1. Kecantikan Seorang Pelayan

7.2K 670 20
                                    

Sepuluh tahun kemudian.

“Berdermalah, Bibi. Anda takkan bertambah kaya dengan memupuk harta yang tak dibawa mati. Bila Anda tak berbagi pada sesama, Anda akan sering jatuh sakit dan harta yang Anda simpan pun akan habis dengan sendirinya tanpa sisa.”

“Harnum, mengapa kau berdiam diri di sini? Apakah kau telah merapikan kamar Tuan Putri Arianna?”

Dewi Harnum tersadar dari lamunannya akan masa lalu saat kepala pelayan istana menegurnya. Ia pun segera undur diri untuk menjalankan titah. Sejak kejadian itu, ia diistimewakan oleh anggota Kerajaan Borealis, tempatnya bekerja. Namun alih-alih senang, ia justru tertekan. Ia dijauhi dan dibenci oleh teman-teman sebayanya. Ucapannya yang menjadi kenyataan malah membawa masalah sendiri untuknya. Oleh karena itu, ia lebih banyak diam dan hanya bicara seperlunya.

Sesampainya di kamar putri tunggal kerajaan tersebut, Dewi Harnum bergerak cepat untuk merapikan kamar sang putri. Usai mengerjakan tugasnya, ia berniat pergi dan siap mengerjakan hal lain yang memang menjadi tugas dari seorang pelayan.

“Harnum, kau di sini?”

Dewi Harnum mengangguk sopan. Harum segar yang menguar dari tubuh sang putri yang baru saja usai mandi memenuhi penjuru ruangan.

“Bagus kau di sini. Cepat kemari, Harnum. Bantu aku bersiap.”

Dewi Harnum mengangguk dan melakukan tugasnya dengan baik.

“Kuperhatikan sejak kejadian itu kau lebih banyak diam. Mengapa? Apakah ada yang mengganggumu? Jika ya katakan saja padaku. Akan kudisiplinkan mereka yang telah berani mengganggumu.”

“Tidak, Tuan Putri,” ujar Dewi Harnum cepat. Jika itu sungguh terjadi, ia akan semakin dibenci dan ia tak menginginkan hal itu terjadi. Lagi-lagi. Ia tak suka perlakuan istimewa tersebut. “Saya baik-baik saja.”

“Sungguh?” Arianna, putri tunggal dari Kerajaan Borealis tersebut menatap pelayannya dari cermin rias di depannya saksama. Melihat Dewi Harnum mengangguk, ia tersenyum samar. Ia sangat menyadari betul jika pelayannya itu tak nyaman dengan situasinya sekarang. “Jika ada yang mengganggumu katakan saja padaku. Jangan sungkan, Harnum.”

“Ya, Tuan Putri. Terima kasih.”

“Hias diriku secantik mungkin, Harnum. Aku akan menemani tamu penting dari Kerajaan Lahore, jadi aku harus tampak sangat cantik.”

Dewi Harnum mengangguk patuh.

“Pangeran Arjuna sangat tampan dan berwibawa. Aku sangat menyukainya. Apakah menurutmu kami akan menjadi pasangan paling serasi jika memutuskan untuk bersama?”

Dewi Harnum mengangguk tanpa banyak berkomentar karena ia tak tahu rupa sang pangeran. Tetapi mustahil Putri Arianna akan menyukai seorang pangeran buruk rupa. “Anda telah siap, Tuan Putri.”

Putri Arianna terpesona dengan dirinya sendiri. Memang bukan pertama kalinya Dewi Harnum membantunya bersiap, tetapi selalu saja ia terpukau dengan hasil kinerja pelayan tersebut. Ia mematut dirinya kembali di cermin sambil memainkan rambut yang tersampir di pundak kanannya dengan anggun. “Kau adalah pelayan terbaik di Kerajaan Borealis, Harnum.”

Dewi Harnum tersenyum kecil. Sangat terbiasa dengan sikap majikannya tersebut; angkuh dan arogan, khas seorang putri bangsawan.

Permaisuriku~ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang