Declaration!

266 30 3
                                    

Jam makan malam sudah lewat beberapa puluh menit lalu, sekarang menyisakan orang-orang yang tengah bersantai ria di beranda mansion sambil menikmati bulan purnama yang terlihat lumayan terang malam ini. Dua hari lagi mereka akan segera mengakhiri camp pelatihan ini dan melanjutkan liburan musim panas mereka yang sempat tertunda.

Seharusnya camp pelatihan ini sudah masuk dalam kategori kegiatan liburan musim panas, kalau saja jadwalnya tidak sepadat dan seintensif lima hari belakangan. Yah.., jadwal camp mereka benar-benar padat, intensif dan terlalu disiplin. Tolong jangan salahkan Tanjiro karena dia hanya ditugaskan pelatihnya, jadi salahkan saja pelatihnya itu.

"Astaga.. bang Giyuu kesambet apaan sih sampe berubah kejam gini..." itu suara hati seorang Zenitsu yang baru saja dicurahkan didepan Tanjiro yang sibuk mengotak-atik ponselnya. "Palingan masalah kuliahnya..." sahut Tanjiro meletakan kembali ponselnya setelah mengirim pesannya pada Inosuke yang belum kelihatan sejak makan malam.

"Enggak deh kayaknya. Udah sering banget loh dia kuliah sambil ngelatih kita, tapi baru kali ini keliatan sensitif gitu" terka Zenitsu dengan jari telunjuk yang didagu dan wajahnya yang tampak berpikir keras.

Tanjiro jadi ikut kepikiran. Memang kalau diperhatikan pelatih Kendo mereka itu belakangan terlihat sensitif dan mudah emosi. Benar-benar berbeda dari yang biasanya tenang, gak banyak bicara, kalau marah mentok cuma teriak. Pokoknya bedalah dari sebelumnya..

"Mungkin ada masalah sama kakeknya. Ingetkan bang Giyuu pernah bilang dia cuma sanggup ngelatih satu tahun aja, tapi malah ditambah"

Ya, seingat Tanjiro sepupunya itu pernah bilang begitu, karena dia masih kuliah dan jurusan yang dia ambil itu bisa dibilang tidak berkaitan dengan Kendo. Mungkin karena tahun ini dia mulai memasuki semeseter tua jadi sedikit terbebani dengan tanggung jawab melatih tim kendo besutan kakeknya ini.

"Bisa jadi sih, tapi ya jangan melampiaskannya ke kita dong..."

Tanjiro hanya memutar bola matanya bosan setelah mendengar keluh Zenitsu untuk yang kesekian kalinya hari ini.

"Eh iya.., katanya mau cerita, jadi gak ?"

"Bentar, aku masih ada urusan sama Inosuke. Btw, kemana tu anak ?" Tanjiro kembali mengecek ponselnya dan masih tidak ada balasan chatnya yang tadi ia kirim ke Inosuke.

"Alah.., palingan dia molor kek-"

"WOY!"

Ah..., baru juga dibicarakan sudah muncul pemuda bersurai hitam kebiruan itu. Dia melambai dari ujung beranda yang memanjang sampai ke ruang makan. Lihat.., ditanganya tampak semangkuk besar remahan dari tempura udang sisa makan malam tadi. Bisa ditebak bahwa dia baru saja mengeledah dapur.

"Lu dari mana sih ditungguin juga!"

Itu zenitsu yang mengerutu bukan Tanjiro, dan Tanjiro dia sudah menerima mangkuk besar itu yang entah bagaimana reflek diberikan Inosuke sebelum pemuda ini ikut duduk diantara mereka.

"Bantuin mbah dapur bersihin dapur. Eh.. dikasih ini dong" jawabnya santai seraya memamerkan satu tempura udang yang masih utuh. Zenitsu hanya menghela nafas pasrah menghadapi Inosuke yang tidak bisa menahan diri kalau berurusan dengan makanan.

"Bilang aja lu emang nyari itu.." gumam Zenitsu

"Btw, lu mau ngomong apa Tan?" Tanya Inosuke memulai. Tanjiro kelabakan karena asik dengan remahan tempura tadi jadi dia buru-buru meneguk air dari botol minumnya. Sebenarnya dia hampir lupa mau ngamuk ke Inosuke perihal yang Genya ceritakan sore tadi. Dia menarik nafas panjang dan

Bugh!

Dia membenturkan kepalanya ke kepala Inosuke. Suaranya lumayan kerasa sampai Zenitsu merasa ngilu dikeningnya. Dan Inosuke, dia hanya berharap keningnya tidak benjol dan membiru, karena terakhir kali Tanjiro melakukan hal semacam ini keningnya sampai memar.

I should catch you [Not Continued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang