Didedikasikan untuk nakamanakachan
***
Putri Carrissa setengah membaringkan tubuhnya di kursi panjang dekat jendela kamar sambil menyesap tsigáro perlahan. Ia menatap riak tegang suaminya yang tengah mengenakan pakaian dengan penuh cinta. Mulutnya mengembuskan asap tsigáro secara perlahan sebelum tersenyum manis.
"Semalam ... aku sangat bahagia, Suamiku." Kepalanya meneleng dengan senyuman yang tak kunjung pudar. "Kurasa ... kita bisa mengulanginya lagi setiap ingin."
"Dalam mimpimu."
"Apakah kau menyesalinya, Leon? Kau yang memaksaku."
"Itu karena aku mengira kau adalah Permaisuriku, Sialan!"
Putri Carrissa berjengit tampak sangat terkejut. Meski seringkali marah, Pangeran Leonard tak pernah sekalipun berujar sekasar itu padanya. Merilekskan tubuhnya kembali, ia menatap suaminya malas dan mendengkus. "Salahmu tak bisa membedakan antara aku dan Permaisurimu itu!"
"Kau menyalahkanku?" Tubuh Pangeran Leonard berputar usai berpakaian. Giginya bergemeretak mengerikan. "Memangnya sejak kapan harum bunga teratai berubah menjadi harum kelopak bunga mawar basah, Carrissa?"
Putri Carrissa mengernyit, tampak berpikir keras. Seingatnya, ia tak terlalu menyukai kelopak bunga mawar basah. Namun mengingat tubuh Selir Kemuliaan Anye berkilau usai dibaluri ramuan kelopak bunga mawar basah, ia menitahkan Saba untuk memenuhi kolam pemandiannya dengan bunga tersebut ... tanpa sepengetahuan siapapun.
Mungkinkah karena itu? Mendapati kesimpulan tersebut, Putri Carrissa tersenyum manis.
Jika memang benar demikian, aku akan meminta Saba untuk memenuhi kolam pemandian dengan kelopak bunga mawar basah setiap kali ingin mandi. Agar Pangeran Leonard menganggapku sebagai permaisurinya dan terus menyentuhku, batin Putri Carrissa.
Sayangnya, ia tak menyadari jika ia mandi lagi dengan kelopak bunga mawar basah, maka harum tubuh yang membuat Pangeran Leonard tergila-gila padanya semalam akan menghilang dalam sekejap. Sang putri pun tak mengetahui, jika ia memeluk Dewi Harnum dengan tuluslah yang membuat harum tubuh sang dewi melekat sedikit padanya.
Memikirkan malam-malam berikutnya bersama sang suami tercinta akan terjadi dengan sangat romantis, senyuman Putri Carrissa kian melebar. Ia terkejut saat Pangeran Leonard meremas rahangnya dengan satu tangan agar mendongkak ke arahnya.
"Lepaskan! Kau menyakitiku, Leon!" Ia berontak, tetapi hanya kesakitan yang ia dapatkan. Melihat sebuah cawan indah -yang entah apa isinya- di tangan kiri suaminya, Putri Carrissa mengernyit bingung. Mungkinkah lelaki itu menggunakan sihirnya lagi? "Apakah itu di tanganmu?" tanyanya takut-takut. Entah mengapa firasatnya tak baik.
"Sesuatu yang dapat mencegah kehamilan."
Seketika mata Putri Carrissa melebar panik dan takut. Ia menggeleng kalut beberapa kali.
"Aku tahu kau pasti menolak, karena itu akan kubantu kau untuk meminumnya, Istriku," ujar Pangeran Leonard menyeringai lebar, tampak mengerikan.
"Aku tak mau-hmpmh ...!"
Terlambat. Pangeran Leonard memaksa Putri Carrissa untuk meminum ramuan pencegah kehamilan itu hingga tandas dan mengabaikan tangisannya. Hanya Permaisurinya yang ia izinkan untuk mengandung calon anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permaisuriku~ (END)
Historical Fiction[BUKAN NOVEL TERJEMAH] "Tiada kasta dalam cinta." *** Dewi Harnum adalah seorang pelayan di suatu kerajaan. Ia selalu menggunakan selendang untuk menutupi wajah cantiknya, karena takut, jika kecantikannya akan menimbulkan perpecahan di masa depan. I...