9. A Real Truth

236 73 12
                                    

"Hyung Sudah sampai mana?" Ucap Minhyuk langsung saat Yong hwa mengangkat teleponnya.

"Sebentar lagi kami sampai."

"Baiklah." Dia akan kembali lagi ke kamar dimana Shin hye dirawat. Tapi dia terlambat saat akan masuk Disana sudah ada Yeon seok yang berbicara padanya.

Dia mengeram saat mendengar omong kosong Pria itu, ingin rasanya memecahkan kepala keparat itu.

Tapi dia masih waras. Korea bukan tempatnya. Tempatnya berada diberlin.

Tapi semakin mendengar bualan Pria brengsek itu kepalanya semakin terbakar. Dan apa? Dia ingin membawa Shin hye kerumahnya.

Sialan! Keparat sialan! Tidak akan dia biarkan. Dia akan melakukan apapun untuk mengecoh Pria sialan itu. Walaupun harus ada yang kesakitan nantinya.

Saat Shin hye akan mengiyakan Permintaan Yeon seok. Minhyuk langsung menelpon Yong hwa kembali. Kali ini dia menggunakan panggilan Video.

"Tunggu!" Pekik Minhyuk saat melihat Yong hwa akan mematikan sambungan teleponnya. Dan itu tepat sebelum Shin hye menyelesaikan ucapannya. Pintu sudah terbuka.

Dan Yong hwa bisa dengan jelas melihat Shin hye dari sana.

"Shin hye!" Ucap Yong hwa dari sebrang sana. Bersama dengan celotehan Aera yang berada dipangkuan Yong hwa.

"Mmhii mmhii!!" Suara itu menghentikan Shin hye yang sedang berbicara. Atensinya beralih pada Minhyuk yang baru masuk dengan santainya.

"Oh, Maaf Ternyata kalian sedang berbicara. Aku akan keluar kalau begitu." Dia berbalik dan akan melangkah tapi suara Shin hye kembali menghentikannya.

"T-tunggu Dokter!" Panggilnya lagi. "Tidak apa-apa Anda bisa masuk."

"Kalian sedang berbicara. Aku akan kembali saat sudah selesai."

"Tidak apa-apa dokter. Bukan hal yang penting." Perkataan Shin hye langsung membuat wajah Yeon seok berubah. Sedari tadi dia hanya diam. Namun saat mendengar Shin hye mengatakan kalau percakapan mereka tidak penting membuatnya geram.

Minhyuk tersenyum miring melihatnya. Disebrang sana juga Yong hwa tersenyum mendengarnya.

"Mmhii!" Suara Aera dari sana membuat Shin hye menyerngit. Namun detik kemudian dia sadar kalau itu dari ponsel dokter itu.

"Ah Maaf. Dia keponakanku. Aku sangat merindukannya. Itu sebabnya aku menghubunginya seperti ini. Aku akan mematikannya." Tepat setelah mengatakan itu Minhyuk memutus panggilannya membuat Yong hwa berdecak dan marah-marah disebrang sana.

"Dasar Pria sialan! Kenapa dia mematikannya! Akan kubunuh dia nanti."

"Noooo!" Pekik Aera.

"Tapi Daddy masih ingin melihat Mommy Aera. Tapi Paman sialanmu itu memutuskannya."

"Mhimmiii!"

"Ya Mommy. Kau juga ingin melihatnya kan?"

"Yaacch!"

"Itu sebabnya Daddy marah Litle angel. Ingatkan Daddy agar menendang bokong pamanmu itu nanti. Kau mengerti?!"

"Yaaachh!"

"Bagus. Itu baru Putri Daddy."

"Ttaaah!"

"Iya Sayang sebentar lagi kita sampai."

Federic tersenyum dari depan mendengarnya. Lucu sekali rasanya mendengar keduanya seperti itu.

"Tertawalah jika ingin tertawa Federic!" Peringat Yong hwa. Dia bisa melihat Asistennya itu menahan tawanya dari Spion. "Jangan menahannya!" Tambahnya lagi.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang