.26

45 24 23
                                    

Elo meraih tangan satunya lagi, hendak mencari pegangan lain. Ia harus menggunakan butterfly knifenya yang masih ia gunakan untuk menggelantungkan diri untuk membelah masuk ke dalam.

Sial. Atap mobil mulus.

Elo menatap kembali ke dalam mobil. Einer di dalam, sudah mengambil sebuah pistol di genggamannya. Elo terbelalak.

DOR!

Kaca belakang mobil bolong. Elo reflek melepas tancapan butterfly knifenya hendak menangkis tembakan, tetapi percuma saja, tembakan pistol mengenai perut Elo. Elo terjatuh berguling, tertinggal mobil.

Einer lega. Akhirnya ia selamat.

Elo yang terbaring langsung beranjak berdiri, memandang mobil sudah cepat semakin jauh.

PITTTPITTT... Elo menoleh asal suara klakson. Sebuah mobil melaju cepat ke dirinya.

Elo spontan melompat hendak menghindar. Melompat?

BRAK! Elo menghantam kaca depan atas mobil itu meretakkan kaca, terseret ke belakang akan kecepatan. Ia pun panik menggenggam pegangan atap mobil, menahan dirinya dari seretan.

Mobil yang melaju cepat itu perlahan melambat. Tentu orang yang menyetir panik merasakan dentuman tadi.

Elo pun berpikir cepat, melihat sekitar. Sebuah truk bermuatan kosong, melaju di jalur samping lebih cepat dari mobil itu. Truk itu akan berpapasan.

Mobil sudah melambat. Elo menoleh, truk itu akan berpapasan dalam 3, 2, 1...

Elo melompat. PLAK! Ia berhasil mendarat terguling. 

Ia merasakan sakit yang hebat. Ia tak pernah merasakan sakit ditembak. Ia tak pernah ditembak sekalipun.

Ia merintih, memandang lukanya. Darah pun bersimbah ke baju.

Ah sial. Ia bertindak bodoh. Ia seharusnya lebih bijak lagi.

Elo menekan lukanya dengan tangannya. Anehnya, sesaat ia menekan, lukanya semakin perih. Ia tak paham. Tubuhnya seakan tidak mau ia menekan luka itu dengan tangannya.

Luka semakin perih. Elo merintih melepas tangannya.

Ia mengepalkan tangannya erat-erat. Ia menekankan dirinya sendiri, mengencangkan seluruh kekuatan yang ia miliki, berusaha mengeluarkan peluru itu sendiri.

Semakin ia menekan dirinya, semakin deras darahnya keluar dari luka. Ia tidak peduli. Ia sakit.

Ia menggeram. Ia terus menekan dirinya, layaknya mengeluarkan racun dari tubuhnya sendiri. Mengeluarkan seorang bayi dari perut berjerih payah. Mengeluarkan semua sampah kotoran dari tubuhnya sekeras batu.

PLUK! Seketika peluru dari tubuh Elo keluar dari luka, jatuh dekat dari tubuh Elo.

Perih Elo mereda. Elo menarik napas tersengal-sengal, berusaha menenangkan diri.

Ia menatap peluru itu. Peluru itu keluar. Keluar sendiri dari tubuhnya.

Ia menoleh. Mobil Einer tepat di belakang truk. Elo di posisi terbuka.

Einer terbelalak dari dalam mobil, melihat Elo berada di truk depan mobilnya. Ia pun panik, mengarahkan pistolnya kembali ke Elo.

DOR! Peluru melesat membolongi kaca depan, Elo spontan berdiri menangkis peluru. DOR! Begitu pula ditangkis tembakan kedua. DOR! dan ketiga.

Elo tidak tahu. Bagaimana ia akan mengambil Mandan, Regina, dan Deedee serta mengalahkan Einer yang berada di dalam mobil yang sama?

Dengan melepas kontrol mobil itu.

Butterfly KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang