HAPPY READING ❤️
•••••••••••••••••
"Terjatuh dan terbuai dalam pesonamu."
Gila. Satu kata yang cocok untuk mendefinisikan Nara saat ini. Gadis itu sedang tidak waras saat ini. Hasna yang duduk di sampingnya sejak tadi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keanehan dari gadis itu. Nara, gadis itu sejak tadi tidak berhenti tersenyum. Setelah menceritakan kepadanya tentang kejadian kemarin di koridor saat Juan menabraknya, dan juga kejadian di UKS saat Juan memberikan sebuah senyuman untuknya. Benar-benar membuatnya merasa bingung dengan sikap gadis itu.
"Rasanya pacaran tuh gimana ya, Na?" tanya Nara.
Hasna tersedak minumannya saat tiba-tiba saja Nara menanyakan hal itu kepadanya. Pacaran? Tolong jangan tanyakan hal itu kepadanya karena ia sama sekali tidak tahu bagaimana rasanya memiliki pacar.
"Kamu pesen makanan sana, Ra. Nggak baik kalo ngelamun terus," ucap Hasna mengalihkan pembicaraan.
Nara menggeleng sambil terus tersenyum. Dagunya bertumpu pada kedua tangannya. Ia masih memandangi seseorang yang sedang duduk dengan santai di bangku barisan paling pojok kantin. Cowok itu terlihat tampan walaupun dengan wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Kok bisa ada cowok seganteng dia ya, Na?" tanya Nara lagi.
Hasna menatap Juan yang duduk bersama teman-temannya. Cowok itu sedang memainkan ponselnya di saat teman-temannya sibuk mengisi perutnya yang kosong.
"Kamu suka sama dia?" tanya Hasna dan Nara refleks mengangguk.
"Perasaan baru dikasih senyuman gitu doang udah baper sih, Ra. Cepet banget kamu ada rasa sama orang," ucap Hasna.
Nara menghela napasnya kasar kemudian mengalihkan pandangannya dari Juan. Ia sudah puas menatap cowok itu.
"Aku juga nggak tau, Na. Rasa suka pasti datang kapan aja tanpa diminta." Nara kembali menatap ke arah Juan. "Dia itu paket komplit. Ganteng udah, pinter banget, sopan iya, kalem sangat. Nggak ada alasan buat aku nggak suka sama dia," ujarnya.
"Bener juga sih, tapi 'kan itu cuma senyuman biasa dan harusnya kamu nggak baper dong," ucap Hasna.
Nara mengedikkan bahunya. "Nggak tau juga loh, Na. Namanya juga suka, pasti tiba-tiba."
"Eh! Ra, Ra!! Juan jalan ke sini, Ra!" pekik Hasna saat melihat Juan yang sepertinya berjalan ke arah mereka.
Nara membulatkan matanya dan seketika langsung duduk dengan sopan dan mencoba untuk bersikap tenang. Hingga saat Juan benar-benar berada tepat di depannya, ia langsung salah tingkah.
Juan memberikan sebungkus roti rasa selai kacang kepada Nara. "Titipan dari Dhimas," ucap Juan.
Nara meremas tangannya dengan kuat saat suara berat itu terdengar di telinganya. Laki-laki yang beberapa menit lalu ia kagumi saat ini sedang berdiri di hadapannya. Menatapnya lekat setelah memberikan sebungkus roti dengan rasa selai kacang kesukaannya.
Ini tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Wajah Juan lebih tampan dari jarak sedekat ini. Bahkan wajahnya hari ini jauh lebih tampan dari yang kemarin. Ia baru menyadarinya sekarang.
"Nara!" panggil Hasna sambil menyenggol lengan Nara.
Nara tersentak, tersadar dari lamunannya akan ketampanan wajah seseorang yang masih berdiri di hadapannya ini. "Maaf," ujarnya kepada Hasna.
"Mm...makasih ya," ucap Nara kepada Juan.
Juan mengangguk singkat kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUANARA
Teen FictionNara pikir pertemuannya dengan Juan akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Namun, dugaannya ternyata salah. Hal itu justru membuatnya kembali terjebak dalam perasaanya sendiri. Hinaan, caci maki dan pengkhianatan kembali didapatnya. Bukan tanpa...