"Broken Home Isn't Broken Dreams"

167 17 0
                                    


Apa yang kalian pikirkan tentang keluarga?
----------------------

Beberapa orang akan berkata bahwa keluarga adalah rumah ternyaman baginya.
Beberapa lagi akan berpendapat bahwa keluarga adalah alasan ia merasakan kebahagiaan.
Namun, tak jarang beberapa orang akan berpandangan bahwa keluarga adalah penyesalan terbesarnya terlahir ke dunia.

Mengapa?

Karena cerita hidup manusia tak pernah sama, alur takdir pun tak pernah serupa.
Semua punya porsinya, semua punya jalannya.

Sejatinya kita tak pernah bisa memilih terlahir dari keluarga yang seperti apa.

Artinya, takdirlah yang menetapkan langkah kita.
Jika kita ditakdirkan terlahir dari keluarga yang harmonis, maka itu sebuah keberuntungan dan hal yang wajib kita syukuri.
Jika sebaliknya, kita hidup di dalam keluarga yang membuat kita malah merasa terpuruk, maka bukan berarti kita harus selamanya menyesali nasib kita.

Beberapa orang terlalu larut dalam kesedihan dan keterpurukan, hingga kemudian sulit untuk lepas dari rasa sakit.
Karena itu, meski bagaimanapun keadaan yang menimpa, sepatutnya segalanya memang harus kita syukuri.
Hendak terlahir dari keluarga yang bagaimanapun, tetap kitalah indikator utama yang mampu menentukan ke mana arah hidup akan kita tujukan.

Tapi kenapa, faktor keluarga mampu menjadi pembentuk utama dari kepribadian seseorang?

Jawabannya karena keluargalah yang menjadi lingkungan pertama kita ada dan bertumbuh.
Keluargalah yang menjadi sekolah pertama kita, menjadi sumber motivasi dan inspirasi utama seseorang.

Sejak lahir, seorang anak akan hidup dalam lingkup keluarga.
Anak yang terlahir itu ibarat kertas putih tanpa noda, maka keluargalah yang banyak menentukan seperti apa jadinya anak yang terlahir tadi.
Hendak dididik menjadi orang alim, dibentuk menjadi anak yang berkarakter pemimpin, atau bahkan tumbuh menjadi seseorang yang lemah dan selalu berpangku tangan pada orang lain?

Keluarga menjadi alasan dominan untuk hal ini. Maka, wajar saja jika kemudian seseorang yang berhasil, tak lupa riwayat keluarganya akan ditelusuri. Karena akan menjadi hal yang luar biasa ketika anak seorang pemulung berhasil menjadi presiden, atau akan menjadi hal yang aneh ketika anak seorang pengusaha kaya malah hidup sebagai seorang gelandangan.

Tapi, bukan berarti keberhasilan hanya milik mereka yang terlahir dari keluarga yang sempurna.

Tidak ada pembatas atas ilmu, semua berhak untuk itu.
Maka, saya adalah orang yang amat sangat murka ketika ada orang yang memberi batasan atas sesuatu yang baik.
Semisal, seseorang dibatasi mengikuti kegiatan atau forum ilmu hanya karena permasalahan sepele, misal tidak mengikuti persyaratan. Padahal, sebenarnya ilmu tidak bersyarat, hanya cukup memiliki niat, niat dan niat.

Contoh lain, ketika ada anak pengemis yang dibully karena ia memilih melanjutkan sekolah di sekolah ternama. Memangnya kenapa?
Apakah manusia diciptakan untuk fokus pada fisik, materi, dan tahta saja?
Padahal, Tuhan saja yang Maha segalanya tak pernah membatasi seorang hamba, apalagi dalam hal kebaikan. Terdengar lucu ketika kita yang hanya seorang hamba yang diciptakan dari setetes mani yang hina lantas bersikap seolah kitalah penguasa dan berlaku seenaknya.
Menghakimi, membully, menjatuhkan, memandang orang lain rendah.

Begitu juga soal keluarga, seseorang yang terlahir dari keluarga yang broken mendapat penyematan kurang baik dan kurang terdidik. Padahal, tidak semuanya pantas atas penyematan itu.
Banyak anak-anak broken home yang kemudian tumbuh mendewasa menjadi manusia yang berguna, sebaliknya malah ada anak dari keluarga ternama yang hidup hanya menyusahkan masyarakat saja.

Sekarang, bukan soal terlahir dari keluarga yang bagaimana, tapi ini soal bagaimana kita memahami hidup yang sudah Tuhan gariskan.

Hendak dilahirkan di keluarga raja yang tinggal di istana pun, jika mental kita adalah mental manusia yang lemah, maka jadilah kita pengemis di kehidupan dunia.
Dan hendak dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sekalipun yang tak jelas siapa ayahnya, jika kita paham bagaimana cara mensyukuri hidup dan menjalani dengan seharusnya maka tetaplah di mata Tuhan kita mendapat tempat yang mulia.

Broken Home Isn't Broken Dreams.

Rumah adalah rumah, mimpi adalah mimpi, kita adalah kita. Sejalan meski tak satu tuju. Jangan disamakan, meski selalu berkaitan.

Keluarga, diri kita, juga mimpi.
Semua memiliki jalan masing-masing.

Saat kamu terlahir dengan keluarga yang berantakan, tidak utuh, tidak mengenal kasih sayang dan cinta, bukan berarti kamu dilarang untuk hidup bahagia dan bebas bermimpi.
Karena, di dunia ini tidak ada hal yang dibatasi, kecuali pembatasan yang dibuat oleh Tuhan.

Jangan betah terpuruk, hanya karena kamu hidup di antara keluarga yang buruk.
Jangan merelakan mimpi dan cita-cita, hanya karena kamu hidup bersama keluarga yang tak sempurna.
Jangan biarkan kegagalan memelukmu, hanya karena kamu tak memiliki apa yang dimiliki orang lain di sekitarmu.

Katakan pada dunia bahwa tidak ada yang dapat membatasi mimpimu, kecuali kehendak Tuhanmu sendiri.

Karena, semua bisa dilakukan.
Semua bisa diwujudkan.
Semua bisa dijalani.
Asal, tidak menentang kehendak Tuhan.
Sesederhana itulah hidup.

Memang, semua manusia yang terlahir ke dunia pastilah menginginkan bahagia, pastilah mengharapkan keutuhan dalam keluarga, pastilah memimpikan dapat meraih cita-cita.

Tapi, inilah hidup.
Semua sudah memiliki jalan dan alurnya masing-masing.
Semesta tak akan menunggumu siap untuk menerima segalanya.
Kamulah yang harus bersiap untuk segalanya.

Jangan terpuruk dalam lubang yang sama.
Jika keluarga adalah alasan utamamu berputus asa, maka katakan pada dirimu bahwa itu sudah tidak lagi berlaku.

Itu dulu, itu kemarin, tidak dengan hari ini dan esok lusa.
Buka mata, buka pikiran, buka jalan menuju keberhasilan.

Kaktus masih dapat hidup di antara gersangnya padang pasir.
Lantas kenapa kita sebagai manusia tak dapat melanjutkan hidup dan meraih cita-cita hanya karena satu hal bernama 'keluarga'?

Belajarlah menerima takdir, belajar pula untuk merubah keadaan.
Tidak akan ada perubahan tanpa ada yang ingin berubah dan tanpa ada hal yang diubah.

Maka, kitalah perubahan itu.
Kalau kemarin kamu menyalahkan keadaan sebab Tuhan dipandanganmu tak adil telah melahirkanmu di antara Keluarga yang tak lengkap, atau kamu hidup dalam tekanan dan tuntutan keluarga, atau kamu harus menikmati hidup dengan keadaan keluarga yang tak sesuai harapanmu, maka biarlah itu terjadi.
Takdir tak pernah salah alamat.
Yang harus kamu lakukan bukanlah meratap dan menangisi keadaan. Tidak akan ada yang berubah hendak kamu menangis darah sekalipun.
Maka, fokuslah pada perubahan. Buatlah sesuatu yang mampu menempatkan dirimu dan hidupmu jauh lebih baik. Lakukan hal yang dapat membuatmu percaya bahwa segala takdir porsinya sama, sama-sama menghadiahi hal yang terbaik baik seluruh ummat manusia.

Tidak, tidak ada kata terlambat.
Tidak, tidak ada kata berhenti.
Tidak, tidak ada kata menyerah.

Kita adalah apa yang kita impikan.

Kamu memimpikan menjadi orang yang berhasil? Maka kamu bisa berhasil.
Kamu berhayal menjadi orang yang sukses? Maka kamu pun bisa sukses.
Keberhasilan, kesuksesan, kebahagiaan, tidak memandang rupamu, hartamu, tahtamu, keluargamu tapi niat, kemauan, tekad dan usaha itulah kunci pendobrak agar kamu dapat meraih segala angan dan inginmu itu.

Dari seseorang yang belum baik, namun selalu merasa hidup di tengah-tengah kebaikan.
-Giovano A Brillian

UNTUK SEBUAH PERUBAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang