Untuk saya, untuk kamu, untuk kita semua.
Semoga kita tidak selalu mudah menyepelekan rasa sakit orang lain.-----------------------------------------------
🎋 Dalam Sepi dan Senyapnya, Semua Orang Selalu Merana
Kau kira, si murah senyum itu akan selamanya tersenyum?
Kau kira, si ceria dan penuh tawa itu akan selalu gembira?
Kau kira, dia yang tak pernah menangis, tak pernah merasakan kesedihan dan luka?Siapapun, dalam sepi dan senyapnya selalu merana.
Meratapi, kenapa aku terlahir begini?
Atau, merenungkan kenapa hidupku harus seperti ini?
Atau bahkan berkata dengan lantang pada Tuhan "aku ingin diperlakukan dengan adil".
Meski pada akhirnya, segala suara-suara yang lantang itu, hanya berani terdengar di dalam hati.Pada akhirnya, semua yang menangis akan tertawa.
Semua yang luka akan sembuh.
Semua lara akan menemui bahagia.Meski, pada awalnya tawa berubah air mata.
Atau kesenangan berubah tangis memilukan.
Juga, canda-canda banyak yang bertukar kebencian.Hidup memang selalu begitu.
Kita tak perlu malu mengakui bahwa kita lelah, letih, sudah hampir menemui ambang batas ketidaksanggupan.
Tak perlu sungkan untuk berkata bahwa kamu sedang luka.
Karena pada akhirnya, semua cerita adalah sama.
Cerita tentang luka-luka.Dari sanalah, kita akan belajar banyak hal.
Bahwa menjadi yang ditertawakan itu menyakitkan.
Atau, menjadi yang dipandang sebelah mata itu melelahkan.
Dan, menjadi yang disepelekan juga menyesakkan.Untuk itulah, kita tak perlu melakukan.
Apapun yang tak ingin kita dapatkan dari orang lain.
Karena hidup, adalah roda yang berputar.
Juga ibarat sedang menanam dan esok lusa menuai.
Kesedihan orang lain, bukan tawa untuk kita.
Beratnya luka orang lain, adalah beban juga untuk kita.
Kitalah, yang harus memahami
Bahwa tidak ada rasa sakit yang pantas untuk diremehkan.-------------------------------
🎋 Kita Pernah Menjadi Tak Beradab di Depan Orang Lain
Hai, sudah berapa lama hidup di muka bumi Tuhan Yang Maha Agung ini?
Hai, sudah berapa lama si gadget itu kamu sayangi?
Sudah berapa lama bersembunyi dalam sepi?
Atau nada-nada kehidupan yang tak dapat diketahui?Kita mungkin pernah menjadi manusia yang tak beradab.
Hidup lama, tapi tak paham apa makna hidup.
Diberikan kemudahan, tapi tak paham cara menggunakan untuk kebaikan.
Juga, senang sekali melakukan apapun, di belakang mata orang lain.
Lalu kita kira, apakah Tuhan tidak tahu apa-apa?Tentang kita yang suka menertawakan luka orang lain.
Berita buruk memilukan yang kita sebarluaskan dengan maksud agar mendapat banyak like dan komentar orang-orang.
Tanpa pernah memikirkan bagaimana perasaan keluarga yang mendapatkan kepiluan.Pernahkah kita berpikir, seandainya kita berada dalam posisi demikian.
Semisal, salah satu anggota keluargamu harus meregang nyawa dengan cara yang tak wajar.
Lantas, berita menyebarluas, bahkan sebelum tahu mana yang disebut kebenaran.
Orang-orang berspekulasi, orang-orang berasumsi, orang-orang berpendapat sesuka hati.
Semakin kamu berusaha melupakan perihnya, semakin orang-orang mengingatkan lukanya.
Pernahkah kamu memikirkan ada di posisi itu?
Bayangkan, semenyedihkan apa kamu saat itu.Mungkin, tak ada manusia yang kuat.
Setidaknya untuk menghadapi perihnya komentar suka-suka manusia.
Tuhan selalu paling adil.
Tak sebejad manusia yang senang menghakimi.Begitupun, kita tak pernah sadar diri.
Tetap saja melakukan banyak hal tak terkendali.
Seolah Tuhan hanya akan bungkam , jika kita menjadi insan yang kejam.
Kau kira, membunuh hanya sekadar dengan benda tajam?
Bahkan banyak pembunuh mental yang melibas nyawa orang-orang dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK SEBUAH PERUBAHAN
No FicciónSinggahlah, untuk menemukan sedikit dari banyak ketidaktahuan yang mengakar di kehidupan. Semua yang ada di sini hanyalah jalan menuju kebaikan. kelak, inipun akan turut menguap ke langit. "Nama akan hilang, raga akan mati, nafas akan terhenti, na...