"Mereka Menjatuhkan, Kita Memaafkan".

56 11 0
                                    

Untuk orang-orang yang sering dijatuhkan sampai akhirnya lupa bagaimana cara memaafkan, bacalah ini.
-------------------------

Terlalu banyak lorong kehidupan yang bisa jadi lahan pahala atau bahkan gudang dosa untuk kita. Sekarang bukan keadaan yang menentukan akan menjadi seperti apa diri kita, melainkan kita sendirilah yang memilih jalan ke arah mana langkah kaki kita tapakkan.

Kawan, bila kita mengingat tentang banyaknya duka nestapa dunia, maka selamanya kita akan murung dan nyaman dalam kesedihan. Karena tak dapat dipungkiri, dunia akan selalu punya cara untuk membuat kita merasa tersudut atas keadaan yang kita harus hadapi dan terima. Tidak selamanya hidup akan baik, tidak selamanya takdir sejalan dengan angan, tidak setiap saat kenyataan akan searah dengan ingin.

Maka, saat siapapun di luar sana mencoba menjatuhkan, jadilah kamu insan kuat yang mampu memaafkan.

Kita tidak dapat mengarahkan segala hal harus sesuai dengan harapan kita, terlebih soal pilihan orang lain.
Bila orang lain memilih menjatuhkan, maka jalan terbaik untuk membalasnya hanyalah dengan memaafkan.
---------------------------

Kadang, kita ingin menjadi orang lain karena di mata kita tidak ada rasa sakit atau mungkin rasa sakit yang orang alami tak seburuk yang kita dapatkan. Padahal, di waktu berbeda orang lain pula melakukan dan menginginkan hal yang sama dengan kita, menginginkan berada di posisi kita karena di mata mereka hidup kita tak seburuk hidup mereka.

Ya, itu perihal yang wajar, bila hidup hanya kita nilai sebatas permukaan saja.
Laut juga begitu, bila dipandang hanya riak kecil saja yang tampak, namun dibalik riak kecil itu terdapat kedalaman yang bahkan kadang tak dapat diukur seberapa jauhnya ke dasar sana.

Hidup juga begitu.
Kadang kita atau orang lain senang sekali menilai hidup seseorang dari kaca mata dan  penilaian sekilas yang kita ciptakan sendiri. Ketika kita mengetahui sesuatu maka kadang bersikap seolah tahu banyak hal.

Tanyalah nuranimu, siapapun kamu saya yakin bahwa tidak ada satupun di antara kita semua yang senang bila hidup dan cerita hidup kita baik buruk itu menjadi konsumsi banyak orang.
Karena, dari sanalah awal semua hal akan tercipta; termasuk sikap arogan kita yang sadar atau tanpa sadar seolah menjadi Tuhan atas hidup orang lain.

Melakukan penghakiman, menjatuhkan, menyudutkan, memandang rendah dan membuka aib sesama.

Bahkan, menjadikan masalah orang lain sebagai sebuah candaan, kadang juga kita lakukan. Padahal, andai saja kita mau sekali saja jujur pada diri sendiri bahwa kita sendiripun pasti tak akan pernah terima bila hal yang sama juga terjadi di diri kita.

Tapi, mengapa kita dengan ringan dan tanpa merasa berdosa melakukan sesuatu yang bahkan kita sendiri tidak menyukai dan tak terima bila itu terjadi pada kita?
Seego itulah kadang manusia.
-----------------------

Berat memang mengakui pada diri sendiri bahwa kita ini adalah ego yang memilih menjadi pecundang.
Kita menutupi kerapuhan diri kita dengan mencoba mengorbankan orang lain; menjatuhkan mental mereka dengan penghakiman, penyudutan, dan mengatakan dengan mudah bahwa seseorang bersalah atau buruk hanya karena ia melakukan satu dua kesalahan dan keburukan di mata kita. Memangnya, segala hal tentang diri orang lain sepenuhnya menjadi hak kita?
Tidak, kawan.
Kita hanya memaksa untuk mengaku bahwa kita tahu banyak hal, sampai merasa memiliki hak atas diri orang lain termasuk soal menjatuhkan, padahal bila ditelisik lebih dalam seujung kukupun dan setitik tintapun kita tak memiliki hak apa-apa atas diri orang lain. Terlebih, bila kita sadar bahwa kitapun sama; sama-sama hina, jadi tak pantas untuk menghinakan yang lainnya.

Kawan, bila kamu adalah satu dari sekian banyak kerapuhan yang bersembunyi itu, cobalah untuk sekali saja berani menampakkan diri seutuhnya.
Jangan hanya berani mengorbankan dan menjatuhkan orang lain. Kelak, siapapun yang kamu jatuhkan itu, mereka akan menuntutmu. Tidak di dunia, masih ada penuntutan di akhirat.
Tidak sekarang, tentu saja nanti di lain masa.

Yang pasti, selama hidup jadilah layaknya manusia. Manusia yang benar-benar manusia; yang tak menjatuhkan bila tak ingin pula dijatuhkan. Juga, jadilah manusia yang kuat; yang rela memberi kata maaf dan ikhlas berlapang dada atas segala duka yang tanpa permisi masuk dan bermukim di hidup kita.

Kita masih bisa kuat, asal ingin menjadi kuat.
Kita masih bisa mampu, asal ada ingin dan mau.
Kita sanggup hadapi apapun, asal percaya bahwa segala takdir berjalan sesuai perintahNya.

Berjalan di jalanmu, maka akan sampailah kamu.

----------------------------------

Dari seeseorang yang belum baik, tapi selalu merasa hidup di tengah-tengah kebaikan.
-Giovano A Brillian

UNTUK SEBUAH PERUBAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang