Jangan Bangunkan Puan Dulu

11 8 2
                                    

Lengan-lengan mentari menyelusup
Di detik Puan menyibak tirai menyambutnya
Lalu berbalik kepada Tuan menyapa, "Selamat pagi, Tuan."
Kau mengusap mata di sisi ranjang terkekeh, "Padahal aku sedang memimpikan kita, Sayang."

Di skenario lain
Kita bercerita di pekarangan
Mengenang saat kita saling menemukan
Pun kencan kita di sudut desa
Bayangkan dunia seperti itu, tidakkah begitu sempurna?

Tidak, jangan bangunkan aku dulu

Ini pelampiasan Puan
Atas segala yang terlanjur terjadi
Segala keinginan yang tak sempat dikenali
Serta cemburu yang tak terkendali

Biar Puan lupa lara ini sementara, Tuan

Ini perdamaian dengan masa lalu
Bukan Puan akan soak lagi
Hanya sekilas melunasi fantasi
Sebelum menguncinya rapat di sudut tergelap nanti

Boleh, kan?

Biarkan Puan nikmati alur-alur liar ini
Adegan-adegan yang sempat mengisi sepi
Sekali lagi saja, biarkan Puan larut
Setidaknya untuk yang terakhir kali

--
¹Menyelusup: masuk dengan sembunyi-sembunyi, menyusup
²Lara: sedih, susah hati
³Soak: tidak kuat lagi
Fantasi: khayalan

Haihai~
Jujur ku pun tak tau apakah ini bisa dihitung sebuah sajak/prosa/sejenisnya (haha) tapi semoga kalian terhibur deh. Ohiya, akhir-akhir ini tulisanku kepanjangan, nggak sih? (Kebawa konsep diarinya kali ya) Jadi kurang sajak gitu rasanya 😓

Menurut kalian?

Salam literasi dariku dan stay safe! 😷

Rasa Itu Namanya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang