.36

50 22 18
                                    

BOOM! BAM!

Para prajurit tak berdaya ditembak terus menerus oleh kedua tank Mandan dan Nil yang berdampingan berjalan. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain menembaki tank yang tidak rusak sedikitpun, atau berlari mendekat hanya untuk ditembak terpental.

Handphone Mandan berdering. Mandan bergegas mengangkat telepon.

"Anjir call-an di Discord." ujar Mandan terkesan.

"Ya iyalah!" balas Nil dibalik telepon, "Emangnya gw ngomong dari dalem tank gw kedengeran sampe tank lu?"

"Ya juga sih... ga kedengeran sama sekali bos!"

"Bentar gw pengen nembak prajurit yang dibelakang dulu. Buset... muterin tembakan tanknya cepet juga. Mati nih lu padaaaa..."

"Eh masa? Gw kok geraknya lama?"

"Tank buatan lu modelnya beda kali. Panz VIII Maus. Hadeuh..."

"Yang bener VII. I-nya cuma dua! Halah sok tau..."

"Yayaya I-nya cuma dua... serah- eh, si Einer kemana ya? Gw juga belum liat Regina sama Deedee."

"Gatau."

"Eh, bukannya Reven tadi bareng sama lu? Dia dimana?"

"Emmm... dia... ehh...."

"Napa?"

"Dah gw bunuh."

Hening. Nil sebentar tak berkata-kata.

"Halo?" tanya Mandan. "Lho kok malah diem."

"Anjir. Gw harusnya seneng atau sedih nih?"

"Gw mah bodo amat lah."

"Bodo amat?"

Mandan terdiam. Ia ingin membalas, tetapi entahlah. Ia sendiri juga tidak tahu apa yang harus ia rasakan. Ia saja sebenarnya tidak 'bodo amat'.

Membunuh seseorang yang beberapa jam yang lalu merupakan sahabatnya sendiri bukan hal yang terlalu menyenangkan, pikir Nil. Hal itu saja mengejutkan dirinya sendiri, apalagi Mandan.

"Lu baik-baik aja bos?" tanya Nil prihatin.

"Iya. Kayaknya."

"Gepapa kok, lu bisa kasitau ke gw kalo ada apa-apa."

"Ya... emm..."

Tidak ada suara dari telepon lagi. Hanya suara tembakan para prajurit dan pantulannya di tank memenuhi atmosfer. Mandan merenung, tak disangka perkataan-perkataan Nil menenangkannya.

"Ehm. Yodah. Gw pengen cari si Regina sama Deedee nih. Mereka masih belum ketemu dari tadi." usul Nil mengganti topik. Ia paham Mandan tak mau membicarakannya lebih panjang.

"Oh yodah. Ayo gw ikut."

BUNG!

Nil menoleh kaget. Dentuman dari belakang tanknya terdengar jelas. "Anjir suara paan tuh?"

"Suara apaan?" tanya Mandan tak mendengar dari telepon.

"Ada suara gitu dari belakang tank gw."

"Dih."

"Bentar gw pengen cek dulu."

"Jangan, gw aja, gw aja..." Mandan beranjak berdiri.

"Ati-ati bos. Gw jagain sekitar nih."

Mandan membuka katup pintu tank ke atas, seorang wanita paruh baya telah memanjat naik hendak membuka pintu tank Nil. Noa. Ia menoleh sesaat Mandan membuka pintu, terbelalak.

Butterfly KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang