Orang yang Lemah Adalah Mereka yang Tak Berani Bicara Hal-hal Baik

88 12 0
                                    

Untuk kalian, yang masih belum baik tapi tetap ingin melakukan banyak kebaikan.
Untuk kalian, yang merasa menjadi manusia paling lemah, tapi masih begitu kuat memperjuangkan kebaikan.
Bacalah ini.

🎋 "Kebaikan dan Kebalikan"

---------------------------------------

Kita dikutuk, hingga menggelatuk
Hanya karena tak mengerti, untuk apa hidup dijalani
Memangnya tujuan bernafas itu apa, kawan?
Ada orang yang jumawa, busung dadanya
Tak peduli manusia, inginnya dikenal siapa saja.

Berbuat baik, kadang membuat malu
Orang-orang seolah terjerembab dalam jurang
Ketika kebaikan tak pernah ingin berpulang
Ibarat capung ditutup ilalang
Kebaikan kian hari tak dipandang.

Berbuat baik, bagai mencuri
Kita disakiti, oleh kenyataan
Mulut manusia berbisa, membunuh mental seketika
Sebab itulah, sedikit yang mau
Menunjukkan kebaikan itu tak berujung rasa malu.

Kadang, bicara kebaikan dibilang munafik
Beberapa juga dipandang sok suci
Memangnya, siapa yang hidup tanpa noda setitikpun?
Kita semua sama rata, berjalan di atas kesucian yang kita punya
Yang paling kotor mungkin adalah yang tak paham
Bagaimana cara menghargai hal-hal baik.

Bicara kebaikan, mempertaruhkan diri sendiri
Orang-orang lebih senang bicara aib
Juga bicara tentang keburukan yang tak pernah raib
Lupa bahwa tak ada yang sempurna
Lupa bahwa ia diciptakan pun hanya dari tetes mani yang hina.

Lalu, sudahkah menjadi manusia?
Karena, berbuat baik adalah kewajiban
Ketika terlahir dengan suara tangisan, kebaikan yang membuat kita tenang dalam pangkuan
Sedari orok diajari alif ba ta
Agar saat dewasa tak hanya menimbun dosa saja.

Oleh Lelaki Pluviophile,
12 Juni 2021.
-Giovano A Brillian

----------------------------------------------------------------

🎋 Kira-kira, Sudah Sedekat Apa Kita dengan Kebaikan?

Sebuah ironi, di manapun, di segala sudut dan pojok bumi, di seluruh alam semesta, bahwa kian hari hal-hal baik kian dicela.

Ada seseorang yang ahli ibadah, senang sekali mendekatkan diri pada Tuhan, karena ia ingat betapa di masa lalu ia begitu memuja dosa-dosa.
Allah beri ia ujian, ditampakkan lah aib masa lalunya, orang-orang melihat bagaimana keburukannya terdahulu.
Hujatan, cacian, hinaan, ocehan, sangkalan, penghakiman, segala bentuk kenistaan dilemparkan ke orang tadi, orang yang di mata manusia lain amat berdosa.
Saat itu, kebaikan sirna ditelan aib yang tampak di depan mata.
Padahal, selama ini kebaikan itu beribu, amat sangat tak terhitung jumlahnya. Namun, selintas ucap terima kasih tak pernah jadi hadiah pantas untuk sekadar disebut menghargai segala hal baik tadi. Tapi, mengapakah keburukan amat sangat disoroti?
Mengapa kiranya aib manusia seolah amat penting untuk dijadikan umpan empuk menjatuhkan orang yang berbuat kesalahan tadi?
Kenapa, kenapa dan kenapa kira-kira keburukan selalu dihakimi, sedang kebaikan selalu luput untuk dihargai?

Defenisi hidup di era jahannam.
Ketika kebaikan dirajam, keburukan dipertajam.
Orang berbuat baik itu dipermalukan, orang berbuat buruk itu dipuja sana sini.
Bicara hal baik, sama dengan menenggak racun untuk tubuh sendiri, tak kuat dihujat maka siap-siaplah mentalmu mati.

Lantas, seberapa dekat kira-kira jarak kita dengan kebaikan hari ini?

Sederhana saja, dalam sepersekian jam yang terhabiskan hari ini, berapa kali kira-kira kamu sudah mengeluh?
Berapa kali juga kira-kira kamu mengucap syukur?
Bandingkan, lalu pahami. Begitulah kira-kira nilai kita setiap hari. Nilai yang membuat kita kadang mempertanyakan diri sendiri, kenapa kita ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNTUK SEBUAH PERUBAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang