8. IBU PERI

14 4 16
                                    

Happy reading ❤️

***********

Terdengar suara berat yang mengalihkan pandangan semua murid ke arah pintu. Dhimas, Fermas, dan Fahmi masuk ke dalam kelas. Arneska yang melihat itu memutar bola matanya malas. Ia jengah melihat wajah Dhimas yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

"Nggak capek lo ngurusin hidup orang lain?" sindir Dhimas dengan tersenyum licik.

"Pahlawan kesiangan dateng lagi," desis Putri kemudian mendecih. "Dasar cewek munafik! Sok lugu lo!" ujarnya kepada Nara.

"Jaga ucapan lo, Put!" peringat Dhimas.

"Emang faktanya kok. Lo aja yang kemakan omongan manis dia, padahal aslinya munafik banget!" Arneska menatap Dhimas tajam.

"Lo jangan asal ngomong, Nes. Lo ngaca dan lihat gimana diri lo sendiri sebelum ngomongin orang lain," ujar Dhimas.

"Kenapa sih? Terserah gue dan itu bukan urusan lo. Ini masalah gue sama Nara, lo nggak usah ikut campur!" balas Arneska.

"Apapun tentang Nara ada sangkut pautnya sama gue," ucap Dhimas. Tatapannya menatap Arneska tajam yang sama sekali tidak dihiraukan oleh gadis itu.

Arneska tertawa ringan mendengarnya. "Emangnya lo siapanya dia? Sok peduli lo. Gue tau kalau lo juga nggak sebaik yang semua orang lihat."

"Nggak usah memperbesar masalah. Sekarang lo minta maaf sama Nara," ujar Dhimas yang masih sabar dengan sikap Arneska.

"Dih, ogah banget! Seharusnya dia yang minta maaf sama gue dan bayar ganti rugi sepatu gue yang udah dia rusak."

"Udah ya, Nes. Aku minta maaf, aku janji bakal ganti rugi secepatnya." Nara lebih dulu menengahi karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Terus mana sekarang? Sampai sekarang lo belum ganti rugi sepatu gue yang mahal itu." Arneska semakin menantang.

Dhimas menarik lengan Arneska sedikit kasar. "Lo bisa nggak sih nggak usah maksa orang lain? Belum tentu orang lain itu mampu kayak lo. Nara juga udah minta maaf dan bakal ganti rugi sepatu lo itu."

Arneska memutar bola matanya jengah sambil menggerak-gerakkan tangannya mengejek Dhimas yang sedang berbicara, membuat cowok itu mengepalkan kedua tangannya erat.

"Katanya orang kaya. Tinggal beli lagi aja apa susahnya," cibir Fahmi.

"Ah, iya bener lo. Orang kaya 'kan banyak sombongnya, pelit lagi kadangan." Fermas menanggapi sambil berbisik.

Keduanya terkekeh kecil, puas karena membicarakan Arneska secara langsung di hadapan gadis itu. Arneska membulatkan matanya dan langsung menghampiri kedua cowok itu.

"Apa lo bilang?! Lo berani hina gue? Lo nggak tau siapa gue, hah?!" bentak Arneska marah.

Fahmi dan Fermas kompak meletakkan telunjuk mereka pada dagu sambil mulai berpikir.

"Emang dia siapa, Mi?" tanya Fermas sambil terus mengusap-usap dagunya.

"Emm, nggak usah dipikirin. Kayaknya dia emang nggak terlalu terkenal, biasa aja." Fahmi kemudian tertawa dan diikuti oleh Fermas.

Emosi Arneska memuncak. Gadis itu kemudian melangkah mendekati Fahmi dan langsung menjambak rambut cowok itu dengan sangat kencang.

"AAAAA!!!! GILA LO!" teriak Fahmi yang mendapatkan serangan maut dari Arneska.

"Lo kalau nggak tau apa-apa tentang gue nggak usah banyak omong! Mulut lo lemes banget jadi cowok!" Arneska semakin kuat menarik rambut Fahmi dan sesekali memberikan cubitan pada bahu dan perut cowok itu.

JUANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang