27. The Secret Room

189 65 12
                                    

Di sore hari, Yong hwa diperbolehkan pulang karena kondisinya yang tidak memerlukan rawap inap. Dokter hanya berpesan agar Yong hwa tidak terlalu banyak beraktivitas dulu selama masa pemulihan. Tapi tampak pria itu tak peduli tentang anjuran tersebut karena saat ini saja ini ia bersikeras menolak kursi roda ketika keluar dari rumah sakit. Ia lebih memilih dipapah oleh Shin hye padahal ada Federic yang lebih besar badannya.

Dengan tubuhnya yang besar tentu saja Shin hye sedikit kesusahan memapahnya,  mulanya Shin hye jengkel dan berdebat tentang itu hingga akhirnya ia kalah dan terpaksa berjalan terseok-seok menopang sebagian berat badan Yong hwa yang bersandar padanya.

Namun terlepas dari rasa jengkel, ada perasaan lain yang hinggap kala pria itu terus memberikan ciuman di puncak kepalanya.

"Sir kita harus cepat." Federic rupanya ikutan jengkel melihat kelakuan Yong hwa yang berusaha membuat kesulitan istrinya sendiri. Shin hye berjalan seperti siput dan Federic mengkhawatirkan kalau mereka terlalu lama diluar begini maka akan memberikan musuh kesempatan.

Menyadari Yong hwa menahan tawanya, Shin hye berdecak kesal. Pria ini memang sengaja menyulitkannya.

"Kita tidak akan sampai-sampai sebelum aku jatuh pingsan." Keluh Shin hye, bahkan mereka belum setengah jalan menuju tempat mobil diparkirkan.

"Padahal pekerjaan diatas ranjang lebih menguras tenaga tapi kau tidak pingsan sayang." Yong hwa sengaja berbisik agar tidak di dengar oleh Federic.

Wajah Shin hye memerah karena malu. Apalagi ia dapat merasakan tatapan cabul pria ituyang begitu menggoda, membuatnya kembali mengingat bagaimana dirinya menjadi wanita jalang yang bergerak liar di atas pria itu tadi. Kali ini tidak ada embel-embel paksaan, dia bahkan cukup sadar melakukannyan, dia bahkan cukup gila karena tidak dapat menolak ajakan bercinta padahal yang harus ia lakukan adalah mengingat kondisi pria psikopat itu.

Sekarang baru tau malu, tadi kemana saja? Shin hye merutuki dirinya sendiri. Namun anehnya ia tak menyesal sudah mewujudkan salah satu fantasi seks pria itu. Bercinta saat sedang sakit.

Yong hwa terlalu gila.

"Sepertinya mulai hari ini aku akan sering sakit agar dengan mudah membawamu keatas ku sayang." Bisik Yong hwa lagi, seolah tau apa yang sedang dipirkan istrinya itu.

"B-bisakah kau berhenti bicara seks?" Shin hye melirik Federic yang pura-pura tidak mendengarkan.

Yong hwa hanya menyunggingkan senyum tipis sebelum ia mendaratkan kecupan lebih dalam di dahi sang istri lalu dirinya pun melepaskan tangan Shin hye dari bahunya dan berjalan tanpa papahan.

"Kau bisa berjalan?" Shin hye ngeri melihat pria itu yang kini mencoba berjalan dengan kaki pincang.

"Jangan khwatir sayang, kita bahkan sudah bercinta tadi." Shin hye melotot tajam melihatnya, dia melirik Federic yang memalingkan wajahnya kearah lain. Seolah dia adalah anak polos.

"Jadi kenapa kau bersandar padaku dari tadi?" Kesalnya, kelihatannya pria itu memang cukup kuat, diatas ranjang saja bisa bergerak liar walau tak leluasa seperti saat sedang sehat.

"Aku hany butuh obatku tadi honey." 

Shin hye tidak merespon, ia menjatuhkan pandangannya ke bawah sambil menahan senyum malu. Tidak ada nada yang menyiratkan bahwa ia sedang mengatakan sebuah rayuan atau omong kosong dari setiap kalimat manis yang keluar dari bibir pria itu. Seolah-olah, dirinya memang adalah obat untuk pria itu.

"Sayang.." Panggil Yong hwa sambil menjulurkan tangannya untuk meraih tangan Shin hye yang tinggal dibelakang."Jangan melamun, nanti kita akan mengulanginya lagi jika kau masih belum bisa melupakannya."

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang