"Dendam Paling Nikmat Adalah Rasa Ikhlas"

61 7 2
                                    

Ayo dendam, dengan cara ikhlas.
------------------

Bagaimana kabar kalian saat ini?
Semoga selalu baik, ya.
Fisik, pikiran, juga hati dan mental.
Cintailah dirimu, agar kamu bisa memahami betapa berharganya dirimu.

Kita kadang dilalaikan oleh hal-hal yang sebenarnya tidak membawa banyak perubahan baik pada diri kita, bahkan beberapa membawa kita pada keburukan.
Kita larut dalam kesedihan, misalnya.
Menyesali banyak hal, menyesali berbagai kehilangan, menyesali dilahirkan tak sesuai angan.
Kita banyak menyesal, hingga lupa memperbaiki diri.
Kita banyak membenci, hingga lalai mencintai diri sendiri.
Kita terlalu larut pada hal-hal yang membuat kita kecewa.

Juga, dendam.
Banyak hal yang membuat dendam tumbuh, kita akan selalu dihadapkan pada realita yang menyakitkan. Satu dua orang bertahan, selebihnya banyak yang tumbang.
Karena ketidakmampuan diri menerima kenyataan misalnya, akhirnya timbullah dendam.
Padahal, tidak ada dendam yang paling nikmat kecuali rasa ikhlas.

Maka, di sinilah saya bersama kalian semua akan belajar malam ini.
Tentang bagaimana sakitnya penghakiman, tapi setelahnya masih ada kebaikan yang akan tetap hidup.
Tentang bagaimana perihnya luka, tapi setelahnya sembuh dan bahagia akan menyapa.
Tentang bagaimana sulitnya ikhlas, tapi tiada yang mustahil bila kita mengusahakannya.

Bersama saya kita belajar bahwa hidup tak selalunya baik, tapi selama masih hidup kita tetap bisa memilih melakukan hal-hal baik -Giovano A Brillian.
----------------

Kita Tidak Pernah Tahu Banyak Hal, Kita Hanya Merasa Tahu Segalanya.

Jelas sekali.
Jika dipahami, ini akan menampar siapapun.

Terkadang kita lupa diri, bahwa sejatinya kita lahir tanpa memakai apa-apa, juga tanpa membawa apa-apa.
Waktu dan takdirlah yang membuat kita perlahan mengerti satu persatu tentang hidup, tapi bukan berarti kita sudah memiliki hak atas diri orang lain.

Apa kamu tahu? Banyak orang yang berusaha sekali mencintai dirinya, tapi ia gagal berkali-kali.
Bukan karena ia tak mengusahakan, tapi karena ia tak memahami. Mencintai diri sendiri dimulai dari niat baik.
Pahamilah, kebaikan yang tumbuh dan kita tanamkan di hati akan membuat kita sadar diri. Kita ingin mencintai diri sendiri, tapi yang acapkali kita benahi adalah diri orang lain.
Padahal nyatanya kita hanya tahu sedikit, tapi sudah berani bicara banyak.
Kita hanya memahami seujung kuku, tapi menghakimi beribu ribu.

Maka itu, jangan merasa tahu segalanya jika kita baru memahami satu dua perihal hidup. Bahkan, yang benar-benar sudah hidup berpuluhan tahun bahkan ratusan tahun sajapun belum tentu tahu segalanya, dan memang tidak akan tahu segalanya.

"Kita hanya diberitahu sesuatu yang layak kita ketahui. Tapi ego dan ketidaktahuan diri membuat kita melangkahi apa yang tidak kita ketahui" -Giovano A Brillian.
-------------------

Kunci Hidup Tenang Adalah Hati Yang Lapang.

Hati yang lapang menerima segalanya.
Itu kuncinya.

Kita melakukan banyak hal bodoh, bukan karena kita bodoh.
Tapi karena kita lupa, bahwa hidup tak hanya tentang apa yang kita tahu, apa yang berusaha kita kendalikan, dan apa yang kita genggam erat.

Banyak orang melakukan hal buruk sebab hatinya terlalu sempit menerima kebaikan.

Dendam pula begitu, tercipta dari hati yang sempit. Sempit menerima kenyataan, sempit menerima penghakiman, sempit menerima uji coba dari Tuhan.

Banyak orang mengeluh, banyak orang mendengus, banyak yang kecewa. Tidak karena masalahnya, tapi karena hatinya.

Masalah akan selalu ada, itulah kenyataannya. Jika bicara soal masalah, maka tidak akan pernah habis.

Bicaralah soal hati, bagaimana agar kita bisa lapang menerima sana sini.
Hendak diperlakukan bagaimanapun, hati kita lapang.
Hendak disakiti sesakit apapun, hati kita tetap lapang.
Hendak diberi ujian dan cobaan seberat apapun, hati kita selalu lapang.

Kuncinya adalah hati.
Bila hati sudah menerima, lapanglah semua.

Sesak itu ada karena hatimu sempit.
Dendam itu ada karena kita tak mau belajar menerima.

Padahal, dendam paling nikmat adalah rasa ikhlas, iyakan?
-----------------------------------

Ikhlas Itu Mudah, Yang Sulit Adalah Memulainya.

Akan selalu ada rasa tak enak hati jika kita dihadapkan pada hal-hal yang menurut kita tak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Semisal, diperlakukan buruk oleh orang yang selama ini kita perlakukan dengan baik.

Memang, rasanya dunia tak adil.
Dendam pun membara sebesar-besarnya.
Selama ini kamu melakukan hal-hal baik, tapi tidak satupun dihargai.
Sakit? Tentu.
Sayapun begitu.

Tapi ingatlah, bahwa sejatinya kebaikan tidak butuh diakui.
Ia akan tetap berharga meski tidak dipandang sama sekali.

Mutiara hendak dikubur sedalam apapun di bawah tanah, bahkan tersuruk selama apapun di dalam samudera, ia akan tetap bersinar, akan tetap berkilau, akan tetap berharga.

Begitu pula dengan kebaikan.
Maka, kebaikan adalah pangkal segalanya hal-hal baik.

Dendam yang hilang, itu karena kebaikan.
Rasa ikhlas yang datang, itu karena kebaikan.
Lapang hati yang memeluk erat, itupun karena kebaikan.

Sulit? Pasti.
Tapi, kita dapat memulainya.

Dengan apa?
Dengan percaya pada Tuhan.

Percaya bahwa kejahatan akan dibalas,
Percaya bahwa kebaikan akan hidup,
Percaya bahwa semua akan baik-baik saja.
Asal, kita percaya.
Percaya dan melakukannya.
----------------------

Dendam Paling Nikmat Adalah Rasa Ikhlas.

Pernah dendam dengan seseorang?
Atau dengan sesuatu?

Saya, sering.

Karena itulah saya menjadi seperti hari ini.
Itu karena saya dendam, dendam pada diri sendiri.
Saya dendam, mengapa saya sering dihakimi,
Mengapa saya sering dipandang sebelah mata,
Mengapa saya sering dimanfaatkan,
Mengapa saya sering dipermainkan,
Mengapa saya tidak dipandang manusia, bahkan.
Saya dendam, pada semua orang.
Semua orang yang menyakiti batin saya.
Semua orang yang menghancurkan mental saya.
Semua orang yang mencaci maki saya.
Semua orang yang melupakan kebaikan saya.

Tapi, dendam itu saya balas.
Dengan menjadikan diri saya lebih baik.

Saya dendam pada diri sendiri, pada semua orang, pada semesta, pada Tuhan
Bukan dengan bunuh diri, bukan dengan menyalahkan siapapun, bukan dengan membalas hal yang sama.
Percuma.

Ketika saya mendapatkan hal yang tak sesuai dengan keinginan, saat itu saya akan berkata pada diri sendiri
'Kita harus kuat lebih lama lagi'.

Setiap kali saya jatuh, itu yang saya katakan pada diri sendiri.
Akhirnya dendam saya terbalas.

Saya bisa intropeksi diri, saya melihat dan memperbaiki lagi apa hal yang selama ini jadi celah orang menghakimi saya.
Meski mereka tak tahu apa-apa tentang diri saya, itu urusan mereka.
Urusan saya adalah diri saya sendiri, bagaimana kemudian segala rasa sakit saya sembuhkan dengan menjadikan diri lebih baik lagi.

Kalian, bagaimana?
Bisakah memulainya dari sekarang ini?

------------------------------------------

Seseorang yang belum baik, tapi merasa hidup di tengah-tengah kebaikan.
-Giovano A Brillian

UNTUK SEBUAH PERUBAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang