Beri komentarnya atau bisa juga spam kalau kalian menemukan typo yang sangat menyebalkan. Jangan lupa kasih VOTE dan KOMEN.
Happy reading ❤️
*******
Riuh tepuk tangan mengiringi langkah kepala sekolah yang baru saja turun dari podium usai memberikan sambutan pada upacara harlah SMA Gemilang. Dilanjutkan dengan beberapa susunan acara lainnya, kini upacara tersebut diikuti oleh seluruh peserta lomba tingkat SMP dan SMA sederajat.
Sama halnya dengan di luar lapangan, di kelas XII IPA 3 kini tak kalah ramai. Bahkan bukan hanya kelas mereka saja, masih banyak siswa yang berkeliaran di luar kelas dengan memakai pakaian khusus pada acara harlah kali ini.
Kaos lengan panjang berwarna hijau tua dengan sebuah logo kepala banteng yang didesain khusus, berpadu dengan celana dasar berwarna hitam. Di belakang kaos tersebut bertuliskan 'Smalang Event' yang berarti event yang diadakan oleh SMA Gemilang.
"WOY!! BURUAN BAYAR DULU IURANNYA!!"
Teriakan itu memenuhi isi kelas saat seorang gadis berdiri di depan papan tulis dengan membawa sebuah buku catatannya. Dia adalah Nita, bendahara kelas yang terkenal sangat galak, apalagi saat sudah menagih uang kas atau iuran lainnya.
"Reyhan! Lo belum lunas bayar kaosnya, masih kurang dua puluh ribu ini!" ucap Nita sambil membuka buku catatannya.
Laki-laki yang dipanggil namanya itu langsung menghampiri Nita dan membayarnya. "Nih, lunas."
"Oke." Nita kembali mencari nama-nama murid yang belum lunas membayar iuran kaos harlah yang saat ini mereka pakai.
"Aduh, banyak banget ini yang belum bayar." Nita kemudian menatap teman-temannya yang masih saja asyik dengan kegiatan masing-masing. "COBA GEH SINI YANG MERASA BELUM LUNAS CEPETAN DILUNASIN! GUE CAPEK PANGGIL NAMA KALIAN SATU PERSATU GAK ADA YANG NYAUT DARI TADI!!" teriaknya lagi.
"Allahu Akbar, Nita!" kesal Reni yang sedang membantunya menghitung uang teman-temannya. "Bisa rusak kuping ini lama-lama gara-gara teriakan lo itu," lanjutnya sambil menatap Nita sengit.
Nita hanya mendengus dan kembali menatap teman-temannya yang kini mulai mendatanginya. "Woy, Dhimas! Bantuin gue dong. Lo juga ketua kelas bukannya bantuin gue malah ngebucin aja sama tuh cewek cupu! Gue bilangin ke Amara mampus lo!"
Dhimas yang sedang mengobrol dengan Nara dan Hasna menatap Nita sambil berdecak kesal. Ia mengedikkan bahunya acuh dan tidak peduli.
"Eh, aku mau bayar kaos dulu." Nara bangkit dari duduknya dan menghampiri Nita.
"Aku juga." Hasna pun ikut menyusul Nara.
"Nita," panggil Nara sambil menyentuh pundak Nita. Gadis itupun menoleh. "Aku masih kurang berapa?" tanya Nara.
"Siapa nama lo?" tanya Nita sambil membuka lembaran selanjutnya untuk mencari nama Nara. "Ah, Dianara kurang dua puluh lima ribu."
Nara kemudian memberikan selembar uang berwarna biru miliknya kepada Nita. Gadis itu kemudian memberikan kembaliannya kepadanya. Setelahnya Nara kembali ke bangkunya sambil menunggu Hasna yang sedang membayar iurannya.
"Lo yakin nggak mau ikut lomba, Ra?" tanya Dhimas.
"Nggak, Dhim. Lagian juga aku bingung mau ikut apa," ucap Nara.
Hasna kembali duduk di sampingnya. "Kenapa kamu nggak ikut cerpen aja, Ra? Kamu 'kan pinter nulis," usulnya.
"Nah, bener tuh kata Hasna. Kenapa lo nggak ikut cerpen kalau nggak cipta puisi? Lumayan tuh, siapa tau lo bisa menang," ucap Dhimas yang setuju dengan usul dari Hasna.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUANARA
Novela JuvenilNara pikir pertemuannya dengan Juan akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Namun, dugaannya ternyata salah. Hal itu justru membuatnya kembali terjebak dalam perasaanya sendiri. Hinaan, caci maki dan pengkhianatan kembali didapatnya. Bukan tanpa...