.24

61 29 27
                                    

"Bu! Sepertinya sedang ada keributan di villa Saman!" seru salah seorang karyawan.

Noa bergegas berlari keluar dari ruang kerjanya, menatapi layar lebar. Dua kamera yang ada di kamar Einer itupun menampilkan tiga orang remaja diikat bersama dalam seutas tali. Anak-anak buah Einer, Reven, dan Einer tampak melangkah mondar-mandir, seakan mereka merasa dalam bahaya.

"Terdeteksi suara tembakan dan ledakan dari villa ini bu, tetapi saya belum bisa mengakses kamera CCTV villanya." ujar salah seorang karyawan Bugjang lagi.

"Itu remaja-remajanya... siapa? Tolong cari di database kita, cepat." suruh Noa lincah. Layar itupun memunculkan kinerja alat pendeteksi wajah di samping layar itu pada rekaman kamera.

Beberapa karyawan dan Prawo pun berjalan masuk ke ruang perang itu, menatap layar lebar itu. Kekacauan itu tampak tidak seperti pada umumnya. Mereka menatapnya dengan heran.

"Astaga. Makanya waktu itu Maksi bilang 'mereka', beserta saksi-saksi yang lainnya. Mereka ada banyak!" ujar Noa menyimpulkan, berjalan balik menuju ruang kantor pribadinya.

"Bentar bentar bentar. Mereka ada banyak?" tanya Prawo bingung, "Bagaimana bisa?"

"Itu dia! Telepon Maksi, sekarang. Dia pasti lagi sembunyiin sesuatu."


Lampu-lampu lorong berkelap-kelip. Karyawan-karyawan villa berlari-lari di lorong dengan panik, membawakan barang-barang pribadi mereka keluar.

Maksi berjalan di tengah lorong memberanikan diri. Ia masih ada satu urusan lagi.

Ia berbelok, memasuki ruangan belakang panggung hall. Guru-guru sekolah yang berkumpul di dalam ruangan terkejut berdiri sesaat pintu terbuka.

"Astaga, pak. Apa yang sedang terjadi? Kami mendengar ada suara tembakan lho, tadi." ujar Bu Gea khawatir.

"Ini bakal terdengar gila bagi bapak dan ibu, tapi beberapa murid-murid kalian adalah mutan." ujar Maksi tanpa ragu, mengecek setiap jendela ruangan yang ada.

"Hah? Maksudnya apa itu?!"

"Bapak ibu harus pergi sekarang, sepertinya akan ada bahaya di villa ini."

"Pergi? Sesi keempat sebentar lagi akan dimulai! Field trip ini belum selesai sama sekali!"

"Ibu masih mau buat ceramah sambil ditembak? Kita harus pergi sekarang."

"A- astaga..."


Seruan keramaian berangsur-angsur hilang. Sesaat murid terakhir keluar dari ruangan, pintu tertutup, tidak ada suara lain tersisa. Hanya AC mendengung.

Hening.

Elo menatap para murid beramai-ramai berjalan bersama. Semangat membakar hati masing-masing mereka.

Apa yang salah dengan mereka? Gila, cari mati.

Penat. Ia berpikir keras. Apa yang harus ia perbuat sekarang setelah- ah, ia tak tahu! Masalah-masalah tak pernah kunjung selesai. Satu mereda, satu lagi muncul. Ah, andai saja semua masalah ini dapat hilang begitu saja-

Bugjang. Ya. Semua murid akan di neutralisasi bersama dirinya. IndoProtect musuh terbesar mereka, mereka pasti akan senang kesini. IndoProtect akan dihancurkan Bugjang. Setelah itu, ia bisa kembali mendapatkan hidup yang normal. Hidup yang ia inginkan.

Elo bergegas mengambil handphonenya. Ia mencari laman website Bugjang, segera menelepon nomor telepon yang tercantum.

Handphone berdering. Elo menunggu tak sabar.

Butterfly KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang