Niatnya mau doble update malam ini tapi kok mager banget, buat 1 aja dulu deh ya.
Spesial di part ini awas mesam mesem sendiri ihiikkk🤣🤣
Happy reading ❤️
••••••••••••
"Aku suka air susu, apalagi dari Ibu. Aku suka kata i love you, apalagi dari kamu."
Fermas dan Fahmi tertawa geli setelah menyanyikan lagu asal tersebut. Kedua tangan mereka masih digunakan untuk membersihkan toilet menggunakan pel-pelan. Jam istirahat kedua mereka digunakan untuk membersihkan toilet sebagai hukuman karena mereka sama-sama tidak mengerjakan tugas.
Sudah memiliki nama yang hampir sama. Memiliki wajah yang selalu dimirip-miripkan, membuat keduanya hanya bisa mengedikkan bahu dan bersikap acuh. Sejak pertama kali mengikuti masa orientasi siswa, mereka berdua sudah menjadi sorotan. Banyak yang berpikir bahwa mereka berdua adalah kembar, tapi nyatanya tidak.
Fermas dan Fahmi menolak mentah-mentah apa yang dikatakan oleh orang lain tentang mereka yang mengatakan bahwa mereka adalah kembar. Big No! Itu tidaklah mungkin dan keduanya tidak mau dikatakan kembar.
"Itu yang di pojok jangan sampai kelewatan tuh!" tunjuk Fermas kepada Fahmi yang memegang pel-pelan, sedangkan dirinya hanya berjongkok sambil memainkan air di dalam ember yang dipenuhi busa.
"Lo bantuin gue, jangan cuma diem aja kayak orang kelaparan lo," ucap Fahmi tak mau kalah.
"Gue 'kan tadi udah bagian nyikat dalem kamar mandi, sekarang gantian lo lah."
"Ah, terserah lo. Mau gimana juga ujung-ujungnya gue yang kerja, nyesel gue ngikutin lo yang sesat."
"Ya salah lo sendiri yang nggak mau cari contekan ke anak lain. Lo pikir gampang apa ngerjain tuh soal?"
"Halah! Tinggal minta ke Juan aja apa susahnya, sih? Lagian kita 'kan beda kelas nih ya, tapi kenapa bisa dihukum bareng-bareng? Mana tugas yang sama lagi."
"Ya mana gue tahu! Tadi lo nggak mau sekalian tanya sama Pak Kumis."
"Mana sempat keburu kena omel."
Fermas mendengus kesal sambil kembali memainkan gelembung-gelembung busa yang ia ciptakan dari air yang ada di dalam ember. Membentuknya menjadi gelembung dan meletus saat terkena tiupan angin.
"Aku suka air susu, apalagi dari Ibu." Fermas kembali menyanyikan lagu tersebut.
"Aku suka kata i love you, apalagi dari kamu," sahut Fahmi tak kalah asik.
"Eh, kok gue jadi terngiang-ngiang sama lagu itu, sih? Lo dapet dari mana hah?" tanya Fermas kepada Fahmi.
"Nggak sengaja denger dari anak pramuka pas mereka diklat, ada yang nyanyi kayak gitu. Ngakak aja gue bawaannya kalo inget muka tuh bocah." Fahmi berdiri sambil meregangkan otot-ototnya. "Aduh, sakit banget pinggang gue."
Fahmi menatap ke luar toilet sambil mengecek apakah guru yang memberikan mereka hukuman masih ada di sana atau tidak. Namun, bukannya Pak Kumis yang didapatnya melainkan Nara yang berjalan bersama dengan Hasna sambil bercanda.
"Eh, ada doi lo lewat, Per!" ucap Fahmi heboh. Kain pel-pelan sudah diletakkannya ke sembarang arah.
"Udah gue bilang nggak usah panggil gue Par, Per, bisa 'kan?!" Fermas mendengus kesal. Ia mengikuti arah pandang Fahmi yang sudah berdiri di depan pintu toilet umum.
Matanya berbinar seketika saat melihat sang pujaan hati tertawa dengan penuh suka cita. Hatinya menghangat saat melihat wajah Hasna yang begitu ceria. Tanpa sadar ia memegangi dadanya yang berdebar kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUANARA
Teen FictionNara pikir pertemuannya dengan Juan akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Namun, dugaannya ternyata salah. Hal itu justru membuatnya kembali terjebak dalam perasaanya sendiri. Hinaan, caci maki dan pengkhianatan kembali didapatnya. Bukan tanpa...