10 || 🍛

202 30 9
                                    

Vote dulu yuk! ✨
Awas kalo gak di vote:v

10. Why?

"Kamu layaknya buku tebal yang terbuka. Jika ingin mengetahui halaman berikutnya harus dibuka dengan hati-hati. Karena kertasnya terlihat rapuh."


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kantong plastik besar berisikan pakaian bejibun di rumah sederhana itu. Wanita paruh baya bersetelan daster panjang itu tampak sibuk menyiapkan setrikaan.

Sampai Dewa yang baru pulang dari pasar pun terkejut melihat ada banyak kantong plastik besar di dalam rumahnya.

"Bu, ini baju-baju siapa?" tanya Dewa.

"Baju tetangga Nak."

Dewa mengeryitkan dahi, "Maksud Ibu?"

"Iya, Ibu buka jasa setrika. Itung-itung buat nambah penghasilan."

Mendengar itu Dewa menaruh belanjaannya di atas meja, kemudian menghampiri sang Ibu. "Bu... harusnya Ibu gak usah lakuin ini."

"Gak papa, Ibu ikhlas kok. Ibu mau bantu kamu."

Dewa menggeleng cepat, "Gak. Ibu gak boleh capek, biar Dewa yang cari uang. Ibu istirahat aja."

Rumi yang tengah merapikan setrikaan pun menoleh, lalu beralih memegang bahu putranya. "Selama Ibu masih kuat, apapun Ibu lakuin. Tenang aja ya."

"Buu... biaya sekolahnya Lulu kan udah lunas, dan kebutuhan nya Lulu juga udah terpenuhi sama Zeta. Jadi buat apalagi Ibu ker-"

"Ibu cuma gak mau berpangku tangan sama kamu. Apalagi sama Nak Zeta yang jelas-jelas bukan siapa-siapa kita," jelas Rumi.

Seketika Dewa terdiam. Apa yang dikatakan Rumi ada benarnya juga, Zeta bukan siapa-siapa di hidup mereka. Seharusnya ia merasa malu.

"Bu, Dewa mau ngomong sebentar."

"Ngomong apa?"

Perlahan ia menarik tangan Rumi untuk ikut duduk di sofa sederhana rumahnya.

"Zeta ngajak Dewa kerja sama."

"Kerja sama?"

Dewa mengangguk. "Iya Bu, dia mau nanem modal di usaha nasi gorengnya Dewa."

Ekor mata Rumi melirik mata hazel milik anaknya. "Jangan terima Nak."

Ia mengeryit, "Kenapa Bu?" Sedikit terkejut karena itu bukanlah jawaban yang ia ekspetasikan.

"Pokoknya Ibu gak setuju."

"Kenapa Ibu gak setuju? Kan seenggaknya Dewa punya peluang buat kembangin usahanya Dewa Bu."

"Kamu bisa berkembang tanpa bantuan Zeta."

Fried RiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang