecahkan beberapa yang menandakan mereka pintar. Ilmu-ilmu yang didapat di setiap detiknya, mampu mengubah tatanan hidup Ayla yang suram menjadi terang. Semua ilmu itu tidak sebanding dengan pengorbanan para guru dan semua anggota yang terkait. Tanpa mereka, mungkin Ayla tetaplah remaja bad girl yang meresahkan setiap umat.

Hari ini Ayla dan Azmi sudah bersiap untuk salat Idul Fitri. Acara perpisahan dan kelulusan sudah digelar sebelum puasa, jadi sekarang Ayla resmi menjadi alumni Pondok Pesantren Nurul Qodim.

Sesampainya di sebuah lapangan luas, suara takbir menggema dengan indah. Orang yang takbir gantian, tapi Azmi juga ikut mengumandangkan. Ayla bertemu teman, keluarga, sahabat, sanak dan saudara, guru, dan beberapa pemudik dari berbagai daerah. Mereka bertemu dalam keadaan fitri, saling bermaaf-maafan, lalu melaksanakan salat bersama. Usai salat, mereka kembali bersalam-salaman dan para lelaki mengikuti kenduri yang menjadi adatnya.

"Selamat ya, sudah lulus mondok," ucap salah satu tetangganya saat perjalanan pulang. Memang, keadaan rumah Azmi dengan lapangan tidak jauh, tapi karena disambi mengobrol, jadi terasa lama.

"Alhamdulillah, semua berjalan lancar," jawab Ayla dengan senyum merekah. Ia sangat bahagia hari ini.

"Rencana mau kuliah atau gimana?" tanya Sela, si anak penjual gas dekat rumah.

"Ada lah ya, kalau rencana .... Minta doanya aja, semoga dilancarin," pinta Ayla. Sela mengamini doa Ayla. Obrolan pun berlanjut saat Sela ikut mampir ke rumah sekalian merayakan hari yang fitri ini.

***

Tradisi lebaran biasanya ditandai dengan bersejarah (berkunjung) ke setiap rumah yang dikenal untuk meminta maaf, lalu setiap anak kecil yang berani puasa diberi hadiah berupa sejumlah uang. Jika dua tahun yang lalu—sebelum Ayla masuk pondok—saat lebaran masih dapat hadiah, tapi sekarang tidak. Tetap saja ia bukan anak kecil, karena sudah menjadi istri. Sedikit kesal memang, tapi sikap Azmi yang berubah humoris membuatnya tertawa lagi.

"Pengantin baru itu masih romantis, ya," celetuk Tuan Rumah yang melihat Ayla dan Azmi menunggu kedatangan Tuan Rumah seraya bergurau. Azmi dan Ayla tersenyum, lantas mengamini kata si Tuan Rumah.

"Minal 'aidzin wal fa'idzin ya, Bu, Pak, Dek," ujar Azmi seraya menyalami keluarga beranak satu itu.

"Sama-sama ya, Mas Azmi sekeluarga," jawab Pak Rano, si Kepala Keluarga.

"Kalau masih pengantin baru ya kayak tadi, Pak," Bu Rano beebicara pada suaminya. "Romantis .... Kalau Bapak mana pernah begitu ke Ibuk?"

Azmi dan Pak Rano saling pandang. Ayla terkejut dan merasa bersalah jika kehadiran mereka membawa masalah pada rumah tangga Pak Rano dan Bu Rano. Tetapi Pak Rano menggeleng pelan dengan tenang tanda baik-baik saja.

Semua tetangga sudah tahu statusnya dengan Ayla. Dari awal ia memberitahu hal ini pada para tetangga, karena ke depannya mereka akan hidup dengan tetangga, bukan keluarga yang jauh. Karena sejatinya kerabat terdekat adalah tetangga.

"Kami malah iri, loh, sama Bapak dan Ibu Rano ini. Kalian bisa setiap hari kumpul, ketemu. Tapi kalau kami, satu bulan sekali ketemu sudah sangat bagus. Ya ... mau bagaimana lagi? Ayla sibuk mondok dan saya kerja di luar. Kalau ada pekerjaan di pondok pun saya tidak bisa mengunjungi Ayla secara rutin," curhat Azmi dengan harapan membuat Bu Rano bersyukur dan menyudahi perdebatannya dengan suami.

"Iya, betul yang dikatakan Ustadz Azmi," timpal Ayla. Ia sebelumnya kembali terkejut dengan Azmi, tidak menyangka jika Azmi terbuka begitu dengan orang. Tetapi, setelah paham, ia ikut membantu.

Albi Nadak✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang